3-c

3.9K 723 107
                                    

"Jadi, ada yang ingin kalian jelaskan?" Ucap Jungkook membuka percakapan.

Sejak dari gudang tadi tak ada satupun yang berbicara. Kedua pemuda yang tertangkap basah hampir melakukan adegan dewasa memilih menutup mulut mereka rapat-rapat. Sedangkan pemuda yang menciduk mereka tak lepas tatapan menyelidik kepada dua pemuda itu.

Yoongi jelas diam karena ia malu, terlihat dari pipinya yang memerah tak hilang-hilang. Sementara Jimin bersikap biasa saja, malah menunjukkan wajah arogannya yang dibalas decihan jengah dari Jungkook.

Mereka bertiga duduk mengitari meja makan bulat sambil menunggu masakan yang dibuat Jimin matang. Tinggal menunggu sup ayam mengeluarkan aroma yang mengundang air liur untuk menetes, masakan si koki amatir pun jadi.

Selagi menunggu sup ayam, Jungkook mengintrogasi dua pemuda yang terlihat seperti berbeda gender tersebut. Ya, kau tau lah kenapa menggunakan istilah seperti berbeda gender.

Jungkook menunggu jawaban, namun sepertinya tidak ada yang berniat menjawab. Pemuda itu baru akan membuka mulutnya lagi untuk bertanya namun gerakan Yoongi membuat aksinya terhenti. Si manis beringsut mendekati Jungkook yang menatapnya keheranan. Ia memasang tampang memelasnya, dengan mata yang dibuat sayu. Membuat siapa saja ingin memungutnya.

"Hyungmu mesum sekali, Kook." Ucap Yoongi dengan suara yang ia buat bergetar. Jimin mendengar pembelaan diri si manis, memutar matanya jengah. Mulai drama lagi, si pucat.

"Mana ada. Dia cerewet sekali, tidak bisa diam." Sahut Jimin yang tak tinggal diam ingin membela dirinya juga. Jimin menatap si manis tajam, yang ditatap malah tersenyum mengejek saat Jungkook mengusap punggungnya berusaha menenangkan. Bagaimana tidak, si pucat saat ini tengah sesegukan yang dibuat-buat. Secara tak langsung Jimin lah yang paling bersalah disini, padahal si manis membalas ciumannya kan tadi?

Malah menikmatinya, iyakan?

Iyakan?

Tolong bela aku juga.

"Aku kan khawatir padamu, Kook." Yoongi mendongak, menatap wajah Jungkook lamat-lamat dengan raut sedihnya. Air matanya sudah menggenang di pelupuk mata. Bebas kapan saja akan menetes. Jungkook menatapnya prihatin.

"Dia bertanya tak ada habisnya. Aku pusing menanggapinya." Bela Jimin lagi, kali ini dengan tatapan membujuk agar Jungkook percaya padanya.

"Jangan dengarkan dia, Kook. Dia berbohong. Aku bahkan diam seperti seekor pengerat."

"Bohong. Apa yang ia katakan kebohongan, Kook. Ia bahkan ingin mendobrak keluar. Hampir saja aku ketahuan."

"Oke, oke. Hentikan—" Jungkook beranjak dari duduknya. Mematikan kompor karena sup ayamnya sudah mendidih sejak tadi dan dua pemuda ini tak ada yang menyadari karena perdebatan mereka yang mungkin tak akan selesai hingga malam menjelang. Kalau saja ia tak menghentikannya. "—aku pusing mendengar perdebatan kalian." Jungkook mengurut pangkal hidungnya, menutup kedua matanya dan bernapas berat.

Jimin dan Yoongi yang menatapi Jungkook sedari tadi kembali bungkam. Dengan Yoongi yang tertunduk menyedot ingusnya yang hampir menetes.

Akting menangisnya sangat total sekali, bahkan ia dapat menghasilkan cairan dari dalam hidungnya, batin Jimin.

Si cantik kembali duduk ditempatnya. Menatap satu persatu pemuda dihadapannya.

"Tadi itu siapa, Kook? Kau tak apa kan?" Tanya Yoongi kali ini meraih wajah Jungkook dan menatapnya khawatir.

"Aku baik, Yoon. Tidak perlu khawatir. Yang datang tadi itu polisi." Jungkook meraih tangan kurus Yoongi yang berada di kedua sisi pipinya. Menggenggamnya lembut.

Si manis mengernyitkan dahi, "polisi?"

Di balas dengan anggukan polos dari seorang Jeon Jungkook. Tanpa menyadari kalau pemuda berambut gelap yang menyaksikan tingkah mereka sedari tadi, menepuk dahinya dan menggerutu tanpa suara.

Kini Yoongi beralih menatap si tampan, "Jimin, kenapa kau menghindari polisi-polisi itu? Kalau benar kau ada masalah dengan mereka setidaknya biarkan aku menemui mereka. Mungkin saja mereka bisa membantuku kembali pada Seokjin hyung." Tatapan itu lagi, raut memelasnya. Namun tidak dibuat-buat seperti beberapa menit yang lalu.

Yoongi benar kembali teringat pada hyungnya, yang entah bagaimana kabarnya.

Bukan Jimin egois untuk tidak memulangkan si manis. Namun ada rasa, bagaimana ya? Tak rela mungkin, saat si manis mulai membahas kapan ia akan kembali ke Seoul, ke kehidupannya dulu. Ia tau ini mungkin terlalu cepat untuk jatuh hati, tapi kalau Eros sudah menembakkan panah cintanya, mau bagaimana lagi.

Lagipula selama sebulan ini ia habiskan hidup bersama si pucat, perasaan itu mungkin saja tumbuh seiring berjalannya waktu. Tak bisa dipungkiri datangnya begitu cepat.

"Jadi... kau sangat ingin kembali?" Ditatapnya pemuda manis yang menatapnya sendu. Ada yang mengganjal saat ia mengucapkan kata, entahlah perasaannya tercampur aduk sekarang.

"Kenapa tidak, Jimin? Aku rindu hyungku." Lirih si manis, kembali menundukkan kepala.

Jimin terdiam, sejenak ia merasa kasihan pada si manis yang terpisah dari saudara satu-satunya. Namun disisi lain ia kasihan pada dirinya sendiri. Apa sebatas ini saja hubungannya dengan Yoongi. Mungkin nanti kalau si pucat ini sudah kembali kepada hyungnya, ia menjadi yang terlupakan.

"Begitu ya?" Gumam si tampan, ia seperti menelan kerikil setelah mengucapkan kata barusan. Memilih untuk beranjak dari tempatnya, meninggalkan tanda tanya besar di benar dua pemuda berparas cantik yang pandangannya mengikuti kepergian Jimin.

"Hyung mau kemana?" Jungkook bersuara, seolah dapat membaca raut sendu Jimin. Dilihatnya Jimin hendak membuka pintu depan rumahnya. Langkah terhenti, Jungkook pikir hyungnya akan menjawab, namun suara dibuka dan ditutupnya pintu yang ia dapat.

Atensi Yoongi kembali teralih pada Jungkook, "Jimin kenapa, Kook?" Tanya si manis, bingung.

Jungkook tersenyum tipis. Tangannya terangkat mengusap rambut Yoongi sayang. "Mungkin ia sedang banyak pikiran, Yoon."

"Kau tau ia kemana?"

"Hanya ada satu tempat yang Jimin hyung kunjungi untuk menenangkan diri. Kau mau menemuinya?" Jelas Jungkook. Ia paham benar sikap Jimin yang berubah begini. Saat ini hyungnya itu sedang menggunakan perasaan ketimbang akal cerdiknya. Jadi, ya sensitif.

Si manis mengangguk, maniknya sedikit berbinar saat Jungkook tau tanpa ia beritahu kalau ingin menemui Jimin.

"Aku akan antar. Tapi kau mandi dulu, ya." Pinta Jungkook.

"Memangnya aku bau ya?" Yoongi mengerjapkan matanya polos.

"Tidak. Hanya saja kau kurang segar kalau belum mandi." Balas Jungkook.

"Memangnya aku ikan. Ada yang segar dan tidak." Sejenak si manis mengerucutkan bibirnya lucu, tanda ia sebal dengan pernyataan Jungkook barusan. Namun kemudian tersenyum manis menampilkan gummy smile yang sangat menggemaskan.


Bagaimana Jimin tidak terpesona kalau sudah begini?













.
.
.
.
.
I'm back everybodehh~
Tadinya ini akan diupdate pada malam minggu yang suram kan bagi kalian karena gada gandengan( ͡° ͜ʖ ͡°)

tapi ya karena malam minggu aku yang indah kyk badan yoongi, jadi gajadi aku up:))))

btw, untuk chapter 3 ini aku bikin sampe D deh kyknya, bcz ini klo mau digabung disini smwa ntar bosan, kepanjangan:(((

See you, later xoxo

sleepy boy | pjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang