bab 1

47 8 0
                                    


.

"INI tuh perpustakaan, bukan kantin. Malah makan, dasar goblok!" Warna merah padam menghiasi wajah Lintang.

"Terus, lo pikir perpustakaan itu tempat buat tidur? Hah?! Lo pikir dah siapa yang lebih goblok!" Balas Meghan tak mau kalah.

"Kalian, udah dong berantemnya! Udah gede, malu ama umur! Lo berdua GOBLOK!" Lerai Nanda ibarat melerai perkelahian singa dan harimau.

"Pokoknya gue gak mau tau! Lo harus balikin roti coklat gue yang lo buang ke tong sampah! HARUS!" Gertak Meghan. Lintang sempat bergidik ngeri. Lalu sekonyong-konyongnya ia menjanggut rambut panjang Meghan. Dan terjadilah perkelahian diantara mereka bertiga.

Seorang gadis berambut bob yang mendengar perkelahian ketiga gadis itu membetulkan kacamatanya dan berbalik menghadap mereka bertiga yang sudah janggut-janggutan.

"Ssst.. kalian semua berisik. Ini perpustakaan bukan pasar malem yang lagi obral itu." Sia menaruh telinjuk di bibir

.
.

Kadang sesosok yang lebih tinggi derajatnya suka sekali memerintah, yang menurutnya, yang lebih rendah dibandingnya. Dan lucunya mereka-yang derajatnya lebih rendah-menurutinya.

Tapi apakah ada manfaatnya?

Mungkin ada atau... yah.

Menggelikan sekaligus menyeramkan memang.

Kelima gadis itu menatap ngeri tumpukan dokumen, ensiklopedia dan kamus bahasa daerah yang kini berada di hadapannya. Gadis bernama Sia justru sudah membuka mulut dengan lebar ketika mendengar kata "hutan", "suku rahasia"-siapapun, tolong beritahunya agar dirinya menutup mulut supaya serangga kecil tidak masuk.

Anggrek, si pendiam-yang katanya-pemilik mata batin pun ikut terbelalak.

"Nah," pria tua berkumis dihadapan mereka memainkan kursi putarnya. "Semua ini adalah bekal kalian agar ekspedisi ini lancar."

"Tapi, pak, kami ini bukan Angkatan Bersenjata maupun pasukan khusus! Ini gak adil." Meghan yang sedari tadi menahan emosinya kini menggebu-gebu. "Kami hanya mahasiswa biasa, pak. Tolong jangan libatkan kami pada hal-hal berbahaya." Nada suaranya menurun karena tersadar baru saja membentak dosennya.

"Nah, saya setuju sama Meghan," ujar Nanda seraya menunjuk-nunjuk sesuatu.

Sia mendengus, frustasi.

"Begini, lantas apa yang kalian lakukan di perpustakaan? Membuat keributan? Hm? Itu sama saja melanggar peraturan kampus dan kalian harus dijatuhi hukuman." Dosen itu memilin kumis sisi kanannya.

"Tapi, pak, ya kali kita jalan-jalan di hutan." Gumam Lintang. "Kali gitu hukumannya suruh ke pantai," lalu dirinya cekikikan sendiri.

"Kalau begitu kami minta maaf pak atas kerusuhan yang kami buat di perpustakaan." Anggrek mulai berbicara. "Dan kapan kami mulai ekspedisi yang bapak katakan?"

"the day after tomorrow,"

"Hah?!"

.
.

Mereka telah berada di perpustakaan sejak 1 jam yang lalu. Karena dosen mereka memberi tugas, alhasil mereka semua berada di tempat ini. Semuanya fokus terhadap tugasnya masing-masing yang telah diinstruksikan oleh Sia. Sia sendiri terpaku pada ensiklopedi, Nanda dengan atlas, Meghan dengan buku kamus bahasa daerah beserta sebatang coklat di tangannya, Anggrek dengan buku mitologi, dan Lintang dengan mimpi indahnya.

Sungguh ironi.

Cap...cap...cap

Kunyahan Meghan sangat menggagu ditelinga Lintang yang sedang tidur, bangulah ia seraya mengerjapkan matanya. Diliriknya Meghan yang duduk disampingnya.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang