Alpha Dimension

38 2 0
                                    

Kali ini aku dan Boruto pergi ke sebuah bangunan milik Paman Hidan yg dimana akan menampung anak anak yatim atau yatim piatu.

Belum sampai di tujuan, ternyata paman Hidan telah mengetahui berita duka yg dialami olehku. Dia segera membawa motornya dan memerintahkan aku dan Boruto memboncengnya untuk diantarkan ke panti asuhan. Sesampainya di sana, aku dan Boruto diberikan kamar. Aku lebih memilih satu kamar dengan Boruto karena secara mental, aku ini adalah seorang penakut.

Terdengar pembicaraan paman Hidan dan kakaknya, paman Kisame.

"Kak, ini sudah keberapa kalinya? Kota kita memang penuh bencana. Banyak terjadi pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, perampokan, atau lain lainnya. Kenapa sih, polisi tak mengerahkan pasukannya untuk menyergap pembunuh itu? Kasihan anak anak yg telah kehilangan orang tuanya. Iya kan?" Paman Hidan berkata lirih.

"Kita hanya bisa membantu dengan do'a. Kau ingat apa yg dikatakan Ayah kita sewaktu beliau belum dibunuh?" paman Kisame menatap kedua mata paman Hidan secara tajam.

Dibunuh? Aku melototkan mataku sekali lagi mendengar ada kata kata "DIBUNUH". Jadi, orang tua mereka berdua jyga dibunuh? Berarti kasus ini sudah terjadi sejak lama?

Tapi kenapa mereka tak terlihat dimana mana? Kalau pun itu merupakan sebuah organisasi, pastinya salah seorang dari kami mengetahui dimana markasnya. Tetapi? Apa? Tidak kutemukan sama sekali. Jangankan aku. Para polisi jepang pun tak ada yg tau.

"Ayah kita dulu menyuruh kita untuk senantiasa ber do'a. Apakah kau lupa siapa tuhanmu? Tak ada penjahat sehebat apapun yg bisa mengalahkan Tuhan kita yg maha kuasa. Apa kau mengerti?" lanjut paman Kisame mengambil sajadahnya.

"Aku akan solat dulu. Bimibing anak anak ini menuju jalan yg benar." lanjut paman Kisame menutup pintu depan. Ia hendak pergi ke Masjid sebagai imam.

Aku hanya tak habis pikir. Apakah arti semua ini? Apakah aku sangat berdosa hingga diperlakukan seperti ini? Untuk masalah dosa pun aku mengakuinya kalau aku memang hidup dengan penuh lumpur dosa. Tapi semua kejadian ini membuatku sungguh tak mempercayainya.

Ah, iya. Kubuka tas pink ku. "Boruto. Aku memiliki copy an peta yg hilang itu.." aku membuka copy an petaku tersebut.

"Ah iya. Ada apa? Apakah itu begitu penting untukmu dan untukku?" tanya Boruto.

"Tentu saja. Kemungkinan, dimensi Alpha itu benar benar ada. Aku sudah memikirkannya sejauh ini dan sekarang aku ingin membuktikannya." Aku meratakan kertas yg sudah agak rusak karena terlipat.

"Jika memang ada, bagaimana kita akan masuk? Ini hanya kertas copy an, Inojianto. Ini bukanlah peta yg benar digunakan oleh James Houge di season kedua itu.." Boruto menjelaskan dengan salah satu pemeran film kesukaanku disebutkannya.

"Tapi bagaimana jika aku berhasil? Apakah kau bersedia membayarku?" aku mendongakkan kepalaku dengan bola mataku yg terus menatap kedua mata Boruto.

"Aku tak mau melaksanakan taruhan. Aku hanya menyarankan. Tetapi, jika kau berhasil, aku akan ikut denganmu."

"Benarkah?" mataku berbinar binar mendengar tawaran dari sobatku ini. "Iya" jawabnya begitu singkat.

"Yosshhh! Akan kulakukan! Tapi dimana aku akan mendapatkan Alphabet itu?" aku mulai agak cemberut mengingat aku belum memiliki kunci sebagai pembuka pintu dunia maya tersebut.

"Apakah kau memiliki game Alpha dimension? Kau memiliki akunnya kan? Bisa jadi kau memasukkan id dan pasword itu untuk masuk.." Boruto menjelaskan.

"Hah!! Ide bagus, Boruto kun!!" aku mulai mengingatnya dan kutuliskan id dan pasword ku ke peta tersebut.

"CHONJUGIGA!!"

Alpha Dimension [Elsanavina's Kidnapping]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang