"Semuanya udah siap?" Tanya Nanda pada kursi kemudi mobil.
"Entah mengapa, saya memiliki firasat buruk." Sia menukas.
"SIAP!!" Seru Meghan. Anggrek hanya terpaku melihat halaman rumah Nanda, dan Lintang tengah bermimpi bertemu pangeran berkuda. Hening. Tidak ada yang memulai percakapan hingga Meghan memulai basa-basinya yang terkesan ceplas-ceplos.
"Pas nyampe Kalimantannya, kita nginap di hotel mana, nih?"
"Kayaknya kita bakal tinggal di rumah penduduk." Nanda menjawab asal.
"Pikiran kalian terlalu jauh, kita saja belum menaiki pesawat." Sia membangunkan khayalan mereka berdua.
"Ya, kan, kita cuma tanya." Balas Meghan dengan masam. Yang dihiraukan oleh Sia.
"Hm, ini, serius gue yang nyetir? Kalian semua tau gak sih, gue tuh, males kuadrat. Kalo misalkan terjadi sesuatu, gue gak tanggung jawab." Nanda berucap tanpa beban.
"Yee, seenak jidatnya aja kalo ngomong." Meghan mencibir.
"Ya, lagian, kenapa harus gue?" Nanda bertanya dengan frustasi.
"Karena kamu yang paling mahir mengendarai mobil." Ujar Sia.
"Tau, ya. Tinggal nyetir doang. Nanti gue kasih coklat, deh." Bujuk Meghan.
"Gue gak suka coklat. Gue maunya donat." Tuntut Nanda.
"Ck, iya-iya. Nanti gue beliin."
"Asiikk!" Girang Nanda.
"Nanda, cepatlah. Nanti kita bisa tertinggal pesawat." Ujar Sia seraya melipat kedua tangannya.
Kelimanya pun di sibukkan dengan kegiatan masing-masing. Nanda yang fokus pada jalan, Meghan yang mendengarkan lagu di earphone dengan mulutnya yang tak pernah berhenti mengunyah, Anggrek yang fokus dengan buku Mitologi ditangannya, Sia yang tampak mencari kedamaian dengan mata terpejam, dan terakhir Lintang yang sudah di alam mimpi, mungkin saja ia telah sampai di Kalimantan bersama pangeran berkudanya.
Baru saja 25 menit berlalu Meghan sudah memerintahkan Nanda untuk memberhentikan mobilnya.
"Apa lagi sih?!" Tanya Nanda kesal. Meghan tak menjawab pertanyaan Nanda, ia hanya melenggang pergi ke luar mobil. Nanda, Anggrek, dan Sia menatap Meghan dari dalam mobil. Bubur ayam. Meghan sedang membeli bubur ayam. Lantas semuanya menghembuskan napas kasar.
.
.
.Di perjalanan, Meghan masih sibuk dengan bubur ayam dan sate telurnya. Apakah mungkin usus Meghan semuanya termasuk jenis usus besar semua? Tadi pagi ia telah sarapan dengan nasi goreng, lalu di rumah Nanda memakan roti bakar dan sekarang..... ah sudahlah.
"Dah sampeeeee!!" Seru Nanda sontak membuat Anggrek yang sedang membaca buku mendongkakkan kepalanya.
"Cepatlah turun, waktu kita tinggal 20 menit lagi!" Perintah Sia seraya melihat jam di tangan kirinya. Sia menoleh ke kursi penumpang di belakangnya. Melihat seorang gadis yang sedang tertidur dengan lelap.
"Lintang, cepatlah bangun! Kita tidak punya waktu banyak." Ucap Sia dengan pelan seraya menepuk-nepuk lengan Lintang.
"Eh Sia, lo bangunin orang tidur apa lagi ngusir kucing? Pelan banget suaranya." Ejek Nanda yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Sia.
"Biar gue aja." Ucap Meghan seraya menarik napasnya.
"WOY BANGUN, WOY!!! KEBAKARAN!!" Teriak nya sekencang mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
Aventură. Kami takut, tentu saja. Berharap ada sesosok bersayap membentengi kami, tentu saja. Pelarian, peluh, luka, segala sesuatu berwarna hitam. Kami lalui setiap sekonnya. Kami berharap ekspedisi-sialan-itu tidak diajukan kepada kami. Apakah kami harus...