My Activity

63 4 1
                                    

Pagi ini berjalan seperti biasanya. Ayah hendak pergi bekerja, sedangkan Ibu memasakn sarapan untuk kami berdua. "Inojin! Cepatlah! Makanan sudah siap! Turunlah!" Ibu meneriakkan titah padaku dari bawah. Segera kukeringkan badanku dengan handukku, kukenakan seragamku, ku angkat tasku dan ku langkahkan kakiku menuruni tangga.

"Ohayou, Ibuku yang cantik!" Aku tersenyum pada Ibuku. Ibu membalas senyumanku dengan tangannya yg meletakkan sarapan padaku. "Kamu kelihatan semangat sekali, Inojin. Ada apa?" Ayah bertanya padaku dengan tangannya yg masih memegang sendok.

"Aku senang. Di sekolah nanti akan ada pertunjukan seni. Itu adalah pertunjukan favoritku. Apa lagi ada pameran gambar. Gambaranku saja kalah dengan mereka!" aku semakin bersemangat.

"Iya? Bahkan Ibu belum mengetahuinya. Apakah kau lupa lagi menyerahkan surat pada Ibu?" pertanyaan Ibu membuat wajahku memerah akan kewajibanku meyerahkan surat ke Ibu gagal kulakukan.

"Maaf, aku lupa. Hehehe.." aku tertawa kecil, lalu memakan makanan yg tersedia didepanku. Kuhabiskanlah makanan itu. Selesai, kuangkat tasku. Berpamitan dengan kedua orang tuaku adalah kebiasaan yg tak boleh kulupakan. Ku cium tangan lembut Ayah dan Ibu, lalu kuucapkan salam di ambang pintu.

Kuhabiskan waktuku di sekolah. Hari ini menyenangkan sekali. Aku melihat pertunjukan nyanyian teman sekelasku, Sarada Uchiha di panggung. Dia dan Mitsuki memiliki hubungan erat. Sudah sekitar sebulan ini mereka berpacaran. Oh, iya, aku ini sudah Smp. Setidaknya kalian tau, aku sudah menduduki kelas 8. Kelasku nyaman sekali.

Jendela yg selalu terbuka selalu membuat siswa merasa silir. Disana tak berbau. Kelas kami cukup memasuki golongan kelas yg terang. Jendela disini ada 6 jendela. Ruang kelas kami pun luas. Guru guru disini ramah.

Gedung sekolah berjumlah 5 tingkat. Kantin disini ada sekitar.. 8 sampai 10 kantin. Yah, aku tak begitu hafal. Smp ku luas sekali.

Dua kolam renang tersedia untuk mereka yg sedang mempelajari materi serta teknik renang mereka di pelajaran olahraga. Aku suka melihat lihat ke kolam renang. Apakah kalian tau, apakah hal terfavorit bagiku disana? Ah, lupakan. Dasar Nojin mesum.

Tersedia pula lapangan futsal, basket, voli, badminton, serta tennis untuk ukuran yg kecil. Meski begitu, anak anak tetap enjoy dalam kegiatan olahraga.

Kali ini aku masih menonton pacarnya Mitsuki tampil bernyanyi. Saat saat yg paling kunantikan ialah melihat pameran gambar dan lukisan. Aku ingin segera melihatnya dan mempelajari teknik baru menggambar dari senior senior penggambarku.

Singkat cerita, aku berhasil melihat apa yg kunantikan. Jam terus meroda. Memajukan detik per detik. Ini menunjukkan pukul 12:00. Dan siswa diperbolehkan menuju rumahnya masing masing. Aku bersiap siap. Kumasukan semua barangku ke tas. Kulangkahkan kakiku menuju keluar kelas.

Dari belakang terdengar seseorang memanggilku. "Inojin, tunggulah aku..." kutengokkan siapakah dia. "Oooh, Ketua kelas! Ada apa? Apakah kau susah menggendong tasmu?" aku menyambutnya.

"Tidak. Aku senang sekali hari ini.. Menyenangkan. Kapan ya? Akan datang hari seperti ini lagi?" Sumire menggarukkan kepalanya, tersenyum padaku.

"Entahlah. Mana ku tau? Aku sebenarnya juga menantikan hal ini lagi, sih. Menyenangkan sekali.." aku menjawabnya begitu singkat.

Aku meneruskan langkah kecilku yg disusul oleh Sumire. Hari ini menyenangkan sekali. Kulangkahkan kakiku pulang. Berjalan menuju perempatan untuk memberhentikan angkutan umum atau aku akan dijemput oleh Ayahku. Janjinya sih, aku hendak dijemput karena aku dan keluarga hendak pergi ke rumah kakekku.

Dikarenakan minggu depan ialah liburan akhir semester. Tentu saja aku senang. Sudah lama aku ingin berlibur kesana. Aku menunggu di perempatan tersebut. Jam melontarkan waktu secara terus menerus. Tak ada hentinya untuk menghabiskan detik per detik yg kutunggu jemputan dari Ayahku.

Entah mengapa, Ayahku lama sekali. Kutunggu disana dan tak ada tanda tanda Ayah menghampiriku dengan motor barunya. Dimanakah dia? Atau jangan jangan terjadi sesuatu di rumahku? Sial.

Aku lelah lama menunggu. Tak ada jalan yg berbelok kecuali aku pulang dengan usahaku sendiri. Bagaimana ini? Uangku habis. Aku tak bisa pulang dengan menaiki angkutan umum! Sialan. Mau apa sekarang aku? Bagaimana? Jarak antara rumah dengan sekolahku cukup terbilang jauh. Sekitar 3 km untuk ditempuh.

Tiba tiba datanglah teman nakalku. Dia tak nakal padaku. Jarang sekali dia berbuat kenakalan sih. Tapi, jika ada sesuatu yg berbau tawuran, dia maju paling depan. Dia tak pernah pulang dengan uang. Tapi dia pulang dengan memberhentikan truk yg mau mengantarkan barang ke suatu tempat. Lalu dia dan teman teman 'pemberaninya' menaiki truk tersebut. Di tempatku, kegiatan seperti itu disebut "NGEREMBOL". Itu hanya menumpang saja, tak perlu memberi uang pada sang supir. Tapi, kegiatan yg dilakukan dia itu adalah kegiatan yg tergolong "mematikan" karena jika kita jatuh, kepala kita mungkin saja akan pecah jika kita tak pandai dan berhati hati dalam melakukan kegiatan ini.

Oh, iya. Namanya Uzumaki Boruto. Dia selalu berseragam lusuh, menandakan bahwa dia adalah anak nakal pemberani dan anak tawur atau yg disini menyebutnya "GENTHO". Gentho di sekolah smp ada banyak. Di setiap smp terkecuali smp favorit, ada gentho nya. Jika mereka Ngerembol dan bersama smp lain, akan ada sistem yg bernama "PANTEK" atau meminta aksesoris baju seperti dasi, topi, nama smp, dan kelas secara paksa. Itulah letak kemalasanku pada ngerembol. Apa lagi kalau sudah terjadi tawuran. Hedeeh, mati saja aku..

"Inojin! Kenapa kau menunggu disini sendirian? Kau dijemput?" Boruto menepukkan tangannya padaku. "Iya.. Ada apa?" jawabku.

"Tak apa apa. Kenapa kau lama sekali? Dari tadi kuperhatikan kau lama sekali menunggu disini"

"Aku pun heran. Orang tuaku tak tampak kehadirannya untuk menjemputku. Eh, Boruto.. Kamu akan ngerembol lagi?"

"Iya lah! Enak sekali itu!. Tapi kewaspadaan terhadap polisi harus kita jaga. Karena jika ketahuan, akan ditangkap."

"Oh, sebenarnya, aku tak bisa pulang hari ini.."

"Kenapa? Ada apa?"

"Orang tuaku berjanji untuk menjemputku. Tapi, sudah satu setengah jam ini kutunggu belum ada yg hadir juga."

"Oww! Kalau begitu ikut saja denganku, Inojin! Ngerembol. Kau pasti sampai. Percayalah"

"Aku takut akan kehadiran sekolah lain.."

"Tak apa. Ada aku. Kau akan baik baik saja. Asalkan nanti kau saat di truk kau duduk dibawah saja. Supaya tak jatuh.."

Aku memikirkannya. Apakah aku ikut atau tidak?

Susah bagiku untuk mencari jalan keputusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Susah bagiku untuk mencari jalan keputusan. Tetapi kali ini aku benar benar tak bisa pulang. Sialan. Terpaksa kuturuti ajakan Boruto dibanding aku harus melewati terjangan azab kehidupan.

Aku melangkahkan kakiku jauh mengikuti Boruto. "Kita akan memberhentikannya disini saja." Boruto berhenti dan memperhatikan jalan.

"Kenapa juga aku harus kehabisan uang?" aku mulai mengeluh dihadapan mereka. "Memangnya kenapa? Kau kan masih bisa pulang dengan kami" Iwabe membenarkan posisi tasnya yg mulai memiring.

"Entahlah tapi aku merasa akan ada bencana aneh yg akan menimpaku. Kau tau sendiri kan?" Aku menelan ludah.

"Haaah, kau masalahnya anak kota yg selalu dimanja manja. Sampai kapan kau akan seperti itu? Kau menyusahkan saja.." Boruto memejamkan mata dan menggarukan belakang kepalanya.

"Maafkan aku. Sudahlah! Apapun kendaraannya akan kunaiki." aku berdiri dan menggendong tas pink ku di pundakku. Semoga aku selamat sampai di rumah.. Batinku deg degan.

Alpha Dimension [Elsanavina's Kidnapping]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang