Bab 45

3.3K 122 9
                                    

Saat sedang makan, Billy bertanya pada Gea.

"Pulang pagi ya? Emang ada acara apa?." mulai bertanya.

Gea mengunyah makanannya terlebih dahulu. "Sebenernya belum pulang, tapi gue izin."
"Ohh." ucap Billy singkat.
"Gea itu sahabat yang paling pengertian, dia gak cuma sahabat tapi gue udah anggap dia sebagai saudara." kata Agatha tersenyum bahagia.

Billy pun ikut tersenyum. Wajah Gea tersipu malu mendengar perkataan Agatha.

Seusai makan, mereka melanjutkan mengelilingi kota. Pergi ke mall untuk
bermain di time zone sekedar untuk hiburan, supaya Agatha bisa melupakan kesedihannya.

Sementara itu..

Lexa termenung menatap bukunya diatas meja. Pandangan matanya kosong, Almira menghampirinya. Revin mengalah dan memilih pindah bangku dibelakang.

"Lex.." sapanya lembut.

Almira menyentuh tangan Lexa. Pandangan Lexa buyar seketika.

"Eh Almira. Ada apa?." tanya Lexa bingung.
"Kamu lamunin apa? Dari tadi aku perhatiin diem terus." tanyanya.
"Engga apa-apa." menggelengkan kepalanya.
"Jangan bohong. Kamu lagi mikirin Agatha ya? Gak apa-apa jujur aja."

Lexa menatap langit-langit kelas. Memikirkan sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Lalu, dia pun bercerita tentang apa yang mengganggu pikirannya.

"Gue merasa bersalah banget sama Agatha. Bukan cuma dia yang marah, tapi Gea juga ikut marah sama gue. Dua sahabat gue, sekarang benci sama gue. Apa yang harus gue lakuin, Ra? Sumpah gue bingung." katanya panjang lebar.

Almira memegang pundak Lexa. "Aku akan bantu kamu, aku janji Lex."
Lexa menatap Almira. "Makasih ya Ra."

Tiba-tiba Revin memotong pembicaraan mereka. "Lex, pake cara gue aja yang tadi gue bilang."

Menoleh kebelakang. "Lo serius bakal berhasil?." tanya Lexa ragu.
"Makanya dicoba dulu." balas Revin.
Almira juga menoleh kebelakang. "Rencana apa Vin?." tanyanya kepo.
"Rahasialah. Hanya gue dan Lexa yang tau." kata Revin.

~0~0~0~

Pukul 13:25

Agatha,Billy dan Gea tiba dirumah Agatha. Mereka duduk disofa sejenak, merebahkan tubuh yang lelah mengelilingi kota. Mbok Irna menghampiri mereka yang terlihat letih.

"Mau minum apa Mbak? Mas?." tanya Mbok Irna.
"Itu aja Mbok." kata Billy menutup mata.
"Itu apa Mas?." tanya Mbok Irna bingung.
"Yang seger-seger ajalah." ucap Billy lemas.

Mbok Irna segera kedapur. Raut wajah lelah mereka sangat tampak, seperti kain yang lusuh. Tiba-tiba bunyi dering hp berbunyi.

"Eh itu hp siapa?." tanya Billy.
"Gak tau." balas Agatha.
"Punya gue." jawab Gea memegang hp.

Gea menerima panggilan dari Revin. Ia menjauh dari ruang tamu, agar tidak mengganggu Agatha dan Billy yang sedang rehat.

"Apa Vin?."
"Lo masih dirumah Agatha?." tanya Revin balik.
"Kok lo tau kalo gue dirumah Agatha?." Gea heran.
"Dari Rio. Tadi bilang waktu diabsen." jelasnya.
"Ohh."
"Pertanyaan gue belum lo jawab."
"Iya gue masih dirumah Agatha kok, kenapa?." cetus Gea.
"Ntar malem bisa gak kita ketemuan?." tanya Revin ragu.
"Lo ama gue?."
"Lo,gue,Agatha."
"Kalo ada Lexa gue gak mau." jelas Gea.
"Gak kok, cuma kita bertiga. Ada yang mau gue omongin ama Agatha."
"Ntar gue tanya dia dulu. Yaudah, lanjut nanti lagi. Gue sibuk. Bye." Gea mematikan telfonnya.

