"Duh, pelan-pelan!" Ringis Anita.
Alden mendecak memilih mengabaikan cewek itu yang mengeluh, ia terus saja dengan kuat menekan luka di lutut Anita. Jika bukan karena dirinya juga yang ceroboh dan tidak menginjak kaki Alden mungkin saat ini dirinya sudah berada didalam kelas dengan aman. Anita meringis saat melihat darah segar masih saja keluar sedikit dari lututnya, kemudian Alden beranjak dari kursinya menuju ketempat obat-obatan berada berniat mengambil kasa lagi.
"Aelah, anggota PMRnya mana sih?" tanya Alden kesal sendiri.
"YE! PELAN-PELAN DONG!" Anita berteriak kesakitan.
Tentu saja Anita berteriak sekencang itu karena Alden menekan lukanya. Alden mendecak memilih mengabaikan cewek itu yang asik mendumel. Jika saja ini bukan karena perbuatannya membuat cewek ini terjatuh, ia tentu saja tidak mau mengobati luka Anita.
Tetapi, Alden mendengar apa kata Mamanya. Bahwa ia tidak boleh menyakiti wanita, jika menyakiti, Alden siap bertanggung jawab apa yang ia lakukan pada wanita itu. Usai mengobati luka Anita. Alden berdiri sambil mengecek arloji di tangan kanannya itu.
"Udah selesai, gue mau balik ke kelas. Lo bisa jalan gak?" tanya Alden.
Anita yang asik meniup lukanya, kini mendongak melihat Alden yang lebih tinggi darinya.
Anita mengangguk ragu. "Bisa."
Perlahan Anita berdiri dari duduknya kemudian berjalan dengan pelan, tetapi tiba-tiba ia hampir terjatuh menemui lantai lagi. Untung saja Alden dengan cepat menangkap cewek itu.
Alden berdecak. "Ini yang lo bilang bisa?"
Anita menyengir kecil, tangan kanannya kemudian di ambil oleh Alden lalu menaruh tangan Anita berada di pundaknya. Anita tertegun, ia mencoba biasa saja walaupun jantungnya sekarang sudah tidak karuan.
Kok bisa-bisanya jantungnya sekarng ini tidak bisa diajak kerja sama, contohnya bersikap biasa saja gitu?
Alden menoleh melihat wajah Anita. "Gini, bisa jalan?"
Anita bengong. Cewek itu tidak menjawab pertanyaan Alden.
"Ta." Panggil Alden.
Anita mengerjapkan matanya. "Hah? Ta?"
"Anita. Gue manggil lo Ta." Jelas Alden. "Ayo ke kelas lo dah, udah bel dari tadi."
"Sedeket apa lo sama gue pakai acara manggil Ta." Anita mendumel.
Tidak perduli apa yang dikatakan Anita, cowok itu memilih diam daripada harus beradu mulut lagi. Kemudian, kedua orang itu jalan dengan hati-hati. Menyusuri koridor yang sepi menuju ke lantai tiga berada.
Anita sangat tidak bisa menggerakkan kaki kanannya saat ditekuk untuk menaiki tangga, terlalu sakit. "Bisa pelan gak sih lo? Sakit tau."
Alden menghela napasnya berat. Kemudian melepaskan tangan Anita dari bahunya, tentu saja gadis itu hampir terhuyung kedepan jika saja ia tidak mengimbangi badannya.
"Dih kok dilepas."
"Jalan sendiri." titah Alden.
Anita diam menatap Alden dengan bingung, memangnya ia salah apa lagi dengan cowok ini?
Anita dengan keras kepalanya mencoba jalan sendiri walaupun sangat pelan. Alden tersenyum kecil saat melihat gadis itu.
"Keras kepala banget." Alden bergumam sembari memerhatikan Anita.
Merasa tidak kuat dengan kakinya yang sakit, Anita dengan segala cara menyingkirkan gengsinya. Dengan berpura-pura lemas agar Alden dapat membantu ia jalan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden
Teen FictionNamanya Alden Bagasaksara, seorang lelaki tampan yang memiliki kekuasaan tertinggi di SMA Rajawali alias ketua geng Gevkar yang paling ditakuti di sekolah. Alden adalah anak yang tidak suka diatur oleh orang asing dan juga tidak suka jika ada seseor...