Special Chapter

4.1K 318 22
                                    

Malam ini angin berhembus lebih kencang dari biasanya. Dahan pepohonan beradu satu sama lain menimbulkan suara-suara aneh yang menakutkan karena dorongan angin. Udara pun terasa begitu dingin menusuk kulit. Ditambah lagi di luar sana suasana terlihat gelap mencekam, bulan yang biasanya benderang hilang ditelan awan gelap. Cuaca benar-benar buruk, menambah kekalutan seorang pria manis yang saat ini tengah duduk sendirian di ruang tamu. Menunggu sang suami yang belum juga pulang-dari mencari nafkah-hingga tengah malam seperti ini.

"Kenapa belum pulang juga?" Kedua mata bulatnya yang terlihat mengantuk memandang kecewa pada jam di dinding ruang keluarga. Di mana jarum paling pendek dari ketiga jarum yang ada sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Pria manis itu cemas, benar-benar cemas. Takut terjadi sesuatu pada orang yang ia cintai mengingat cuaca di luar begitu buruk. Dan ini sudah hampir dua jam dari terakhir kali pria manis itu mendapat kabar kepulangan dari sang suami, namun sampai sekarang ia belum juga datang. Ingin menghubunginya lagi pun ia tak berani, bagimana kalau orang yang ia cintai itu sedang menyetir? Tentu saja akan sangat mengganggu kalau ia menelfonnya.

"Hah.. sudahlah, jangan berfikir yang macam-macam. Sebentar lagi juga pulang". Bisiknya pelan berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Setelah itu ia membetulkan posisi bantal di ujung sofa senyaman mungkin, kemudian membaringkan tubuhnya menyamping menghadap ke arah pintu. Tanpa sadar, matanya yang bulat itu perlahan mulai tertutup, diliputi kegelapan menuju alam mimpi.




Deru motor sport yang terdengar cukup nyaring, disusul derit pintu gerbang yang tertutup membuat pria cantik yang tengah terlelap di sofa bangun dan segera bangkin dari posisinya. Ia segera berlari menuju pintu dan membuka kunci.

Pria cantik itu tersenyum lega saat orang yang sudah beberapa jam ini ia tunggu berdiri di hadapannya. "Welcome home, dear".

Pria tampan bertubuh tinggi itu balas tersenyum. "I'am home, love". Lalu menyelipkan jemari di antara helai pirang Suho untuk kemudian menariknya, membuat bibir mereka saling beradu.

"Fan, tubuhmu dingin sekali dan... basah?". Setelah kecupan singkat itu berakhir, raut wajah Suho berubah panik ketika menyadari ada sesuatu yang tak beres dengan suaminya. Dari kecupan singkat mereka barusan, Suho bisa merasakan suhu tubuh Yifan begitu dingin. Ditambah lagi jaket kulit hitam yang membalut tubuhnya nampak mengkilat, basah. Suho pun bergegas menarik lengan Yifan untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Cepat mandi dengan air hangat, aku akan membuatkan coklat panas untukmu". Ucap Suho seraya mendorong punggung Yifan agar masuk ke kamar mandi di kamar mereka. Tak lupa setelah itu ia menyiapkan pakaian dalam, piyama dan baju hangat di kasur untuk Yifan kenakan nantinya.




"Thankyou".

Setelah gelas berisi coklat panas yang ia bawa berpindah tangan, Suho duduk di sebelah Yifan yang tengah duduk di bibir ranjang sambil menonton tv dengan volume sangat kecil. Rambut coklatnya yang mulai memanjang nampak masih basah terbalut handuk a la kadarnya. Kulit Yifan yang sudah putih pun semakin terliha pucat karena kedinginan.

"Padahal.. kalau hujan jangan memaksakan diri, tunggu sampai reda baru pulang". Ucap Suho menasehati seraya meraih handuk di atas kepala Yifan, kemudian membantu mengeringkan rambutnya.

"Waktu berangkat hujan belum turun. Lagi pula hanya gerimis, jadi malas untuk berteduh". Setelah meneguk coklat panas di tangannya, Yifan membela diri.

"Tetap saja, walau hanya gerimis, lama kelamaan tubuhmu akan basah juga-" Suho bangkit dari posisinya, kemudian menaruh handuk yang tadi menutupi rambut suaminya itu di gantungan pakaian. "-lihat, kulitmu jadi pucat begini". Lanjut Suho menjawil sebelah pipi Yifan begitu duduk kembali di sebelahnya.

[G] More Important ! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang