Rasanya baru kemarin lomba voli, sekarang sudah mau tahun baru saja. Sekolah di sisa tahun seperti ini memang membuat malas, di tambah beberapa bulan lagi sudah Ujian Nasional. Ya Tuhan beri hambamu ini kepintaran.
Sekarang tepat tanggal 7 Desember 2007 sedang diadakan rapat para guru. Apa kalian pikir semua murid akan dipulangkan lebih awal? Tidak.
Awalnya pun aku berpikir seperti itu, tapi malah semua murid harus membersihkan kelas dan taman mini di depan kelasnya masing-masing. Tapi bukannya sedih, semua murid kelasku malah bersorak senang, ini saat yang paling asyik menurut kita.
Alasannya hanya satu, kita bisa mengubah kelas menjadi wahana yang menyenangkan, seperti wahana pasar malam.
Mulai dari membersihkan taman mini didepan kelas dan mengangkat bangku untuk diletakkan diatas meja yang dikerjakan oleh sebagian murid laki-laki, sedangkan murid perempuan mendapat bagian untuk menyapu dan mengepel lantai juga membersihkan kaca dengan kertas koran. Kenapa kertas koran? katanya sih biar ngecling gitu kacanya.
Aku mendapat bagian mengambil air di kamar mandi yang nantinya dibawa ke kelas untuk mengepel.
"Perasaan tadi udah disapu bersih deh, kok masih ada sampah di sini sih?" Gerutu lia, aku yang sedang lewat di sampingnya tak sengaja mendengar gerutuannya.
"Kenapa, Li?" tanyaku.
"Ini aneh, Zel. Masa udah disapu bersih masih ada aja sampah sih?" adunya.
"Hmm, bentar." Aku mulai mencari tahu dari mana sampah ini berasal,
Sampah pastik bekas jajanan yang tiba-tiba muncul, posisinya ada di belakang pintu kelas dan di depan pintu penghubung kelas 5 dan kelas 6. Memang kelas 5 dan kelas 6 hanya dibatasi tripleks tebal yang bisa dibuka pasang dan mempunyai pintu penghubung yang biasanya dibuka pada saat-saat tertentu, seperi saati ada rapat wali murid.
Keadaan pintu penghubung nggak mempunyai knop, dan berlubang sebesar kepalan tangan orang dewasa dibagian itu membuatku curiga.
"Kita tunggu sebentar lagi, sini minggir jangan didepan lubangnya." Bisikku pada Lia.
"Emang kenapa sih, Zel? Pake sembunyi segala?" Tanya Lia sambil mengikutiku.
"Udah lihat aja ntar, fokus di lubang pintu. Ok?"
Lia menjawab dengan gerakan tangan lambang OK.
Tak butuh waktu lama sampah mulai keluar dari lubang pintu yang kita amati.
"Wah kurang ajar nih kelas 5, Zel, diam disini, aku mau manggil pasukan, yang kayak gini nggak boleh dibiarin." Kata Lia yang mulai emosi.
"Ok." Jawabku singkat sambil menunjukkan jempol kaki.
2 menit kemudian pasukan sudah berkumpul didalam kelas untuk membicarakan strategi untuk mengajari adik kelas yang sudah mulai melunjak.
Akhirnya di putuskan untuk mengembalikan sampah yang mereka kirim melewati lubang pintu, namun sampah-sampah itu kembali dikirim oleh murid kelas 5, dan peperangan pun dimulai.
Semakin lama perang sampah semakin seru, kedua kubu semakin tersulut emosinya, aku yang masih memegang ember berisi air pun keluar dan menyiramkan air lewat jendela ruang kelas 5, biar tahu rasa mereka.
Namun, mereka malah membalas perbuatanku dengan menyiram ruang kelas 6 juga. Akhirnya kegiatan saling siram-menyiram pun tak terelakkan sampai ruang kelas, tas, dan seragam murid kelas 5 dan 6 basah semua.
Nasib sial menimpa Deni, saat sedang ingin menyiram kelas 5, guru piket datang dan tak sengaja ikut tersiram juga.
"Alamak, bisa mati aku ini ." lirih Deni.
"Eh, Pak Haris, maaf, Pak. Ndak sengaja hhehe." Kata Deni.
"Apa? Ndak sengaja gundulmu itu ya? Setelah ini kamu ikut saya ke ruang BK." Kata Pak Haris dengan muka merah menahan amarah. Siapa yang nggak emosi coba kalo kena amunisi nyasar?
"ii i iya, Pak." Jawab Deni dengan takut-takut, mukanya yang tadi bersemangat sekarang menjadi lesu.
"Ada apa ini? Kenapa semuanya jadi berantakan? Bersihkan sekarang juga dan setelah itu seluruh murid kelas 5 dan kelas 6 bebaris di lapangan. Mengerti kalian?" bentak Pak Haris yang sudah emosi dari tadi.
Ternyata ada anak kelas 4 yang melaporkan kejadian ini pada guru piket, mungkin dia takut kelasnya akan menjadi korban juga.
Sebenernya yang kejadian seperti ini (tawuran) bukan pertama kali terjadi, kejadian serupa pernah terjadi saat aku masih duduk di kelas 4, murid kelas 5 dan kelas 6 juga tawuran, masalahnya sepele sih, hanya karena ulang tahun Pak Pardi. Pak Pardi adalah guru kesayangan semua murid terutama kaum hawa. beliau tinggi, ganteng, berkharisma, dan sabar.
Awal mulanya murid kelas 6 membandingkan dan mengejek design kelas 5 untuk acara perayaan ultah Pak Pardi, dan akhirnya murid kelas 5 nggak terima lalu terjadilah adegan saling ejek yang berbuntut adegan saling lempar kue ulang tahun dan juga piring. Bukannya bahagia di hari ulang tahunnya, malah nasib sial menimpa Pak guru ganteng itu. kasiaaan kasian kasiaann~
Oke, kembali ke masa sekarang.
Setelah membersihkan kelas yang diwarnai adegan saling meluncur di lantai yang basah dan menjemur tas yang juga menjadi korban, kita segera berbaris di lapangan.
Aku terlalu malas untuk menceritakan apa saja petuah-petuah Pak Haris, yang jelas akhirnya kita disuruh untuk bermaaf-maafan, udah kayak lebaran aja gitu. Nggak ada hukuman untuk anak kelas 6 karena memang dari awal anak kelas 5 yang memulai, maka kelas 5 yang dihukum, hhaha. Kecuali Deni, Dia khususon dari kelas 6 yang ikut kena hukuman.
Aku nggak peduli apa hukumannya, yang penting sekarang aku bisa pulang. Hahh!! Benar benar hari yang melelahkan dan seru, sangat berkesan.
******
Aku : Aku balik lagiii nih hhaha
Zale : Emang ada yang ngarepin kamu balik?
Omegatt Zale jahat, oke jadi sorry buat yang nunggu kelanjutannya.
aku akhir-akhir ini lagi sibuk banget.
Zale : Bilang aja nggak punya kuota, dih apa banget sok-sokan sibuk!
ebusett itu orang ngapa yakk nyaut-nyaut mulu udeh kayak gas elpiji bocor .
udeh ah digangguin mulu sama si Zale, byeeeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kisah Series "Sekolah Dasar"
Short StorySedikit ngawur, kebanyakan pengalaman pribadi. Bercerita tentang sepenggal kisah Zale dan teman-temannya pada masa Sekolah Dasar. Dilarang mengcopy dan menyadur isi dari cerita ini, ini pengalaman pribadi, kalo ada yang ngopy berarti mereka Waras ba...