Love

420 52 8
                                    

"Aku dapat kabar, katanya besok Lisa akan melaksanakan operasi. Jadi, mari kita berdoa untuk keselamatannya."

Suara Jennie membuat semua orang yang sedang berada di bangsal rumah sakit terkejut saat mendengar perkataan Jennie.

"Berapa tingkat keberhasilannya?"

"Aku dengar sekitar 30%"

"Itu sangat kecil sekali."

"Memang, tetapi Lisa selalu positif bahwa dia akan terus hidup."

Yeri menatap kembali sofa tempat dimana Lisa biasa duduk saat mereka sedang berbincang-bincang. Entah mengapa, suasana menjadi sedikit berbeda tanpa gadis berambut hitam panjang yang sangat ceria itu.

"Dia bilang dia akan segera kembali, sih. Tapi aku tidak tahu apakah kata-katanya itu benar atau tidak."

Yeri menundukkan kepalanya. Kenapa orang seperti Lisa yang selalu bahagia dan ceria itu harus mengidap penyakit yang sangat mematikan? Tetapi, jika dipikir baik-baik kehidupan memang tidak pernah adil.

Seketika Yeri teringat janji yang Lisa buat bersamanya. Lisa berjanji akan membawa Yeri dan yang lainnya ke Thailand untuk mengunjungi rumahnya disana, dan juga melamar Rose.

"Kalian semua tunggulah aku, setelah aku selesai berperang melawan penyakit bodoh ini, aku berjanji aku akan membawa kalian ke rumahku di Thailand !"

Suara Lisa yang terdengar sangat lantang itu masih terngiang-ngiang di telinga Yeri. Namun, Yeri selalu takut saat seseorang berjanji akan terus hidup.

"Oh, sudah waktunya aku melakukan pengecekan rutin. Aku duluan ya."

Jennie berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya untuk melakukan pengecekan rutin. Semua orang terdiam, tidak ada yang berbicara. Rose hanya bisa menundukkan kepalanya, menutupi ekspresi sedihnya.

Yeri beranjak dari tempat duduknya dan duduk di sebelah Rose. Saat Yeri pindah, Yeri dapat mendengar suara isakan Rose yang sangat pelan sekali.

"Sudahlah, Rose. Pasti Lisa akan tetap hidup, kok, kau harus percaya padanya." Yeri menepuk pelan bahu Rose

Yeri kembali menatap ke arah sofa, dan melihat satu tempat kosong lagi.

Joy tidak ada.

Rasanya sedikit aneh saat Yeri tidak mendapatkan sapaan dari Joy setiap pagi seperti biasanya hari ini. Saat Yeri mencoba untuk mengetuk pintu kamar Joy, tidak ada jawaban dari dalam dan Yeri pun mengintip dari pintu, namun tidak ada siapa pun disana. Yeri bertanya pada perawat apakah Joy sedang melakukan pemeriksaan atau yang lainnya. Namun Yeri tidak bertanya lebih lanjut, karena Yeri tahu mungkin Joy sedang melakukan pemeriksaan seperti biasanya.

"Ah, sudah waktunya pengobatanku. Aku duluan ya, Yeri." Rose beranjak dari duduknya dan berjalan.

Kini, tinggal satu-satunya Yeri yang ada di bangsal. Yeri menatap Rose yang masih menangis saat ia berjalan. Pasti ia sedang memikirkan Lisa, pikir Yeri. Yeri pun beranjak sembari mendesah pelan dan kemudian berjalan kembali menuju kamarnya. Sepanjang perjalanan, Yeri memikirkan tentang Lisa dan kemungkinan bahwa Lisa takkan selamat.

Sudah bertahun-tahun sejak Yeri keluar dari sekolah dan sejujurnya, Yeri lupa seperti apa rasanya pergi keluar bersama teman. Tapi siapa yang tahu, bahwa ia akan merasakan semua itu lagi di rumah sakit? Rumah sakit spesial bagi orang-orang yang sudah berada di ujung kematian mereka, dan Yeri berteman dengan mereka semua, membuatnya takut memikirkan bahwa mungkin saja Lisa takkan membuka kedua matanya lagi besok.

Yeri mengintip ke dalam ruangan Joy. Bertanya-tanya apakah Joy sudah selesai dengan pemeriksaannya, Yeri mengetuk pelan pintu sebelum membukanya dengan pelan-pelan.

Because I Love You | PSY • KYR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang