iya,
aku mengerti.
kamu lebih bahagia dengannya.
ya, aku tahu itu.
namun, egoiskah aku jika aku tak ingin melihat kamu bersamanya?
dan ya, pasti kamu akan bilang bahwa aku egois.
semua orang akan bilang itu, aku tahu.
tapi, maaf, aku tak ingin melihatmu dengannya
karena hatiku tak sanggup.
dan diriku sendiri pun tak sanggup.
bahkan, sebelum kamu pergi saja, aku sudah tak sanggup.
tapi mau diapakan lagi?
toh, kamu lebih bahagia dengannya.
dia menyenangkan
dia sehati denganmu
dia bisa mengerti kamu
dia tahu semua hal tentang kamu
dia tahu apa yang kamu mau,
tidak seperti aku yang jauh dari kata itu semua.
sekali lagi, maaf,
aku memang tak bisa menjadi dirinya.
aku adalah diriku,
dia adalah dirinya.
kami tidak sama,
sangat sangat jauh berbeda.
dan sekarang,
jika kamu ingin pergi
dan ingin bersamanya,
maka kejarlah dia.
lupakan aku,
lupakan semua hal tentangku,
lupakan semua memori tentang kita.
lupakan saja.
dan tentunya, itu akan mudah bagimu kan?
mungkin, aku memang bukan yang tepat untukmu.
silahkan pergi dari hidupku,
atau aku yang akan pergi.
itu hal yang mudah bukan?
ya, memang hal mudah, bagimu. bukan bagiku.
tapi jangan salahkan perasaanku
bila aku tetap mencintaimu
walau kamu sudah bersamanya.
lagipula,
mencintai tidak harus memiliki kan?
kenyataannya memang pahit,
sangat pahit.
tapi, aku bisa apa?
yasudah, jika kamu memang ingin bersamanya,
silahkan.
namun, izinkan aku untuk terus mencintaimu sampai aku sendiri yang memutuskan untuk berhenti.
sampai aku lelah :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Said
Teen Fiction"Tidak ada yang benar-benar bisa kita lupakan. Karena saat kita lupa, masih ada sisi-sisi yang mengingatnya. Boleh jadi selama ini kita terus menyibukkan diri, karena sejatinya aku sedang mengenyahkan masa lalu itu" -Sri Ningsih
