Bab 1- Kesialan

7.6K 202 1
                                    

_____

Rindita menghela nafas berat, Cahaya dari luar yang menelusup melalui tirai kamar kos-nya semakin menyilaukan. Jika ada yang berfikir menjadi mahasiswa itu menyenangkan, maka selamat. Anda salah.

Nyatanya menjadi mahasiswa tidak seindah bayangan Rindita ketika masih di SMA dulu. Kebiasaanya menonton serial drama membuatnya berpikir bahwa menjadi mahasiswa itu menyenangkan. Tidak menggunakan seragam, duduk di kantin nungguin gebetan, atau jalan bareng teman-teman.

Yah, sekarang Rindita mengerti tentang Sesuatu akan terlihat lebih indah ketika belum di miliki.

Rindita mendengus. Tiba-tiba teringat akan janjinya bertemu dengan Beby, sahabatnya sedari SMA.

Masih ada beberapa jam sebelum waktu yang sudah di tentukan. Rindita bergegas keluar kamar. Ia mendapati Adimas yang masih tertidur di sofa ruang tamunya yang sempit dengan tv yang masih menyala.

Rindita tinggal di sebuah kos-kosan yang di buat seperti rumah petak dengan tiga lantai. setiap lantai berisi lima petak. Di dalamnya ada dapur, ruang tamu yang merangkap sebagai ruang tv dan ruang makan, satu kamar dan satu toilet. Kos Rindita Berada di lantai dua, sementara Adimas di lantai satu.

"Woy, kecebong. Bangun"

"Adimas bangun"

"Jelek, bangun lo"

"Aishh.. Kebo banget dah lo"

Rindita mengacak rambutnya frustasi. "Terserah, tidur lo sampai mampus."

Baru saja Rindita melangkah, suara tawa Adimas memasuki indra pendengarannya. "Kalo gue mampus beneran, lo pasti nangis."

Rindita berbalik, mendapati Adimas yang sudah duduk sambil merentangkan tangan di udara. "Paling sehari." Ucap Rindita dan langsung menutup pintu kamar mandi.

Adimas melempar pintu Kamar mandi dengan sepatunya "Sialan lo Rin."

***

Rindita melangkah pelan, ada banyak orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Ia sudah bertemu Beby, dan sahabatnya itu sudah menghilang untuk kembali melanjutkan tugasnya di Rumah Sakit. Sementara Adimas tidak membalas pesannya.

Rindita Menyandarkan tubuhnya ke sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di depan Resto yang menjadi tujuan terakhirnya dengan Beby sebelum pulang tadi.

Yah!! Beby dan ceritanya tentang si Kesatria Bajakan membuat sedikit harinya terhibur setelah pusing dengan tugas-tugas kuliah selama beberapa minggu belakangan ini.

Rindita melirik jam digital di layar ponselnya. Sudah pukul delapan malam lewat, harusnya Adimas sudah sampai di depannya.

"Aishh Adimas mana deh. Di bilangin jangan Ngaret juga."

Rindita menendang ban mobil yang ada di belakangnya, membuat sirene mobil itu berbunyi nyaring. Rindita menutup ke dua telinganya kuat. Membuat beberapa orang melirik penasaran ke arahnya.

Suara sirene dari mobil itu sudah berhenti. Dan orang-orang kembali sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Kecuali seorang pria yang sekarang berdiri di depannya, menatapnya heran.

Rindita terperangah, sedikit merasa takjub dengan kegantengan pria di hadapannya. Hidungnya mancung, rambut coklatnya bersinar di bawah lampu yang temaram. Bibirnya membentuk garis datar, membuatnya semakin terlihat manis. Meski tidak dapat di pungkiri bahwa pria tampan itu sepertinya sudah cukup matang.

"Ini mobil saya." Ujar Pria itu dengan wajah datarnya. Rindita tidak bisa menebak apa yang di rasakan cowok di depannya. Marah kah dia?

"So.. sorry. Saya nggak sengaja." Ujar Rindita terbata. Bagaimanapun ini memang kesalahannya.

RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang