More Important ! [2/4]

4.6K 410 29
                                    


Pada lantai lima khusus foodcourt berada, Sehun menyedot minumannya dengan gembira. Ini gelasnya yang ketiga namun anak berusia lima tahun itu belum juga terlihat puas. Bahkan Ia menggunakan dua sedotan sekaligus untuk menyeruput bubble tea coklat geratisnya tanpa peduli kekehan gemas orang-orang.

Sehun memang penggemar berat segala minuman berbahan coklat. Ia akan mengabaikan apapun di sekitar saat cairan manis itu tersaji di hadapannya. Termasuk pada pria asing di sebrang meja. Sehun terlihat tak peduli, santai saja saat pria asing berpakaian serba hitam itu jelas-jelas tengah menperhatikannya dengan tatapan kesal.

"Hei, mau sampai kapan kau akan mengikutiku?". Tanya pria itu pada akhirnya, merasa jengah karena tatapan mautnya tak berefek apapun pada di kecil menyebalkan yang tak kunjung pergi meninggalkannya.

Sehun yang tengah berusaha menyedot bubble di dasar gelasnya mendongak, menatap pria asing itu dengan sedotan masih menempel di bibir.

Sehun yang tengah berusaha menyedot bubble di dasar gelasnya mendongak, menatap pria asing itu dengan sedotan masih menempel di bibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan seketika matanya membulat. Wahh paman ini benar-benar mirip Baba! Kemudian berseru heboh dalam hati setelah melihat pria asing itu melepas kacamata hitam yang tadi menutupi setengah wajahnya.

"Pekerjaan Paman apa?" Bukannya merespon pertanyaan si pria asing, Sehun malah balik bertanya.
Wajah manis terkejutnyanya kini berubah cerah, terlihat antusias dengan kedua tangan yang dilipat pada permukaan meja. Membuat orang di hadapannya mengerutkan dahi terheran-heran.

"Pekerjaan?"

"Iya, pekerjaan Paman apa?". Ulang Sehun dengan senang hati.

"Untuk apa kau menanyakan pekerjaanku?" Namun pria asing itu malah memicingkan mata. "Dan lagi pula umurku masih dua puluh tiga tahun. Jadi jangan seenaknya memanggilku paman, dasar bocah menyebalkan!". Tambahnya sengit, tak terima dipanggilan paman di usianya yang-menurutnya-masih setara oppa SMA.

Sehun mengerucutkan bibir. "Paman jangan protes, jawab saja~" Rerengeknya kemudian diakhiri kedipan lucu, gemas karena si paman asing selalu memberikan jawaban berbelit setiap diberi pertanyaan. Berbeda dengan Baba tampannya, Yifan akan menjawab setiap pertanyaan Sehun denga cepat, tepat dan lugas.

Ahh.. si kecil jadi merindukan Babanya.

"He-hei ja-jangan menangis! Baik. Baik. Akan ku jawab!". Si pria asing berubah panik, air mata yang hendak jatuh di kerling Sehun ia pikir akibat perkatannya. "Aku bekerja sebagai photographer di salah satu majalah fashion, kau sudah dengar kan? Jadi jangan menangis, oke?". Pada akhirnya orang itu menjawab juga. Tapi bukan karena merasa bersalah melainkan takut dipukuli orang-orang yang kini menatap intens ke arahnya.

Aish anak sok imut dan pakaian serba hitam ini... benar-benar membuat orang salah paham! Aku harus menahan diri agar tak di anggap penculik T.T Jerit pria itu dalam hati.

Setelah kepalanya dielus dan dirayu segelas parfait mendung di wajah Sehun akhirnya menghilang. Dengan semangat ia sendok parfait coklatnya besar-besar kemudian memasukkan ke dalam mulut kecilnya hingga belepotan di dagu dan pipi. "Paman photographer itu apa?".

[G] More Important ! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang