Prologue: Until Dusk Take My Soul

5 2 0
                                    


"Sore disini gak pernah sebagus ini. Ternyata efek bawa kamu kesini gede juga, ya?", Godanya padaku. Terakhir aku berada di tempat ini, aku hampir kehabisan air mataku. Aku sempat takut tak bisa menjaga rasaku kepadanya. Tapi, kali ini rasanya kata 'selamanya' kurang cukup untuk menghabiskan waktu bersamanya, walaupun itu terdengar sangat receh.

"Kayak kamu pernah kesini aja", yang setahuku memang begitu.

"Udah, kok!", sambil menampilkan senyum miringnya, dia menunjukkan sesuatu; gantungan kunci Kura-Kura Ninja yang sudah agak kotor.

"Loh, kok, ketemu?!", tanyaku terkejut, karena sekali lagi, setahuku dia belum pernah kemari. "Ini, 'kan.. Udah kebuang. Kok bisa ada di kamu?"

Raut wajahnya berubah, dia tahu apa yang terjadi saat itu. "Maaf, ya. Aku bego," disambutnya tanganku untuk dikecupnya berulang-ulang kali. "Aku terlalu pengecut buat bilang kalo aku salah. Kalo aku udah buang kepercayaan kamu gitu aja. Aku gak mikir waktu itu, lupa kalo kamu kadang punya 'penglihatan' yang lain."

"Kamu kira aku paranormal yang nerawang pake gitu-gitu?", aku tahu maksudnya adalah perspektif. Ekspresinya berubah lagi, kesal momen seriusnya kurusak. "Maksud aku sudut pandang kamu. Harus banget ya, kamu autocorrect gitu?", aku tertawa puas.

"Iya, aku tau, lebay", tak bisa kutahan tanganku untuk mencubit pipinya yang selalu memerah. "Sekarang siniin si Raphael, mau aku cuci!", gantungan kunci itu ditarik jauh dari jangkauanku. "Katanya kamu buang. Ya, balik ke pemilik, lah!", aku cemberut. Sedikit menyesal aku membuangnya karena kesal semata.

Setidaknya, Raphael kecilku takkan jauh dariku karena pemiliknya – yang sekarang – akan selalu bersamaku, hingga mungkin, senja terakhir yang ada di dunia ini.


A/N

Hai, aku PLUM. Heart-Sketch adalah karya pertama yang aku beranikan untuk aku submit ke sini.

semoga kalian suka, dan jangan lupa vomment juga follow PLUM! Arigatou!!

Heart-SketchWhere stories live. Discover now