[39] Anniv ke 1 tahun lebih 9 bulan

159 13 17
                                    

Selekas mengantarkan Shila pulang menuju rumah nya. Gavin dengan sesegera mungkin pulang, karena langit sudah berubah menjadi gelap. Gavin menhentikan motornya di depan rumahnya, ia kaget saat melihat ada motor Ujang berada di rumahnya.

"Mau ngapain lagi sih si Ujang?!"

Gavin masuk kedalam rumah dengan nafas yang terburu-buru, brownis coklat yang dari tadi ia pegang hampir menjadi acak-acakkan. Ia langsung teringat pesan Shila,

Gavin inget bawa motor nya gak boleh ngebut, nanti brownis coklat nya acak-acakan! Ini kan spesial buat calon mertua!

Gavin membuka pintu rumahnya, "Assalamualaikum."

Semua mata langsung terosot pada arah Gavin. Bunda,ayah,dan ujang sedang mengobrol enam mata di ruang tamu.

"Ada apaan ini? Kok ngumpul-ngumpul gini? Bunda..bunda kenapa nangis?" tanya Gavin saat kelihat kearah bundanya yang sedang sesegukan.

"Ujang ngapain lo disini?!"

Ujang tersenyum sinis, "Silahkan Om kasih tahu yang sebenarnya pada Gavin. Dia mesti tahu yang sebenarnya,"

Gavin berdenyit heran, "Ayah, kasih tahu apa sih? Ini ada apa sih!"

Ayah Gavin menunduk merutuki dirinya sendiri, "Gavin bisa kamu duduk sekarang?"

"Ayah ada apa sih! Jangan buat Gavin bingung, Heh lo Ujang! Jangan cari keributan lagi disini! Keluarga gue udah bahagia njing!"

"GAVIN BISA DUDUK GAK!?" Bentak ayah pada Gavin yang sedang berdiri emosi pada Ujang.

Gavin duduk sambil memerhatikan Ayah nya yang dari tadi menunduk tak berdaya. Ujang yang duduk manis itu memilih diam, menyuruh om nya --ayah Gavin-- untuk berbicara.

"Sudah berapa lama kamu pacaran sama Shila?" tanya Ayah sambil nada nya yang dibuat tegang.

"1 tahun lebih 9 bulan, emang kenapa ayah?" jawab Gavin heran.

"Kamu sayang banget sama Shila?" tanya Ayah sekali lagi.

"Iya lah Ayah, kalo aku gak sayang ngapain aku pacarin Shila. Lagi pula ini kenapa sih?" tanya Gavjn lagi.

"Kalo kamu lebih sayang sama Shila atau kedua orang tua kamu?" tanya Ayah membuat Gavin semakin curiga.

"Tentu aku lebih sayang sama kedua orang tua aku lah. Mereka yang mendidik aku dari kecil, mereka juga yang merawat aku." jawab Gavin.

Ayah mendengus lengah, "Kalau kamu lebih sayang sama kedua orang tua kamu. Kamu harus putusin Shila!"

Gavin terbelalak, "Maksud ayah? Gak usah bercanda Ayah."

"Putusin Shila kalau kamu emang sayang dan cinta sama kedua orang tua kamu!" bentak ayah.

"Ayah..." desah Gavin tak mengerti dengan semuanya.

"Kenapa? Apa kamu gak bisa putusin Shila? Berarti kamu lebih sayang sama Shila di banding kedua orang tua kamu Gavin!" bentak Ayah.

"Ayah...Jelasin dulu sama Gavin apa permasalahannya? Kenapa Gavin harus putus sama Shila?" tanya Gavin meminta penjelasan.

Ayah langsung diam, "Kamu masih anak SMP! Belum sepantasnya kamu pacaran, sebentar lagi kamu kelas 9 kan? Ayah hanya ingin kamu dapat nilai UN yang memuaskan!"

"Tapi gak perlu kan Gavin putusin Shila? Gavin masih bisa belajar giat demi dapat nilai bagus. Gak gini caranya Yah," jawab Gavin tak terima.

"Gak usah ngejawab! Kalau kamu emang menghargai keputusan kedua orang tua kamu! Kamu harus terima, ayah gak suka sama Shila. Ayah lebih suka kamu sama Kirana!" ucap Ayah.

Rasa Yang Hilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang