Page 1: Lemon-Honey Iced Tea

7 0 0
                                    

ACT 2

Ada sekitar 6 sampai 7 orang memasuki kopitiam. Ramai sekali. Sepertinya mereka pulang kuliah, atau sekedar kongkow disini. Tapi, yang pasti terjadi adalah aku sangat terganggu.

Aku belum sempat memanggil pelayan untuk mengambil pesananku. Masih mengeluarkan buku sketch-ku, beberapa jenis pensil, rautan, dan penghapus. Ya, inilah hobiku. Well, kadang jadi mata pencaharianku juga, sih.

Menggambar satu sketsa untukku, membutuhkan banyak sekali kerepotan. Aku memiliki beberapa syarat dan kondisi untuk melakukannya. Beberapa diantaranya, ya, harus di tempat yang bagus, ada makanan dan air, sunyi, stabil, dan aku harus merasa nyaman. Kalau salah satu saja - tak terpenuhi - aku ngambul sampai waktu yang aku mau.

Kurang profesional, memang. Tapi, itu sudah jadi kebiasaan yang susah untuk diubah.

Dan setelah aku merasa semuanya terpenuhi, mereka datang, merusak zen mode-ku. Padahal aku sudah punya ide keren untuk dicoret.

Mereka duduk persis di sofa besar melingkar yang ada di sebelahku. Tertawa aneh karena hal aneh, membincangkan sesuatu yang tidak ada faidahnya, intinya melakukan boys thing.

Kesal dengan apa yang mereka lakukan, aku perhatikan apa, sih, yang mereka lakukan sampai membuat keseruan semacam itu?!

Aku melihat ada satu pria yang jadi 'sesuatu' untuk dibicarakan. "Pokoknya lo ya, Jo, yang traktir kita!"

"Wih, bener emang, ye? Ngilang lama, tiba-tiba aja ngajak kita jalan. Selama ini ngilang, putaw lo laku keras, ye?", sungguh pertanyaan yang sangat kurang ajar untuk menanyakan kabar teman yang lama hilang. Yang lain mengejeknya karena keterlaluan. " Gila, lo kira gue bandar?", timpal pria yang - sepertinya - namanya 'Jo' tadi. Dari yang kulihat, dia adalah Si Oriental yang disegani teman-temannya secara musiman.

"Trus kenapa, Jo? Ngajak makan, pacar lo baru, ya?", pria lain kali ini.
"Enggak, syukuran aja. Lagian gue gak bakal lama, pindah."
"Lhah, napa pindah Jo? Udah gak sayang lagi sama gue?", aku pribadi ingin muntah mendengarnya.

"Gue dapet beasiswa. Lumayan, Musashino."
"Maksud lo, lo dapet beasiswa di MAU? Jepang?! Balik ke habitat dong?", celetuk salah satu dari mereka, kaget temannya bisa kesana.

Mereka saling tertawa dan bercanda setelahnya. Tak peduli ini acara perpisahan mereka, aku terganggu di sini. Dan sepertinya, Si Bintang dari Kawanannya tahu aku terganggu karena pesta kecilnya.

 Dan sepertinya, Si Bintang dari Kawanannya tahu aku terganggu karena pesta kecilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tetap saja, tatapan sekilasnya tidak mengubahku jadi fokus ke tujuan utamaku.

"Hai, mau pesen apa?", mengagetkanku, pelayan ini - maksudku pria ini - dia mencairkan kesalku dan menanyakan pesananku.

"Muffin cokelatnya, deh. Sama teh lemon madunya."



A/N

Heeyy, gengs... Ketemu lagi yaa

Sekarang jadwal Heart-Sketch update setiap hari Rabu and Minggu! Don'tcha miss it, guys!

Xoxo, PLUM.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Heart-SketchWhere stories live. Discover now