"Baiklah Salwa, Pertanyaan untukmu; 'Paparkan perbedaan hujan es dengan hujan Salju'
Sejenak Salwa tak bergidik. Dirinya sibuk merangkai jawaban yang barangkali berterbangan di atas kepala. Teman-teman memberi keyakinan. Salwa tersenyum.
"Menurut Saya, Hujan Salju yang jatuh adalah kristal-kristal es. Tetapi, hujan Es yang jatuh ke bumi memang butiran-butiran Es yang cukup keras dan sering menimbulkan kerusakan. Secara garis besar dapat diterangkan; Karena awan letaknya sangat tinggi, maka sebagian awan membeku dan demikian menjadi gumpalan es. Terima kasih!"
Salwa mengakhiri, bersalaman kemudian turun. Panitia hanya tersenyum. Teman-teman sekelompolnya bersorak bangga.
"Kamu keren, Salwa. Itu pertanyaan sulit lho."
"Biasa aja! Anak sd kalau ada baca buku pun mereka bisa." Sungut laki-laki itu lagi.
Abaikan! Sudah di bilang percuma saja. Salwa tidak menanggapi.
Gadis itu mengacuh, membalas pujian temannya.
"Iya terimakasih. Kalimat itu ngga segaja melintas di kepalaku." Ujar Salwa beriring duduk.
"Apapun itu, Wa. Setidaknya kamu sudah buat kelompok kita dapat a plous."
****
Malam tiba dengan kiprahnya bintang di langit. Sehabis maghrib, Salwa duduk di depan Asrama sambil mengerlingkan mata seakan berburu bintang. Banyak teman-teman berkeliaran disana. Salah satunya Ghina, Roomet Salwa. Ia menghampiri Gadis itu dan duduk di sebelahnya.
"Sedang apa?! Kayaknya asik sendiri." Sindir Ghina seraya mengikut arah pandang Salwa.
"Ah, enggak!"
"Lagi hitungin bintang ya?!" Titahnya sembari duduk di sebelah Salwa.
"Hitungin? Keburu ngga fokus. Emang setelah triyunan ada lagi?" Kekeh Salwa memperlihatkan rentetan giginya.
"Siapa tau. Kamu bisa dapat inspirasi dari bintang. Terus buat squel deh. Topiknya Berburu bintang, gimana?!"
Ghina mengangkat kedua alisnya, seraya senyuman genit itu mengusik Salwa hingga dirinya juga ikut tersenyum.
"Berburu bintang? Ini bintangnya yang ada di langit atau bintang..." Salwa menjedakan kalimatnya. "Bintang beneran?"
"Kalau bisa sih beneran. Nama bintang itu kan langka, pastilah ada walau ngga banyak." Ghina mendekatkan wajahnya ke teliga Salwa. "Coba cari tau, Wa. Siapa tau aja salah satu temen-temen disini, ada yang namanya Bintang."
Salwa semakin terkekeh. Ia menggarukkan pangkal hidungnya. Sementara Ghina masih dengan kejahilannya. Ia menjauhkan wajahnya dan duduk sigap kembali.
"Aku aminkan ya, kamu cari tau aja, Wa. Aku serius loh."
Salwa tersenyum. Pusaran mata hitamnya menelusuri teman-temannya yang lain. Malam ini dingin. Memang! Mengguliti perut dan menyabik kulit.
"Hem.. Oya, Wa." Alih Ghina, Salwa menoleh ke sumber suara. "Besok sebelum kumpul, kita jalan-jalan subuh, yuk."
"Berdua?!"
"Ngga! Nanti aku ajak Felisha. Tapi tergantung kamunya dulu. Mau nggak?!"
"Boleh!"
"Ya sudah, aku bilang sama Felisha dulu, ya."
"Oke!"
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Peka Dikit Salwa!
Fiksi RemajaTentang Salwa dan semua cerita studinya. Tentang cinta yang mengiprah di Asrama, tentang hati yang mulai tumbuh disana. #teenfiction