“Oppa tidak akan pulang?” tanya Yein via ponsel pada suaminya.
“Maaf, Yein, oppa harus..”
“Oppa harus menyelidiki kasus penculikan tujuh hari itu, iya kan?” potong Yein.
“Memang itu kenyataannya Yein. Masyarakat semakin resah karena pelaku penculikan belum ditangkap, ini tugas oppa sebagai polisi. Yein bisa mengerti kan?”
“Bukankah Yein selalu mengerti selama ini? Justru oppa yang tidak pernah mengerti Yein sekarang!” kesal Yein.
“Bukan begitu sayang...”
“Sudah berapa hari oppa tidak pulang? Tiga? Empat? Satu minggu? Aku bahkan lupa kapan terakhir kali oppa tidur di rumah!”
“Sayang.. Kalau kasusnya selesai..”
“Kapan kasusnya akan selesai!? Oppa selalu bilang begitu sejak kasus penculikan pertama terjadi, dan sampai sekarang pelakunya tak juga ditemukan. Sejak itu juga oppa jarang pulang ke rumah. Oppa selalu membiarkan aku sendiri! Pekerjaan oppa memang lebih penting dibandingkan istri oppa kan!?” desak Yein dengan air mata yang mulai mengalir.
“Yein.. Berhentilah bersikap kekanakan!”
“Aku tidak bersikap kekanakan! Aku hanya seorang istri yang rindu memeluk suaminya di rumah!”
Pip! Panggilan diputus. Yein mengusap air matanya kasar. Dia rindu suaminya, sungguh. Dia rindu tidur dalam pelukan hangat Jungkook. Yein ingin kembali menikmati sarapan bersama pria yang hampir setahun ini menjadi suaminya. Yein kesepian. Seharusnya Jungkook sadar itu. Tapi sayangnya, pria gila kerja itu seakan-akan menomor duakan dirinya. Kasus, kasus, dan kasus, hanya itu yang ada di benak Jungkook. Mungkin tumpukan kasus itu lebih pantas disebut istri Jungkook dibandingkan dirinya.
“Sampai kapan oppa tidak akan pulang? Lusa hari anniversary pertama kita oppa,” gumam Yein sedih.
***
Jungkook memijit pelipisnya pelan sesaat setelah istrinya menutup sambungan telepon. Istrinya itu lagi-lagi memintanya untuk pulang. Entah sudah berapa kali Yein memintanya untuk pulang. Sebenarnya Yein itu pengertian, dia selalu maklum kalau Jungkook harus menginap berhari-hari di kantor. Kalaupun Yein rindu, biasanya gadis itu mengalah untuk datang ke kantor untuk menemui Jungkook di sela-sela kesibukannya mengelola sebuah toko bunga. Tidak biasanya Yein merengek seperti ini untuk memintanya pulang. Apa karena Jungkook sudah terlalu lama tidak pulang? Tapi ini baru sembilan hari, Jungkook pernah lima belas hari tidak pulang dan Yein tidak sampai marah seperti ini.
“Dia kenapa sih?” gumam Jungkook pelan.
“Siapa yang kenapa?” tanya Sujeong sambil meletakkan secangkir espresso di depan Jungkook. Sujeong, atau lengkapnya Ryu Sujeong, merupakan salah satu detektif yang bertugas di Divisi Kejahatan Berat. Sebagai tambahan informasi, Sujeong merupakan teman masa kecil Jungkook.
“Yein, dia terus memintaku pulang akhir-akhir ini,” jawab Jungkook.
Ekspresi wajah Sujeong sedikit berubah saat mendengar Jungkook menyebut nama Yein. “Dia itu istrimu, wajar kan kalau dia memintamu untuk pulang? Mungkin dia kesepian tinggal di rumah sendiri.”
“Bisa jadi begitu. Tapi biasanya Yein tidak secerewet ini, dia itu pengertian, tahu betul pekerjaanku seperti apa. Lagipula Yein bukan gadis manja yang suka merengek.”
“Mungkin dia sedang menstruasi, jadinya sensitif,” ujar Sujeong lagi.
“Entahlah.”
Brak! Tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan kasar. Kim Namjoon, ketua Divisi Kejahatan Berat tampak begitu gusar. Di belakangnya Taehyung mengekor dengan pandangan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days [END]
ФанфикJeon Jungkook, seorang lulusan terbaik Akademi Kepolisian Korea yang ditugaskan di Kantor Kepolisian Seoul sebagai salah satu detektif pada Divisi Kejahatan Berat. Karirnya cemerlang, tentu saja. Dia sering menjadi titik temu berbagai kasus buntu ya...