0.4 Panggilan darurat.

15 1 0
                                    


Tahun ketiga sekolah menengah atas akan selalu menjadi tahun-tahun yang sulit dan penuh dengan tekanan. Masa depan berawal dari keputusan yang akan diambil mulai dari sini, atau itu yang diyakini semua orang, termasuk Jeon Jeongguk.


Pemuda itu terlihat gelisah, tertekan, dan terlihat begitu cemas. Tidak tanggung-tanggung, ia meminta waktu hiatus kepada kekasihnya agar tidak merasa terganggu dan terdistraksi dari rentetan hal yang harus dipaksa masuk ke dalam benaknya.


Namun ketika pukul dua pagi, ia dengan suara begitu kepayahan dan serak karena flu, menangis di telepon, mengatakan bahwa ia merindu dan tidak sanggup menghadapi segala masalah ini sendirian, Kim Taehyung tidak sanggup untuk menolak. Berbekal jaket tebal beserta jajanan, susu pisang, beberapa obat dan minuman energi yang dibelinya di toko kelontong satu blok dari apartemennya, Taehyung berlari dengan bodohnya menembus angin malam dengan hujan salju yang deras dan jarak yang tidak main-main menuju ke tempat tambatan hatinya mengais belas kasihnya iba.


"Maaf, aku lupa beli plester penghangat sekalian,"


Malam itu, Jeon Jeongguk tertidur lelap setelah tiga puluh hari menahan diri dan mencoba berdiri dengan kepayahan. Namun kali ini, Kim Taehyung berada disampingnya dan mendekapnya erat.

Light BitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang