Al Diva Mahendra

2.8K 116 8
                                    

√ Cie, nungguin update ya..
√ Jangan lupa vote and comment ya..

***

[Bercinta Tanpa Cinta]
-Bagian 01-

***

[Al Diva POV's]

Aku akan melepaskan kemurnianku untuk Adnan. Setelah itu, aku tidak akan bisa terlepas darinya. Satu hal yang dapat aku lakukan untuk terbebas darinya adalah dengan mencari seorang pendamping baru. Namun, mencari adalah hal yang sulit. Tidak mudah menemukan seseorang yang mau mengabdi kepadamu.

"Jangan macam-macam, Al Diva." Interupsi Adnan. Ah, aku melupakan fakta tentang kekuatan mind reader miliknya.

"Sebaiknya, 'milik'mu dapat memuaskan diriku. Dengan begitu, semua kemampuan yang aku miliki dapat tersalurkan ke ragamu." Lanjutnya.

Aku menelan ludah sedikit kasar. Pasalnya, aku belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Aku paham betul jika 'punya'ku jauh melebihi rata-rata. Namun, apakah mampu memuaskan Adnan?

"Baiklah, sekarang pejamkan matamu."

Aku menuruti perkataan Adnan. Setelah mataku terpejam, dia menggenggam tangan kananku dengan tangan kirinya. Aku merasakan jika tubuhku melayang.

Setelah itu, kakiku kembali menapak tanah. Maksudnya apa? Aku tidak mengerti dengan Adnan. Aku membuka mataku dan barulah aku mengerti. Kami telah melakukan teleportasi.

Aku dan Adnan berada di dalam sebuah gua. Tidak, lebih tepatnya ada di dalam sebuah Cave House. Jadi, selama ini Adnan tinggal di sini rupanya. Tempat ini cukup mewah untuk disebut gua.

Di dinding gua ini terdapat lilin-lilin penerang yang jumlahnya sangat banyak. Tiap lorong selalu memiliki penerangan. Lantainya sudah menjadi keramik. Gua ini telah dirubah sedemikian rupa supaya menjadi lebih mewah dan layak.

Aku masih mengekori Adnan. Dia berhenti di depan pintu sebuah ruangan. Pintu ini cukup besar dengan ukiran latin yang membuatnya terkesan menakutkan.

Adnan membuka pintu itu. Terpampang ranjang dengan ukuran besar dengan furnitur mewah. Ranjang dengan penutup di bagian atasnya. Kelambu-kelambu berwarna biru itu nampak memberikan kesan malam yang indah. Sungguh, ini bukan sekedar rumah tapi istana. Istana di dalam gua. Adnan benar-benar menakjubkan.

Dia menggenggam tanganku. Membawaku melayang menuju ranjang mewah itu. Tubuhku di hempaskan begitu saja saat kami telah berada di atas ranjang. Aku... seperti merasakan sesuatu yang berbeda.

"Puaskan aku, Al Diva." Pintanya.

Dalam sekejap mata pakaianku telah tanggal. Mengekspos tubuh kekarku serta dada bidang dan perut kotak-kotak yang menggiurkan.

Adnan melepaskan pakaiannya juga. Tubuhnya juga sama sepertiku, hanya saja perutnya masih belum terbentuk. Aku kagum melihatnya. Mungkin, aku akan memuaskan Adnan malam ini.

Selamat bercinta, tanpa cinta Adnan. Sepertinya 'punya'ku ingin segera memuaskan dirimu.

[Warning!!! Adegan 21+]
[Yang belum cukup umur loncati saja bagian ini sampai menemukan tanda ♥]

Aku membalik posisi kami. Sekarang, aku menindih Adnan. Dia menciumku dengan nafsu yang menggebu. Melumatnya dengan sangat ganas. Aku membalas lumatannya, jauh lebih ganas darinya.

Lidahku mencoba masuk ke dalam rongga mulutnya. Seakan sudah sangat terampil, tangan kosongku memilin nipple milik Adnan. Dia melenguh. Dia mendesah.

Aku belum pernah melakukan hal ini. Akan tetapi, semua seperti sudah aku pelajari. Naluriku mengatakan aku harus melakukan ini dan itu. Benar-benar menakjubkan. Aku menyuakinya.

Ciuman kami terlepas. Masing-masing dari kami berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin. Mengisi paru-paru kami hingga penuh. Setelah itu, lumatan kembali berlanjut.

Tangan kiriku yang masih kosong mendesak masuk ke dalam celana Adnan. Benda di dalam sana semakin mengeras kala aku meremasnya dengan gairah.

"Ah.." Desah Adnan.

Aku melepaskan pagutan kami. Melepas celana yang dipakai oleh Adnan dan mulai mengulum benda pusaka miliknya itu dengan perlahan. Adnan menggelinjang nikmat. Bibirnya tiada henti mengeluarkan desahan-desahan nikmat.

Aku melepaskan celanaku. Aku juga berhenti mengulum pusaka milik Adnan. Aku mendekatkan pusaka milikku ke wajahnya. Mengisyaratkannya untuk segera mengulum pusaka milikku.

Dengan rakus Adnan mengulumnya. Menjilati mulai dari kepala hingga pangkalnya. Sensasi ini begitu menakjubkan. Aku merasakan pusakaku menjadi hangat dan lembab.

"Eumh... Ah..." Desahku.

Kedua tanganku memegangi kepala Adnan. Entah kenapa, tanganku impuls menggerakkan kepala Adnan maju mundur. Sedikit cepat hingga aku membiarkan Adnan melakukan tugasnya.

"Ah.. Sial!" Desahku.

Ruangan ini penuh dengan desahanku. Aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Dengan sedikit kasar aku membalikkan tubuh Adnan. Punggung mulusnya kini terekspos dihadapanku. Indah sekali.

Aku menarik tubuhnya. Memegangi pusakaku dan mengarahkannya untuk masuk ke dalam 'surga' milik Adnan. Sedikit sulit untuk masuk ke dalam sana. Aku berusaha dan terus mencoba.

"Argh!" Teriak Adnan.

Pusakaku masuk ke dalam sana dengan sekali hentakan keras. Aku mendiamkannya sebentar. Membiarkan 'surga' milik Adnan beradaptasi dengan pusaka milikku. Setelah cukup, aku mulai memaju mundurkan pinggangku.

Assassins - Magic In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang