[26] banyak perbedaan, satu hati

134 18 8
                                    


Pagi menghiasi warna langit hari ini shila sangat malas karena hari ini dan dipagi ini harus diadakan upacara yang biasanya membuat orang mager pake kuadrat.

Kemarin sore Gavin dan shila resmi berpacaran, shila menjawab pertanyaan gavin itu saat kumpul bersama dengan irsyat, fahri, dan dika. Mereka berdua saling mengungkapkan isi hati mereka berdua. Dan berakhir dengan jadian.

Shila berjalan di lorong sekolah, suasana memang masih sepi. Seperti Biasanya shila sangat rajin karena pagi ini ia piket bagian ngepel luar kelas sendirian.

Shila mengerjakan semuanya dengan sangat teliti, karena terlihat debu sedikitpun sama Seksi kebersihan, maka harus ngepel ulang. Shila mulai dengan menyapu dan terakhir mengepel lantai. Mana mungkin ngepel dulu baru nyapu, ya pasti bakal kotor lagi menurut perkiraan shila.

"Tumben rajin."

Gavin berdiri dihadapan shila dengan tangan dilipat kedalam. Sementara shila melihatnya dengan muka yang datar.

"Tumben dateng pagi," ujar shila masih dengan melanjutkan ngepel nya.

"Ya iyalah anak rajin." jawab gavin sambil memperhatikan gerak-gerik shila yang mondar-mandir.

"Biasa dateng jam 7 kurang aja bangga banget!" desis shila mengungkap kan fakta.

"Kata siapa?" tanyanya.

"Irsyat,"

"Gak usah di denger ajaran sesat kaya irsyat. Mending dengerin gue," suruh gavin masih dengan posisi yang sama.
Shila berdesis pelan ia lebih memilih melanjutkan ngepel nya dari pada menanggapi gavin yang terus mengoceh tidak berhenti.

"Sini gue bantu," pinta gavin merenggut pel-an yang ada di tangan shila.

"Gak usah, ini kan tugas gue!" jawab shila ingin merembut kembali pel lan yang ada ditangan gavin.

Gavin menepis tangan shila tanpa bicara gavin menyuruh shila duduk diantara taman kelas, shila hanya mendengarkan melihat kelakuan gavin selanjutnya.

Gavin mencuci pel-lan tersebut dengan tangan nya sendiri kemudian ia pel lagi lantai yang belum bersih. Bahkan hingga tangan nya kelihatan gatal karena akibat air yang kotor karena pel-lan.

Shila melihat sendiri pengorbanan gavin yang kelihatannya penuh perjuangan, bahkan gavin mau rela mengorbankan tangan nya yang bersih hanya demi membantu shila mengepel.

Sekelas itu gavin menaruh kembali pel-lan yang ada di tangannya. Dan mencuci pel lan nya hingga bersih.

"Udah-udah biar gue aja yang taroh kedalem." ucap shila sambil mengambil pel lan yang ada ditangan gavin dan masuk kedalam kelas.

Shila keluar kelas melihat gavin yang sedang mengelap keringat yanga ada di jidatanya.

"Capek gak?" tanya shila saat memergoki gavin yang terduduk lemas.

"Biasa aja," jawabnya.

Shila mengangguk pelan, ia memilih diam dan duduk disebelah gavin. Gavin melirik taman yang hijau dan asri. Terakhir gavin melirik kearah shila yang matanya menuju depan.

"Maaf ya gue gak bisa jemput lo tadi pagi." ucap gavin dengan mata menunduk kebawah.

"Gapapa kok, gue bahkan akan merasa keberatan kalo lo antar jemput gue mulu." jawab shila.

"Tapi gue gak bisa kaya mantan lo yang suka antar jemput lo," seru gavin dengan nada bersalah.

"Gue gak punya mantan gavin," jawab shila membuat gavin menoleh cepat.

"Beneran gak punya?" tanya gavin penasaran.

"Iya, bahkan gue baru kali ini ngerasain pacaran kaya gimana." jawab shila dengan norak nya.

Rasa Yang Hilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang