006

3K 658 73
                                    

          Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Taehyung menguap lebar seraya mengacak-acak rambutnya kesal. Ia merogoh HP-nya dan mengirimkan pesan pada pacarnya.

Ia bosan. Mengapa latihannya tak kunjung selesai?

Taehyung mau main game, notifikasi HP-nya penuh dengan ajakan teman-temannya yang sudah menunggunya online sejak tadi.

          "Bob, kapan kelar sih?"

          "Tau nih, laper gue."

          "Sabar napa... etdah," lerai Jimin pada kedua temannya.

Di antara mereka bertiga, bisa dibilang Jimin yang sifatnya paling mendingan. Lebih dewasa dan mengayomi teman-temannya kalau mereka berbuat salah.

Teman-teman sekelas Jimin juga bingung kenapa cowok sepintar Jimin mau berteman sama Taehyung dan Bobby.

Tapi, bukankah berteman tidak memandang suku, ras, dan bangsa? Bukankah pertemanan diawali dengan kenyamanan dan solidaritas? Taehyung dan Bobby orangnya sangat solid. Itulah kenapa Jimin suka bermain bersama mereka.

Walau kadang menyebalkan ketika sedang ulangan. Bahunya suka ngilu karena ditepuk-tepuk terus dari belakang. Belum lagi si Bobby yang hobi menghambur-hamburkan penghapus. (baca: melempar penghapus lalu penghapusnya hilang)

          "Jisoo kok gak bales-bales WA gue, sih...." Taehyung mengambil setoples kue nastar milik Taeyong dan mengemilnya sendiri tanpa dibagi-bagi.

          "Udah tidur kali," celetuk Bobby seraya mengambil nastar dari toples yang dipeluk Taehyung.

          "Buset, Jisoo mah tidurnya pagi, Bob," jawab Taehyung.

          "Nge-game kali, Tae. Kan do'i satu spesies sama lu," kata Jimin.

Taehyung tertawa. Entah mengapa ia senang dibilang satu spesies dengan Jisoo.

Kalau mereka satu spesies berarti mereka cocok. Kalau cocok siapa tahu jodoh. Itulah yang ada di pikiran Taehyung. Padahal Jimin bermaksud meledeknya.

          "Dia nge-game nggak nungguin gue?" Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya. Lantas ia langsung membuka aplikasi WhatsApp dan kembali mengirimkan pesan ke Jisoo. Memang dasar nggak mau kalah.

19.05
Taehyung:
Sayang

19.26
Taehyung:
Kalau mau online tungguin aku
Aku gak mau kamu digangguin cowok-cowok kurbel lagi

Jisoo:
Kok kamu tahu aku lagi online?
Hehehe

Taehyung:
Tuhkan

Jisoo:
Terus aku main apa dong

Taehyung:
Main sama aku aja
Aku bosen

Jisoo:
Lho latihannya belum selesai?

Taehyung ingin mengetik balasan dari Jisoo, tapi tiba-tiba si bapak sutradara menepuk-nepukkan telapak tangannya meminta perhatian.

          "Latihannya sampai di sini dulu, ya. Nanti info selanjutnya bakalan dikabarin lewat grup. Makasih temen-temen atas waktunya." Dengan begitu, Taeyong mengakhiri sesi pertemuan pertama mereka.

Taehyung kembali bersemangat. Rasa kantuk yang sejak tadi menderanya kini lenyap entah ke mana. Setelah berpamitan, ia langsung melengos ke arah teras rumah Taeyong bersama Bobby dan Jimin.

'Yes! Habis ini main sama Jisoo,' begitu pikir Taehyung.

Saat hendak mengeluarkan motornya, tanpa sengaja kedua obsidiannya menangkap sebuah pemandangan yang indah.

Sooyoung berdiri menyender di sisi pilar rumah Taeyong seraya sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya.

          "Tae, ayo buru!" Bobby berteriak. Tapi Taehyung malah berjalan menghampiri Sooyoung, membuat kedua sahabatnya itu berdecak heran.

Dan keheranan mereka semakin menjadi-jadi kala mendengar Taehyung mengatakan sesuatu yang nggak pernah mereka kira-kira sebelumnya.

          "Kakak Sooyoung? Ayo, Taehyung anterin pulang." []

Reply ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang