0.5 I Love You Like the Very First Time

4 1 0
                                    

Kamar itu beserta seisinya berwarna putih bersih. Cahaya matahari pagi yang menembus dari jendela kaca yang terbuka membuatnya terlihat bersinar. Angin semilir membuat gorden berayun tenang. Seseorang masih bergelung nyaman dengan selimut diatas tempat tidur.

Seorang pria dengan mata besar, berhidung bulat, dengan bibir tipis merah muda terlihat memasuki ruangan dengan nampan berisi segelas air dan beberapa tablet. Ia kemudian duduk disamping yang terlelap setelah sebelumnya meletakkan nampan yang ia bawa di meja nakas sebelah kepala ranjang.

"Hyeong, saatnya bangun."

Yang terlelap mengerjapkan mata ketika merasakan guncangan pelan pada tubuhnya. Ketika ia bangun dan menoleh, matanya membelalak kagum dan mulutnya terbuka.

"Woah, apa kau bidadari?"

Pria dengan mata besar tadi tersenyum kecil. Tangannya mengambil air dan dua butir tablet kemudian menyodorkannya ke arah pria yang baru bangun.

"Apa ini?"

Pria bermata besar tadi tersenyum, "sebuah harapan," jawabnya. "Minumlah".

Pria yang lebih tua merengut bingung.  "Sebuah harapan?"

Pria bermata besar tadi mengangguk. "Minumlah, dan kita bisa ke bawah untuk sarapan. Aku sudah menyiapkan kesukaanmu."

"Kesukaanku?"

"Roti panggang dengan selai stroberi dan potongan jeruk, serta segelas jus apel".

"Darimana kau tahu?" Tanya yang lebih tua sambil meminum tabletnya ragu. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Pria bermata besar tadi menahan napas dalam senyumnya. Terkesiap. Ia seharusnya sudah terbiasa.

Lelaki itu tidak menjawab apa-apa. Melainkan, ia hanya berkata "ayo turun dan sarapan," sebelum kemudian berdiri dan beranjak dari kamar. Lelaki yang lebih tua hanya mengedikkan bahu dan menurut.

Pandangan mata pria yang lebih tua tidak lepas dari pria cantik dihadapannya saat mereka sarapan. Caranya makan, caranya mengunyah, caranya termenung, caranya menatapnya, caranya tersenyum, caranya tertawa kecil, cara tangannya yang menutupi hidungnya saat tertawa. Cantik. Cantik sekali.

Ada rasa familiar. Ada rasa kerinduan. Ada rasa ingin melingungi. Ada detak aneh pada jantungnya. Seperti jatuh cinta. Tapi, siapa pria ini? Ia melihat beberapa foto pria ini beserta beberapa kawanan yang tidak dikenalnya tergantung di tangga. Di pintu kulkas, terdapat beberapa kertas resep dan hiasan magnet yang membentuk kata T A E K O O K. Ia tidak tahu arti kata tersebut, namun dalam hatinya merasa pernah membacanya disuatu tempat. Ia tahu bahwa ia seharusnya merasa takut dan mulai memikirkan cara untuk lari, namun ia merasa bahwa dirinya memang ditakdirkan untuk tinggal.

Setelah sarapan, pria bermata besar itu membereskan perabotan makan yang mereka gunakan. Ia menyuruh pria yang lebih tua untuk berkeliling melihat-lihat seisi rumah.

"Dibelakang ada plant house. Lihat-lihatlah! Bunga mataharinya sudah tinggi!"

Pria yang lebih tua mengangguk. Ia baru menyadari wangi semerbak bunga yang mengelilingi udara ternyata berasal dari kebun bunga yang mengelilingi rumah ini. Langkah kaki membawanya ke ruang tamu, dimana lebih banyak foto pria itu terpajang. Lalu ia melihat ada satu pria yang selalu ada di setiap foto disamping pria cantiknya.

Cantiknya?

Ia terkejut dengan pikirannya sendiri. Ia bahkan belum mengenal siapa pria itu, namun dirinya sudah memanggilnya dengan sebutan hak milik? Tidak bisa dipercaya.

Matanya kembali fokus ke arah foto-foto dihadapannya. Ada rasa panas dihatinya ketika melihat pria lain meletakkan tangannya di pinggang sang bidadari. Mereka terlihat bahagia. Apa mereka sepasang kekasih? Ada suara patah di relung jantungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light BitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang