3. Seven Year

115 4 0
                                    

"Dimana jagoan ayah, aku akan menemukan nya dibalik selimut ini".

"Jangan ayahhh".

"Aku mendapatkan mu jagoan kecilku" ucapku sambil mendekap tubuh kecilnya dan berikan gelitik kecil ke tubuhnya.

"Hahahaha, itu sangat geli yah".

Tawa kecilnya kini menghiasi rumah kecil kami. Sudah tujuh tahun lamanya semenjak kematian istriku Sarah, aku tidak lagi merasa akan kesepian sebab senyuman kecilnya lah yang membuat ku tetap ingin melanjutkan hidup ku.

"Ayah aku lapar, bisakah kita pesan makanan?".

"Tidak, hari ini ayah akan memasak masakan kesukaan mu Luis" balasku.

"Ayah sudahlah, ayah sudah pernah mencoba memasak masakan kesukaan ku, tapi selalu saja hasil makanan yang ayah masak hangus" ledek Luis dengan senyuman kecilnya.

"Aku tahu senyuman licik ini, kau berusaha mengejek ayah lagi".

" Haha, aku tidak bermaksud seperti itu ayah".

"Rasakan pembalasan ini, ayah pastikan kali ini ayah tidak akan melepaskan nya" balasku berusaha menggelitik nya kembali.

"Tidakkk, ayah hahaha, itu sangat geli".

"Kali ini, aku tidak akan melepaskan jagoan kecil ayah yg sudah meledek ayahnya sendiri hahaha".

"Ayaaaaahh, berhenti!!".

Kutatap mata kecilnya yang terlihat mengeluarkan air akibat menahan geli dari gelitikan ku. Aku menghentikan gelitikan ku, setelah dia berteriak untuk menghentikan ku.

"Huuffhhh, itu sangat geli yah" ucapnya dengan nada suaranya yang kecapean menahan geli.

Kutatap wajah kecilnya dan memberikan senyuman kecil padanya.

"Ayaaah, aku pikir".

"Ada apa jagoan kecilku?".

"Aku mencintaimu ayah, jangan tinggalkan aku. Ibu sudah meninggalkan aku, dan aku tidak mau kehilangan ayah juga" pinta Luis sembari mengeluarkan air mata dan memberikan senyuman kecilnya.

Aku tidak begitu mengerti kenapa Luis tiba-tiba berkata seperti itu kepadaku. Belakangan ini, aku tidak merasakan ada keanehan padanya. Hanya saja pertumbuhan nya begitu cepat.

"Aku juga mencintaimu mu anakku" ucapku sambil mengecup kening Luis.

Luis hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ayo bangun jagoan, sudah saatnya kita menghabiskan waktu weekend ini berdua dengan jalan-jalan".

"Serius ayah?, kita berdua akan pergi jalan-jalan" ucap Luis bersemangat.

"Iya, kita akan pergi ke taman. Tapi sebelum itu kita pergi ke restoran kesukaanmu terlebih dulu, untuk mengisi perut kecilmu" balasku sambil menyentuh hidung Luis.

"Siaaap komandan" balas Luis.

Setibanya di restoran favoritnya, kulepaskan seat belt yang masih mengait di tubuhnya Luis.

Dia pun mengambil langkah selanjutnya memasuki restoran favoritnya terlebih dahulu meninggalkan ku di dalam mobil dengan semangatnya.

"Hey Lu, tunggu ayah".

"Ayolah yah, cacing kecil didalam perut ku sudah tidak bisa berdamai lagi" balasnya.

"Dasar kau, selalu saja mencari alasan" pikirku termenung.

Luis memang sangat mirip dengan ibunya, ketika sudah lapar begini, selalu saja ada alasan lucu yang terlontar dari ucapannya.

"Kau sangat mirip dengan ibumu anakku" ucapku dalam hati.

Dad Who Is He ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang