#1 Art of fair

149 16 8
                                    

Kring kriang
Suara sepeda Nam menghampiri Alea.

"Ayo naik," pinta Nam kepadanya, Alea segera naik menggenggam sebuah surat yang diterima tadi malam. Ia belum sempat membacanya dan segera ia memasukannya ke tasnya.

Sepanjang jalan Nam tergesa-gesa ke sekolah karena takut terlambat. Ia mencincing roknya yang tiga per empat karena jalan menuju sekolah agak becek,  akibat hujan deras tadi malam.

"Stop stop!" teriak satpam. Nam dan Alea sontak mengerem mendadak sepeda itu dan hendak akan jatuh.

"Kalian berdua hampir saja terlambat." ujarnya satpan yang marah-marah dan menudingkan jari telujuk dengan cepat sehingga membuat Nam dan Alea merunduk.

"Pak biarkan mereka masuk." sahut cowok yang sedang berjalan berkacamata tanpa salam. Ia sangat tinggi,  kulit oriontal,  maskulin dan tampan.  Cowok itu kelihatan cool dibanding cowok cowok lain ketika ada di sekitar sekolah.

Wuih, cowok itu kelihatan dingin dan mempesona aku ingin memeluknya em..  Aku harusnya meluk sebelah mana ya di depan apa dibelakang ya,  depan aja deh biar bisa hangat, batin Alea melihat cowok itu agak lama

"Ayo Alea Cepat masuk"

"makasih pak." sahut Nam tunduk dan menarik kencang tangannya hingga tangan nya memar merah karena Alea menarik jam tanggan milik nya sementara Alea tak berhenti meneggok kebelakang arah cowok itu didekat gerbang itu. Tersipu malu.

Dari tadi pagi hingga siang Alea terus memikirkan cowok yang gak jelas itu. berangan angan dan memikirkan tuk mendekatinya.

"Nam, kamu kenal cowok tadi yang berkaca mata?" tanya Alea tak sadar dengan wajah polosnya dan memutarkan jadi telunjuk nya di meja bangkunnya

"Ih, itu kan Ferdi, si Jagat Ferdiansah yang hits dengan nama Ferdi, cowok sok cool itu. Dia temanku waktu aku SMP dan dia terkenal di majalah-majalah terkenal," sahut Nam dengan ceplus. Alea mengangguk dan melanjutkan memikirkan cowok itu. Dia hampir tidak fokus mendengarkan guru fisika yang sedang menerangkan vektor.

♣♣♣♣♣

Sesampainya di rumah, Alea mengambil tas warna abu-abu itu di laci meja belajarnya. Alea teringat, ia lupa menaruh flashdisk berwarna pink miliknya. Wah flashdiskku di mana ya. .. Batin Alea

Lantas ia melempar tas secepatnya lalu segera Alea turun tangga di ruang keluarga menjumpai ibunya seketika menghela nafas.

"Bu, tahu flashdiskku?" tanya Alea. Tergesa-gesa sambil merapikan hijabnya yang kusut 

"Emm... mungkin di tas kamu?" jawab ibunya dengan sepontan  sambil membenakan dasternya dan melihat tas abu-abu nya di dekat kulkas itu

"Oh.. iya aku baru inget"sahutnya dengan merasa kaget lantas Alea segera ke lantai atas dan mengambil tas kemudian merogoh semua kantong tas miliknya. Akhirnya ketemu.

CEKLEK
Suara pintu terbuka.

"Oh, ibu aku pergi dulu mau ke rumah temen." pinta Alea  lantas mencangklong tas dan salim dengan cepat dan nampaknya Alea bahagia dan ceria

"Iya, hati-hati ya." besut ibu nya membenakan daster nya dan segera melanjutkannya memasak kering tempe.

Ketika sampai tangga rumah Alea melihat sepembar kertas putih terselip di bawah tangga , kertas itu nampak putih dan terdapat banyak coretan merah

Ups gawat itu kan nilai ujian matematikaku kemarin aku dapet empat lagi, batin Alea.

Langsung ia ambil kemudian diletakkan di tas abu-abu  mumpung ibu belum melihatnya.

La la la

Alea bersenandung di sepanjang jalan menuju rumah Nam. Ketika Alea berjalan, kaki kirinya menginjak benda yang keras. Lalu ia menengok ke bawah. Aw

ternyata ada sebuah dompet ibu-ibu besar nan cantik, tanpa basa basi Alea langsung mengambil  dompet kulit itu.

Wah isinya hanya ada uang tebal berwana pink dan biru , kulihat kantong sebelah ada Handphone sebesar 6 inchi dibaliknya ada logo buah apel. Tapi di dalam dompet itu tidak ada kartu identitas sang pemilik, i don't care.

Untungnya jalanan sepi. Alea langsung memasukan dompet pink itu ke dalam tas kesukaannya bersama selembar kertas.

TOK TOK
Alea mengetuk pintu rumah Nam. Tak lama pintu berwarna kecoklatan terbuka. Terlihat gadis bermuka pucat sedang berhadapan dengan Alea saat ini.

"Oh kamu, kirain siapa, ayo masuk." ajak Nam dengan agak ngantuk sambil membawa surat dan rambut yang tidak di kucir .

"Ajarin matematika ya." pinta Alea dengan nada melas seraya menggoyangkan paha Nam. Nam mengangguk dan mengucir rambut ikalnya.

"Iya iya, aku ambil laptop dulu ya." Nam tersenyum tipis. Alea hanya membalas dengan anggukan kepala.

Seraya menunggu Nam mengambil laptop, Alea membuka tas dan mengambil handphone 6 inchi yang ditemuinya dijalan tadi, ia binggung karena hanya ada satu tombol berbentuk bulat, biasanya dia meminjam handphone ibunya yang terdapat banyak tombol.

Bodo amat tinggal pencet tombol bulat aja,batin Alea kesal. Cukup lama Alea mengotak-atik handphone berwarna rosegold yang ditemuinya.

"Flashdisk nya mana?" tanya Nam. Dengan wajah semerawut karena habis bangun tidur , menggaruk garuk pahanya .

Alea tersadar  lupa menaruh flashdisknya. Suasana deg-degan menyelimuti perasaan Alea dan
Alea mencoba mengecek tas abu-abu miliknya. Mungkin saja terselip diantara buku-buku di tasnya. Ia meraba tasnya dan Nam memandangi sangat khawatir.

"Itu kertas apa?" tanya Nam agak lesu membuat Alea gugup dan bingung secepat itu ia mengerogoh tasnya

Ah ini flasdisknya untung ketemu, lega deh , Bikin cemas .

Segera Nam mengambil flashdisk itu dari genggaman Alea , menancapkan di laptopnya.

Sedang menunggu dicopy, Alea melihat galeri yang hanya terdapat satu foto gadis kecil, tapi ia tidak mengenali foto tersebut. Saat Alea ingin menggeser keatas, sialnya foto itu tak sengaja terhapus.

Ah sialan, batin Alea.

"Nih file ku yang judulnya Materi Matematika XI?" sahut Nam membuyarkan pikiran Alea yang masih fokus dengan handphone digenggam.
Alea refleks menganggukan kepala lantas kembali asyik dengan hendphone temuan, tak terasa matahari sudah hampir tenggelam. Perut Alea mulai mengeluarkan suaranya.  Itu tandanya Alea butuh asupan gizi.

"Nam kamu punya makanan gitu?" tanya Alea tanpa basa-basi dengan paras kelaparan dan melihat lihat melirik diruang tamunya nam.

"Maaf ya, aku nggak punya." jawab Nam memelas. Alea hanya menghela nafas dan merunduk, ia melihat brosur restoran Pizza terkenal di bawah meja ruang tamu.

"Nam aku pesan ini ya." pinta Alea memohon dengan harga nominal yang tinggi . serta harga Ongkos kirim yang cukup terbilang mahal karena pakai pengiriman kilat dan cepat.

"Memang kamu punya uang?" Nam memandang Alea dengan tatapan penuh tanya .

"Punya kok." jawab Alea dengan santai.

.............................................................
Next Guys Bacanya Terus Kepoin
Lanjut ke Wristwatch episode II
Jangan lupa di Share dan Vote ya

WristWatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang