Kyungjeong dan Hanbyul, beserta dua orang yang entah siapa membawa Yein ke ruang operasi rahasia yang ada di dalam rumah itu. Dua orang itu ditugaskan untuk berjaga di luar, Kyungjeong dan Hanbyul yang akan menjalankan operasi. Peralatan operasi juga sudah disiapkan. Hanya tinggal menunggu waktu bagi mereka untuk mengeksekusi sosok Yein.
Di kediamannya yang tak jauh dari rumah itu, Sujeong dengan bodohnya mengawasi proses itu lewat kamera yang dihubungkan dengan layar laptop miliknya. Dengan wajah liciknya Sujeong melihat detik demi detik proses eksekusi istri sahabatnya, tanpa dia tahu, saat ini pun kediamannya sedang diawasi polisi.
Sedangkan pasukan khusus yang dipimpin Namjoon sudah bersiap di segala sisi. Mereka sudah bersiap untuk memasuki rumah itu tanpa membuat keributan. Beberapa polisi masuk pintu depan, beberapa lewat pintu belakang, dan beberapa memanjat lewat atap. Semuanya bergerak sesuai rencana dan tanpa kesalahan.
Kembali ke tempat di mana Yein berada. Kyungjeong sudah bersiap dengan sarung tangan dan jubah operasinya.
“Eomma, mess!”
Hanbyul tak bergeming.
“Eomma! Mess!” seru Kyungjeong saat tak ada reaksi dari ibunya.
“Haruskah kita melakukan ini?” ucap Hanbyul yang entah kenapa tiba-tiba merasa ragu.
“Eomma! Kita tak punya waktu! “ kesal Kyungjeong.
“Aku punya firasat buruk Kyungjeong-ah, aku merasa ini akhir bagi kita,” kata Hanbyul.
“Jika eomma tidak mau melakukannya, aku akan melakukannya sendiri!” Kyungjeong langsung mengambil pisau bedah yang tak jauh dari tempatnya. “Aargghhh!” tanpa sengaja tangan Kyungjeong tergores pisau bedah itu.
“Kau tak apa?” tanya Hanbyul khawatir. “Ini bukan pertanda baik Kyungjeong-ah! Aku rasa kita harus berhenti!”
“Ayolah eomma! Eomma sendiri kan yang bilang kalau kita harus menuruti wanita iblis itu, tapi kenapa sekarang eomma yang ragu!?”
“Entahlah! Tapi aku merasa tak tenang sekarang, Sujeong-ah, ayo kita hentikan ini!” Hanbyul berkata ke arah kamera di mana ia tahu Sujeong sedang melihat mereka.
“Eomma! Aku akan melakukannya sendiri kalau eomma tak mau membantuku!” bentak Kyungjeong.
Tak jauh dari ruangan itu, lima anggota polisi sudah bersiap untuk menyeruak masuk. Dua orang yang diduga anak buah Hanbyul dan Kyungjeong juga sudah diamankan, mereka hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Mereka juga mendengar pertengkaran ibu dan anak tersebut.
Sedangkan di kediamannya, Sujeong mulai menjambak rambutnya frustasi. Gadis yang memang sengaja pergi dari kantor untuk melihat eksekusi ini tampak berang. Ia murka melihat kakak dan ibunya yang justru bertengkar dan bukannya menjalankan tugas mereka untuk menghabisi Yein. Demi apapun, Sujeong ingin melenyapkan sosok yang amat ia benci itu.
“Bunuh saja wanita sialan itu! Apa susahnya sih!” teriak Sujeong, yang tentu saja bisa didengar oleh polisi yang ada di depan pintu kamarnya.
Lalu, adakah yang penasaran dengan Jungkook? Pria itu masih setia berdoa di samping Namjoon yang memimpin operasi penangkapan secara langsung. Badannya penuh keringat, jantungnya berdegup kencang, dan dia tak pernah berhenti menghela nafas resah. Detik demi detik baginya berjalan begitu lambat. Hanya satu doa dan harapannya, bahwa anak dan istrinya selamat. Hingga akhirnya Namjoon menghitung mundur, mengkomando para pasukan untuk memulai penyergapan.
“Target kita sedang bertengkar, kurasa ini waktu yang tepat timjangnim!”
“Oke! Kita akan melakukan penyergapan dalam lima detik, aku akan menghitung mundur, bersiaplah!” perintah Namjoon. “Lima.. Empat.. Tiga.. Dua.. Satu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days [END]
FanfictionJeon Jungkook, seorang lulusan terbaik Akademi Kepolisian Korea yang ditugaskan di Kantor Kepolisian Seoul sebagai salah satu detektif pada Divisi Kejahatan Berat. Karirnya cemerlang, tentu saja. Dia sering menjadi titik temu berbagai kasus buntu ya...