Segera Gea kembali keruang tamu, duduk bersandar disofa yang ia tempati tadi. Mbok Irna datang dengan tiga gelas ice lemon yang menggoda.

"Silahkan." kata Mbok Irna tersenyum.
"Makasih Mbok." ucap Agatha.

Gea mengambil segelas lemonnya, meneguknya dengan nikmat. Begitu kering tenggorokannya, seakan ia sedang berada dipadang pasir. Billy dan Agatha pun ikut meneguk lemonnya.

"Ga. Ntar malem Revin ngajakin kita ketemuan. Lo mau kan?." tanya Gea gugup.
Menghentikan tegukannya. "Cuma bertiga?."
"Iya."
Agatha tersenyum sinis. "Masa sih cuma bertiga? Trus Lexa gak ikut gitu?." masih tak percaya.
"Kata dia sih cuma bertiga. Kalo lo gak mau juga gak apa-apa. Gue bilangin ke dia."
"Kapan dia ngomong ngajak ketemuan?." tanya Agatha.
"Baru aja. Dia telfon gue."
"Suruh dia bilang ke gue sendiri. Biar gue buat keputusan." jelas Agatha.

Gea mengangguk paham. Dia ingin menelfon Revin, namun ia mengurunkan niatnya. Saat ini masih jam pelajaran, pasti pelajaran telah dimulai. Ia mengirim pesan WhatsApp.

(WhatsApp)

Gea : vin, gue udh ngomong ke agatha. Kata dia lo suruh telfon dia sendiri, biar dia yg ambil keputusan.

Gea pun benar-benar lelah. Ia berpamitan pada Billy dan Agatha untuk pulang.

"Gue anter Ge." tawar Agatha.
"Gak usahlah, gue bisa naik angkot atau ojek." tolaknya lembut.
"Gak apa-apa Ge. Lo kan capek, kalo nunggu angkot atau ojek bakal lama."

Gea diam sejenak.

"Udah udah. Gea biar gue aja yang anter." kata Billy.
"Serius Bil?." tanya Agatha ragu.

Billy bangkit dari duduknya, mengambil kontak mobilnya.

"Ayo Ge." ajaknya.
"I-iyaa Kak."

Mereka menuju mobil. Kemudian membuka pintu mobil dan memasukinya. Menjauh dari rumah.

(Diperjalanan)

"Gue mau tanya-tanya dikit tentang Lexa boleh?."
Gea melirik Billy. "Boleh."
"Ceritain tentang Lexa. Semua kebaikan dan keburukannya." menatap kedepan.
"Emm.. Lexa itu setau gue orangnya cuek,jail,suka bolos,emosional,suka tidur dikelas." kata Gea.
"Trus? Apalagi?." Billy menyelidik.
"Dia juga baik kalo sama orang. Apalagi sama sahabat-sahabatnya, termasuk Agatha." jelasnya.
"Kenapa Lexa pacaran sama orang yang Agatha benci?."
"Kalo itu gue gak paham, gue belum sempet tanya sih. Udah muak gue liat dia!." cetus Gea.
"Gue minta sama lo, kalo ada kabar tentang Lexa atau tentang Agatha. Kasih tau gue ya, biar gue bisa pantau mereka. Gue sedih liat Agatha nangis, mau bantu tapi gak tau bantu apa." memberitau.
"Iya Kak, gue bakal kasih tau lo tentang mereka." ucapnya.

Billy memberikan nomor ponselnya pada Gea, untuk berkomunikasi mengenai Agatha dan Lexa. Tak begitu lama, tibalah mereka didepan rumah Gea. Gea turun dari mobil.

"Makasih Kak." ucapnya tersenyum.
"Sama-sama." balasnya tersenyum.

Mobil Billy menjauh dari rumah Gea. Melaju kencang menuju rumahnya.

~0~0~0~

Tbc =)
Kasih vomment guys, aku usahain lanjutin ceritanya cuma buat kalian :*

Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang