Episode#4

61 8 23
                                    

Kriiing.. Kriiing..

Bel istirahat kini berbunyi. Semua murid menyambutnya dengan bersuka cita, dan langsung berhambur keluar kelas. Tapi tidak dengan empat gadis yang duduk dipojok kanan. Termasuk Nica tentunya. Tasya teman sebangku Nica tampak sibuk berkumpul bersama teman-temannya.

Derap langkah kaki terdengar semakin dekat. Nica yang baru saja ingin beranjak dari tempat duduknya itu terpaksa berhenti karena seseorang baru saja memanggil namanya.

"Selamat siang Nica" sapa seorang gadis dengan cengiran khasnya.

"Siang.. Lo siapa?"

"Lah.. Lo lupa?"

"Mmm.., siapa ya? emang kita saling kenal sebelumnya?"

"Enggak sih hehehe. Nama gue Naila Arfadenata, panggil aja Nelah, umur 16 tahun, jenis kelamin seperti yang lo liat. Kalau dia Ananda Tasya, yang disebelahnya Farra Pricilla"

Akh.. Nica ingat sekarang! Dia gadis yang cemburu itu.

"Mau ke kantin? Bareng sama kita-kita aja kuy"

Nica terdiam sebentar, meresapi kata-kata yang baru saja gadis itu lontarkan.

"Eeekhh? kalian gak salah ngajak orang ya?"

"Yee bocah"

***

"Abang Vero mah gitu. Tega banget ninggalin, Fahry kan kesusahan jadinya. Rendy juga gak ajak-ajak. Apa yang telah kalian lakukan pada aku itu jahad tau gak?" ujar Fahry sarkarstik. Sesaat setelah dia sampai dikantin dan melihat dua sahabatnya itu sedang melahap makanan dengan nikmatnya.

"OH" jawab keduanya singkat padat dan jelas dengan wajah tak berdosa.

Sungguh mereka benar-benar sahabat yang setia!

"Anjay, cuma dijawab 2 huruf doang. Geser gih gue mau duduk!" suruhnya masih dengan nada kesal.

Vero mendongak sambil meringis. "Yaudah tinggal duduk, disitu juga masih lebar kali. Emang bokong lo segede apa?"

Fahry melotot heran, bagaimana Vero bisa menanyakannya dengan begitu santai? Ini pertama kali dalam hidup Fahry kehabisan kata membalas ucapan Vero.

Krik.. krik.. krik..

"Eh.. Eh, gue punya berita baru!" teriak Fahry tiba-tiba dengan antusias.

"Apaan? Ditagih utang lagi lo ama mpok Nuha?"

"Bukan, geblek! Dipikir gue kayak lo apa? Utang melulu kerjaanya. Tebak lagi!"

"Yee bocah, lo juga kali nyet. Akh, gue tau! Pak Bambang abis jadian ya?"

"Yaelah, kalo itu mah mustahil" ucap Fahry sambil tertawa mengingat betapa gencarnya Pak Bambang mencari sang belahan jiwa.

"Terus apaan? kebanyakan mukadimah elah lo"

"Vero aja gak kepo, kenapa lo jadi kepo banget" Fahry berkata dengan santainya, sambil menatap Vero yang diam dengan raut datar.

Rendy menggertakkan gigi dengan kesal. "Astaga!! miris amat jadi cowok, serba salah"

Tawa Fahry mendadak pecah mendengarnya. Ini seperti bukan khas Rendy sekali. Biasanya cowok itu selalu bisa membalas Fahry. Lihat? Bahkan Vero saja sampai menganga tak percaya.

"Bacot njir. Gue barusan dapat sinyall ijo dari nelah"

"SERIUSAN LO?!"

Reflek Fahry menendang kaki Rendy saat banyaknya pasang mata yang kini menatap kearah mereka.

"Itu mulut kayak cewek deh sumpah. Toa banget." Vero menggelengkan kepala heran.

Rendy menarik kedua ujung bibirnya nyengir tanpa rasa bersalah, "Ya maap, abisnya lo tu kan kelamaan jomblo. Jadi gue kira lo dah karatan"

"Kali ini gue sependapat sama Rendy. Lebih baik lo jangan ngarep terlalu tinggi ntar jatuhnya ke bawah. Kasian. Liat lo sekarang aja ngenesnya udah setengah mampus"

Fahry mengetatkan rahangnya menahan emosi. "Kalian itu sebenarnya friendSHIP or friendSHIT? Kok hobby nistain sahabat sendiri?"

Baru saja Rendy hendak mengeluarkan kata-katanya, sebuah suara sudah lebih dulu mendahuluinya.

"Kayaknya lebih tepat dibilang friendSHIT" Nica tiba-tiba datang mendudukkan dirinya disebelah Vero dan mengambil alih makanan lelaki itu.

"Astaga.., lo mirip jailangkung tau gak? Datang gak diundang pulang gak diantar. Pergi gih, cuacanya udah panas jadi tambah panas gegara lo" ujar Vero kesel karena tekwannya seketika ludes dimakan Nica.

Nica kembali menyeruput teh obeng milik Vero, matanya menatap ketiga teman barunya dan menyuruh mereka bergabung bersama. Sedangkan Fahry dan Rendy cuma melongo diam didepan sana. "cantik begini kok lo samain sama jailangkung. Situ waras?"

"Alhamdulillah masih waras kok. Buktinya sekarang lo ketemu gue di kantin bukan di RSJ"

Salah gak sih kalau bawaannya gue sekarang pengen ngumpat?

"Kalian...? Pacaran?" Tanya Fara mewakili teman-temannya.

Vero sempat tertegun sejenak sebelum akhirnya tertawa lepas memperlihatkan deret giginya yang putih. "Enggak mungkin lah, yang ada dia-nya ntar kesusahan punya pacar kayak gue yang kadar kegantengannya nambah terus tiap detik"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kampret, lo pikir gue itik buruk rupa apa. Ya kali dekil kayak lo jadi nambah ganteng -Vianica

Kapan gue bisa buat doi ketawa lepas kayak gitu ya? -Fahry dan Rendy

Kalau dengan beralibi bisa buat lo nyaman. Gue rela meskipun harus terus berpura-pura -Unknown

-----

Okee, gue minta maaf banget karena part ini udah terlalu lama mendem dalam laptop. Sebenarnya sih mau update dari jauh-jauh hari, tapi apa daya kadang suka gak sreg sendiri sama ceritanya. Ngetik-hapus, ngetik lagi-hapus lagi.. gitu aja terus sampe haripun terus berganti.

Akhirnya gue milih bertapa nyari-nyari ide eh gak taunya malah keterusan. Jadi beginilah hasilnya. Enggak tau deh ini part nyambung apa kaga.

Maaf yoo..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang