Part 2: The Star Smile at You

51 5 2
                                    

"Apakah anda bercanda?" Frank angkat bicara, memecah kebisuan kelas. Dia menatap Mr. Anthony dengan serius.

"Saya tidak mendapatkan keuntungan jikalau bercanda dengan hal ini," Mr.Anthony membalas tatapan Frank dengan tidak kalah seriusnya.

"Saya tahu kalian tidak percaya, awalnya saya juga tidak percaya, tetapi bukankah kita harus menerima kenyataan? Maafkan saya, saya tidak bisa melakukan apa-apa." Mr. Anthony menundukan kepalanya.

Perlahan kelas mulai hening kembali. Ovra yang masih shock hanya dapat menatap kedepan kelas dengan tatapan kosong.
Tiba-tiba, sebuah isak tangis merambat dari ujung kelas. Kepala Scott berputar ke arah suara tangis tersebut, tangisan khas yang hanya milik Irene seorang.

Perlahan, beberapa anak perempuan menangis. Tangisan mereka seakan membanjiri kelas 11A. Beberapa dari mereka mengerang tidak percaya.

Sementara itu, air mata juga terjatuh dari pelupuk mata Ovra. Namun tangisannya tidak sekencang anak perempuan lainnya.

Di dalam lubuk hatinya, ia tidak menduga ini akan terjadi. Padahal dua minggu yang lalu ia baru saja melihat senyum cerah Ms.Frances. Aaron juga merasa begitu.

Suasana kelas menjadi suram semenjak berita duka itu diluncurkan; kelas 11A menjalani hari itu tanpa api semangat. Diketahui bahwa penyebab meninggalnya Ms.Frances adalah karena pendarahan di otaknya. Ia ditemukan terjatuh di rumahnya dengan kepala yang berdarah, terbentur mulut meja yang cukup runcing. Kejadian tragis ini sudah diumumkan tadi pagi, tepat pukul 06.23.

KRIIIIIIIIING....
Bel istirahat berbunyi.

"Ini kupinjamkan, pakai sesukamu, kembalikan kapanpun kamu mau." Scott yang melihat Irene merasa kasihan.

Irene menerima saputangan itu, padahal tangisnya sudah berhenti. Scott hanya berjalan melaluinya dengan malu-malu.

"Hei bodoh," panggil Irene dengan suara serak, "Terimakasih."

Scott hanya mengangguk pelan dan tersenyum simpul.

Mereka berdua sebenarnya saling menyukai, dunia tahu itu. Tetapi mereka belum bisa jujur dengan perasaan masing-masing.

Sementara itu, Aaron membeli sebatang permen di kantin, lalu menempelkannya ke bibir Ovra seperti yang biasa ia lakukan jika sahabatnya itu sedih.

"Ini, untukmu. Jangan menangis, jelek." Hibur Aaron yang sebenarnya masih berduka.
Ovra yang tadinya murung menjadi sedikit lebih bersemangat.

"Sekali lagi, kamu tidak pernah berubah Aaron," Ovra memasukan permen itu kedalam mulutnya."Terimakasih."

Suara anak kelas lain membuat gaduh kantin yang tadinya sepi. Mereka tampaknya juga tidak percaya bahwa guru matematika yang mereka idolakan telah tiada.

"Apa benar Ms. Frances meninggal?"

"Tidak mungkin berita itu adalah sebuah kebohongan, ya kan? Sayang sekali.. Padahal Ms. Frances sangat baik kepada ku. Usianya juga belum bisa dikatakan tua."

"aku tidak tahu harus berkata ini merupakan hal yang menguntungkan atau menyedihkan,"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Saat Ms. Frances meninggal berarti otomatis kita tidak jadi ulangan matematika kan?"

Suara-suara itu terus berlalu- lalang di dalam telinga Ovra. Suara yang sangat mengganggu.

Di sisi lain, batinnya bertanya-tanya, "mengapa dari semua guru harus Ms.Frances yang pergi meninggalkan kita terlebih dahulu?"
Kesuksesan Ovra menjadi salah satu dari beberapa juara kelas dikarenakan guru favoritnya itu. Bahkan ia bisa bersekolah di SMA Alacriance karena beasiswa yang ditawarkan Ms.Frances. Baginya, guru itu adalah orang tua keduanya setelah nenek.

Dalam pikirannya, terngiang perkataan yang selalu dikatakan Ms.Frances disaat dia sedih, "Hei nak, Ini bukan akhir dari dunia. Jangan sedih, kamu pasti bisa, saya yakin, oleh karena itu kamu juga harus yakin."

Ovra sadar, ia harus menerima kepergian wali kelas favoritnya dengan tabah.
Malamnya, Ovra yang kelelahan tidur lebih awal. Nenek juga sempat kaget ketika mendengar Ms.Frances sudah tiada.
Malam itu, tanpa sadar Ovra terjun ke dalam dunia mimpi.
.
.
.
Di bawah alam bawah sadarnya, ia berada di sebuah ruang putih. Tiba-tiba derap langkah terdengar dari belakang.

"Ms.Frances?"

Ovra membalikkan punggungnya.

"Kukira kau telah..."

"Pergi?" Potong Ms.Frances.

"Itu benar, tuan putri. Saya sudah mengetahui bahwa hal ini akan terjadi semenjak pertama kali menginjakan kaki di dunia ini."

Ovra menatapnya bingung. Tuan putri katanya?

"Saya tahu anda pasti terkejut sekaligus bingung. Sekarang, dengarkan baik-baik," Ms.Frances menyamakan tingginya dengan Ovra, lalu memegang kedua pundak gadis berambut brunette itu.

"Mulai sekarang, anda harus melindungi diri anda sendiri tuan putri. Misiku untuk melindungi anda sudah selesai, seperti apa yang kutuliskan di surat yang kuberikan kepadamu."

"Maksud anda apa, Ms. Frances?" Ovra mengerutkan alisnya. Rasa bingungnya semakin kuat

"Anda tidak menerimanya? Surat dan liontin yang saya titipkan kepada Merry untukmu."

"Sa....saya bahkan tidak tahu apa yang anda bicarakan, Ms.Frances."

Tiba-tiba, tubuh guru itu perlahan memudar, berubah menjadi serpihan kelopak bunga.

"Aku kehabisan waktu," katanya. "Dengar Ovra, mulai sekarang, hiduplah sebagai Ovra Marioline, Putri dari Gale Foster dan Emperatriza Marioline. Harapan terakhir kami."

Setelah kata-kata terakhirnya, kelopak bunga menyapu sosok Ms.Frances dari hadapan muridnya.
.
.
.
"Tunggu, Ms.Frances, jangan pergi!" Tanpa sadar, Ovra telah terbangun dari mimpinya.
Kemudian ia terduduk di pojok tempat tidur seraya melipat dan memeluk kakinya.

Jam menunjukan pukul 03.05. Namun tetap, Ovra tidak bisa menutup matanya. Ia masih memikirkan kata-kata Ms.Frances di mimpinya tadi. Atau... apakah itu hanya karena ia sangat merindukan sosok wali kelasnya itu sehingga ia memimpikan sesuatu yang tidak masuk akal?

Dibukanyalah kain yang menutupi jendela kamarnya. Bintang di langit seakan menatap Ovra dari luar jendela; Membaca betapa rumitnya pikiran gadis itu.

"Percaya tidak, di antara bintang-bintang diatas, ada sebuah dunia yang kamu belum pernah temui sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Percaya tidak, di antara bintang-bintang diatas, ada sebuah dunia yang kamu belum pernah temui sebelumnya. Disana, orangtuamu tersenyum sambil menyapamu setiap malam. Ajaib kan?" Tiba-tiba, sebuah kalimat dari Ms.Frances yang dikatakannya saat kemah tahun lalu terngiang dikepalanya. Sulit sekali untuk melupakan guru itu, sedetik pun terasa sulit.

"Dan sekarang," Ovra berbisik, "aku yakin kau juga sedang menyapaku, Ms.Frances."

TBC

Doublekill kembali~
Maaf karena update-nya lama (◞‸◟).
Kemungkinan kami akan jarang update karena banyaknya tryout dan tugas (╥﹏╥).
Btw, terimakasih telah membaca half dead!
Kami akan mengusahakan update secepat yang kami bisa. See you~


HALF DEAD; The World Between Dead Or AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang