4. The Funeral

111 7 2
                                    

Suasana haru dan kelam menyelimuti pemakaman anak saya. Begitu banyak kenangan kami yang tak bisa ku lupakan begitu saja. Seandainya sejak itu aku tidak meninggalkan nya berjalan sendiri ke mobil dan menunggu kedatangan ku.

Terlintas di benakku, mungkin perkataan Johnny tujuh tahun yang lalu itu benar. Ini semua kesalahanku, dan selalu akan menjadi kesalahanku.

"Steve, anakku. Ibu sangat berduka atas kematian anakmu Luis" ucap ibuku Mariah memelukku.

"Aku tidak tahu lagi ibu" jelasku.

"Aku tahu kesedihan mu anakku".

"Ini kesalahan ku ibu, kematian Sarah adalah salahku. Dan kematian anakku juga karena aku, ibu" tegasku sambil menahan air mataku yang tak kuasa ku bendung lagi.

"Lihat ibu sayang" balas ibuku sambil memegang lembut kedua pipiku.

"Tidak ibu, ini semua kesalahanku"

"Sayang, kau tidak bisa menyalahkan dirimu atas semua ini"

"Aku tidak bisa melanjutkan hidupku lagi ibu, tidak ada siapa-siapa lagi di hidupku"

"Steveeen!!" ucap ibuku dan melayangkan tamparan keras di pipiku.

Semua orang yang turut melayat ke pemakaman anakku seketika terdiam dan melihat kearah ku dan ibuku. Wajah kesal dan sedih pada ibuku dapat terlihat jelas olehku, aku tahu perkataan ku sangat menyakiti perasaannya. Namun, hatiku saat ini sangat hancur, aku tidak bisa memaafkan diriku atas apa yang terjadi pada anakku Luis.

"Aku minta maaf bu" ucapku sambil memeluk ibu.

"Saat ini aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku merasa kosong ibu, hatiku ibu. Ibu pasti mengerti itu".

"Kau masih memiliki ibu, kalau kau butuh sesuatu ibu akan selalu mendampingi mu sayang" balas ibuku berusaha menenangkan.

"Iya bu".

"Baiklah sayang, kita selesaikan acara pemakaman Luis".

"Baik bu".

Dua puluh menit acara pemakaman Luis berlangsung. Langit terlihat begitu gelap dan suasana terasa dingin. Hujan akan turun menyelimuti acara pemakaman anakku.

Hujan pun mulai turun.

Acara pemakaman anakku tetap akan berlanjut sampai akhir. Semua pelayat membuka payung hitam mereka masing-masing. Hingga kudapati dari kejauhan seseorang memakai baju berkerah hitam dengan celana jeans berwarna hitam, yang kelihatan sangat rapi sedang berjalan bersama seorang wanita kearah pemakaman anakku yang sedang berlangsung.

"John?" tanyaku ragu.

"Ya Steve, ini aku tetangga mu. Dan ini istriku, aku harap kau masih mengingat kami berdua" ucap John meyakinkan ku.

"Johnny itu benar-benar kau" balasku sambil memeluk erat tubuh Johnny dan menangis di pelukannya.

"Hey kawan, sudahlah Steve. Aku tahu kejadian ini sangat menyakitkan bagimu. Tapi kau harus bisa menerima semuanya"

"Aku tidak bisa".

"Hey, kenapa kau berkata seperti itu?" balasnya sambil melepaskan pelukanku.

Dad Who Is He ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang