Episode#3

78 10 24
                                    

Sayup-sayup Nica mendengar sekelompok siswi yang tengah bergosip di belakang.

"Itu cewek yang katanya tadi berangkat bareng Vero bukan?"

"Anak kelas mana sih?"

"Gila aja tadi pagi Vero sama dia. Sekarang udah nambah aja ada Rendy nya" hampir begitulah topik yang hangat ramai digosipkan.

Hingga bel berbunyi pun Nica masih sibuk mendengar komentar-komentar murid lain. Tak jarang ada juga yang berkata pedas. Sampai tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya. "Ke kelas bareng Rendy aja, dia juga X IPA-1. Gue duluan" pamit Vero.

"Gue nitip Nica ya" pesan Vero saat melewati Rendy, dengan suara yang teramat pelan. Rendy mengangguk meski sebenarnya masih merasa janggal, kemudian mengajak Nica memasuki ke kelas.

***

"Assalamu'alaikum, selamat siang anak-anak. hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu." pinta Pak Hasan sesudah memasuki kelas.

"Hi, saya Vianica Audhy Hendarko, panggilannya Nica. Salam kenal"

"Uhuy, calon gebet gue cantik bet dah. Tuh kan, gue bilang juga apa. Kalian sih gak percaya" kata seorang cowok dengan bangganya berdiri.

"Hi juga Nica.., gue Fahry Aditya Hermawan, panggil Fahry aja boleh. Salam kenal ya" cowok tadi-Fahry menyambung lagi ucapannya dengan nada yang sengaja dibuat semanis mungkin.

"Kalau saran gue sih, jangan mau jadi gebet dia Nic. Soalnya kamu terlalu cantik buat dia, mending kamu sama aku aja. Abang Rio si tampan" Rio mulai mengeluarkan salah satu jurus andalan sambil mengakhiri ucapannya dengan kedipan sebelah mata.

Oh jangan berpikir cuma mereka berdua aja yang bertingkah aneh seperti itu. Beberapa anak cowok juga mulai ikut-ikutan berdiri dan mengikuti jejak mereka. Memperkenalkan diri dengan caranya masing-masing yang menurut Nica err.. agak lebay.

"Elah sok keren lu!! Tampang kayak gitu kok ngimpi mau jadi gebet dia. Benerin dulu tuh muka, ganteng juga kagak" seru seorang siswi yang tempat duduknya tepat disebelah Fachry.

"Eaakk.., Naila wakk. Dah berani dia. Cepetan di gas gih Ian, dah lampu hijau nih"

"Ekhem, guys kok gue kayak nyium ada bau-bau khas gitu ya? Kalian nyium juga gak sih?"

"Emang iya, baunya tuh kayak orang lagi cemburu gitu"

Sedangkan siswi tadi-Naila hanya memasang wajah tak acuh dengan ocehan mereka. Toh menurut dia tidak ada yang salah dengan perkataaanya barusan. Justru bagi Naila kata-katanya tadi merupakan saran untuk Fahry. Dan bukan sebuah ungkapan kecemburuan, teman-temannya itu memang terlewat pintar.

Pak Hasan-wali kelas dan juga guru yang mengajar saat ini cuma geleng-geleng kepala saja melihat tingkah absurd murid-muridnya."Sudah-sudah, berhenti dulu bercandanya. Kita mulai pelajaran sekarang. Nica silahkan duduk disebelah Lyna."

"baik pak, permisi"

***

Sore ini adalah sore kesekian kalinya dimana Nica masih tak percaya bahwa keluarga Vero dengan begitu baiknya menerima kehadiran Nica disana. Bahkan mama Vero dengan senang hati menawarkan diri menjadi mama untuknya.

Nica mengernyit, baru menyadari kalau ternyata interior kamar ini belum diubah sama sekali. itu artinya beberapa kenangan mereka masih tertera jelas disana. Akh.. ini dia, batin Nica senang seraya menatap ke arah lukisan yang pernah Vero buat dulu untuknya. Disana tertera lukisan keluarga dengan kata-kata yang mampu membuatnya meneteskan air mata. "Jangan khawatir kamu juga merupakan bagian dari kami"

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang