√Maaf baru bisa update, laptop author tiba-tiba error dan gak bisa dinyalain 😫😭
√Maaf juga cuman bisa update 1 chapter, gak sesuai yang dijanjikan [4 Chapter] Janji deh, besok bakal update 3 chapter.
√Yang baik, beliin laptop donk.. 😘***
[Bercinta Tanpa Cinta]
-Bagian 02-***
[Al Diva POV's]
Aku semakin merpecepat gerakanku. Pinggangku bergerak seirama dengan desahan dan erangan dari Adnan. Hangat, itu yang aku rasakan saat ini. Pusakaku diremas di dalam sana. Tubuhku ikut memanas.Kedua tanganku memegang pundak milik Adnan. Lalu, menciumi seluruh punggung mulus miliknya. Aku memberikan beberapa bekas di sana serta bagian belakang lehernya.
Cumbuanku berhenti. Aku memilih untuk menjilat dan menggigit kecil telinga kanan dan kiri Adnan. Dia semakin mendesah. Mungkin, karena itu adalah area sensitif miliknya.
Aku membalikkan tubuh Adnan. Kedua kakinya aku taruh dikedua pundakku. Sekarang, aku dapat melihat ekspresi bergairah miliknya. Ku kecup dada bidang miliknya dan ku gigit kecil nipple miliknya.
Gerakanku semakin cepat. Adnan meremat seprai yang ada di bawahnya. Dia mendesah semakin keras dan di ujung desahannya dia mencapai puncak. Benih cinta itu keluar dengan ganas. Mengenai perut, dada, dan wajah tampannya.
Akibatnya, lubang milik Adnan menyempit. Aku semakin dibuat melayang karenanya. Gerakanku semakin cepat dan cepat, tubuhku semakin panas. Aku... akan mencapai puncakku.
"Ah.. Fuck!!"
Aku mencapai klimaks. Benih cintaku keluar di dalam lubang milik Adnan. Beberapa kali tembakan. Hal itu membuat 'surga' itu penuh dengan benihku.
Tubuhku lemas. Aku menjatuhkan diriku di atas tubuh Adnan. Mencium dan sedikit melumat bibir manis miliknya. Kami selesai, hingga akhirnya tertidur. Dengan posisi masih seperti ini.
***
Aku terbangun. Tubuhku masih bertelanjang bulat. Adnan sudah tidak ada di sampingku. Aku bangkit dan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar Adnan. Aku masuk ke dalam kamar mandi. Terdapat sebuah bak air [bukan bath up, tapi tempat menyimpan air].
Aku mengguyur tubuhku dengan air yang ada di dalam bak itu. Sensasi dingin memenuhi sekujur tubuhku. Tidak lama, aku hanya mandi kurang dari satu jam.
Aku berjalan keluar. Mencari jubah milikku yang semalam sempat terlepas dari tubuhku. Ah, aku menemukannya. Aku mengambilnya dan berusaha memakainya. Namun, ini tidak berhasil. Jubah ini seakan tidak muat di tubuhku.
"Lihatlah tubuhmu! Kau semakin berotot, Al Diva. Kekuatanku sudah tersalurkan padamu."
Adnan datang menghampiriku dengan tiba-tiba. Aku sedikit terkejut dengan hal itu. Lalu, bagaimana dengan jubahku? Tanyaku dalam hati. Aku yakin dia akan menjawabnya.
"Tentu." Jawabnya.
"Aku sudah membuatkan jubah baru untukmu. Jubah itu terlalu buruk. Ini!" Lanjutnya sambil memberikan jubah baru untukku.
Aku menerima jubah itu. Benar kata Adnan. Jubah lamaku terlihat buruk. Jubah baru ini nampak jauh lebih bagus dari milikku. Dibalut dengan lempengan baja mengkilap di bagian lengannya serta serat baju yang sangat halus berwarna putih dan merah.
Jubah ini mirip sekali dengan jubah Assassin sebelumku. Assassin itu bernama Al Ax Crusecta. Assassin terkejam dan tersadis dari desaku. Semua misi dapat dijalaninya dengan lancar dan tanpa hambatan sama sekali. Jikalau ada, Al Ax dapat menghabisinya dengan cepat dan rapi. Sungguh, Asssassin paling gila.
Aku memakai jubah itu. Nampak sangat keren di tubuhku. Aku dapat melihatnya dari pantulan cermin yang ada di kamar Adnan. Aku nampak jauh lebih tampan dari sebelumnya. Adnan pasti menyukainya.
"Kau terlihat tampan, Al Diva."
Adnan mengucapkan kalimat itu dengan nada menghina. Sialan, kau Adnan! Aku segera memegang tangan Adnan. Dia sudah memakai jubahnya juga. Dan dia... terlihat lebih sempurna dengan jubah itu.
SHEEB!!
Aku melakukan teleportasi. Tentu aku bisa melakukannya karena kekuatan baruku dari Adnan. Aku dengan cepat menguasainya karena bantuan telepati dari Adnan. Aku bisa masuk ke dalam pikirannya, begitu pula sebaliknya.
Aku akan menjalan misi pertamaku. Tetua menyuruhku untuk membunuh Kepala Desa dari Desa Daveonx. Desa ini terletak di atas Gunung Phoenix. Gunung tempat para Phoenix tinggal.
Desa Daveonx terkenal dengan warga desanya yang dapat merubah bentuk menjadi Phoenix. Desa itu juga terkenal dengan legenda Zeonix. Burung Phoenix Agung yang hanya ada di desa mereka. Burung itu di adalah tunggangan untuk kepala desa mereka serta penjaga bagi para Tetua yang ada di sana.
"Adnan. Kita tidak bisa melakukan teleportasi lagi setelah memasuki Hutan Onix." Ucapku menjelaskan.
"Aku tahu, Al Diva." Balasnya.
"Baiklah, kita harus segera membunuh orang hina itu. Dia telah membuat desa Minoten porak-poranda."
"Baiklah, Al Diva." Balasnya.
Kami memulai perjalanan. Perjalanan dari luar desa hingga ke Desa Zeonix memerlukan waktu dua hari. Cukup menguras tenaga memang, tetapi itu adalah kewajiban seorang Assassin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassins - Magic In Love
FantasiaAl Diva Mahendra - Seorang pemuda yang telah berasal dari klan Eragon ini telah mencapai umur 7 bulan purnama atau setara dengan 17 tahun. Oleh karena itu, sekarang ia harus menjadi seorang Assassins dari desanya yang bernama Desa Paragon. Kewajiban...