BERJUANG BERSAMA

1.2K 155 21
                                    

Pagi yang hangat indah untuk Prilly, saat dia membuka mata, tangannya dengan cepat menyentuh dan meraba bibir. Ciuman Al semalam masih membekas di bibir. Senyum terukir indah di bibir manisnya.

Al, sedang apa kamu? Batin Prilly mengkhawatirkan Al.

Sejak semalam, dia masuk kos hingga sampai pagi ini, Al tak memberikannya kabar. Hati Prilly sedikit risau, pikiran negatif pun membayanginya. Saat Prilly sedang melamun memikirkannya, sebuah notif pesan masuk. Dengan cepat Prilly membukanya.

Ay, maaf baru ngabarin kamu. Mommy semalam pulang, jadi aku harus matiin handphone.

Prilly dapat sedikit bernapas lega. Ternyata Al baik-baik saja.

Iya nggak apa-apa, Beb. Apa kamu kena marah sama Nyonya Risma?

Balas Prilly sebelum Al nanti menghilang.

Nggak kok Ay, masih aman. Udah dulu, ya? Aku matikan lagi HP-nya. Takut ketahuan Mommy. I love you so much and I miss you. Cipok dari jauh, muuuuuaaaah. Bibir kamu manis, menagihkan.

Prilly dibuat gila oleh Al pagi ini, kata-kata Al yang terlalu jujur membuatnya tersipu malu. Prilly menarik selimut lagi dan menutup wajahnya.

"Aaaaaaa, aku sedang jatuh cinta. Ya Allah, inikah rasanya orang yang lagi kasmaran? Kenapa jadi malu-malu sendiri nggak jelas gini sih? Ya Allah, jantungku." Prilly memegang dadanya, merasakan debaran jantungnya yang sangat kencang. "Jantungku terasa mau lepas," imbuhnya girang sampai menggigit selimut.

"Aku nggak peduli dengan perbedaan aku yang anak singkong dan kamu anak keju. Singkong sekarang sudah bisa naik kelas dan bisa disatukan dengan keju. Untuk apa aku harus minder menjadi anak singkong," ujar Prilly meyakinkan dirinya sendiri, jika tak selamanya harta dapat menjadi penghalang.

***

"Al! Kamu harus berangkat ke Eropa minggu depan. Mommy dan Daddy sudah mengurus semuanya!" gertak Risma saat dia menghampiri Al yang sedang berolahraga di kamar pribadinya.

"Al nggak mau, Mom," jawab Al santai menghiraukan wajah Risma yang sudah mengeras menahan emosi.

"Apa mau kamu?" bentaknya meninggikan suara.

"Prilly." Al hanya menyahuti datar dan santai.

Jawaban Al itu membuat Risma naik pitam. Dengan kasar dia keluar dari kamar dan membanting pintunya. Al hanya tersenyum miring, memang benar, yang dia mau hanya Prilly tak ada yang lain.

"Maaf Mom, bukan salah Al jika jawaban tadi tak sesuai harapan Mommy. Memang Al menginginkan Prilly. Hanya Prilly, Mom!"

Risma membuka pintu kamarnya kasar, di dalam ada Irawan yang sedang bersantai menonton televisi. Risma terlihat menahan amarahnya dan menghempaskan pantatnya kasar di sebelah Irawan.

"Mommy, kenapa sih selalu emosi begitu?" tanya Irawan lembut sambil memijat bahu Risma agar emosi istrinya dapat mereda.

"Daddy tahu nggak, kalau anak semata wayang Daddy itu sangat susah diatur. Pikirannya hanya pada anak babu itu," omel Risma sambil memijat pelipisnya.

Irawan hanya tersenyum kecut. "Namanya juga cinta monyet. Lihat saja, sebentar lagi juga putus," ujar Irawan enteng.

"Semoga saja." Risma melemaskan badannya yang tadi menegang karena menghadapi Al. "Oh iya Dad, apa yang akan Daddy lakukan dengan isi amplop itu?" tanya Risma mengetahui jika Irawan memiliki rencana untuk memisahkan Al dan Prilly.

"Jika Al tidak mau pergi, dengan sangat terpaksa, berantai Prilly yang harus pergi dari kota ini, bahkan negeri ini," kata Irawan menyeringai jahat.

"Terus, apa yang mau Daddy lakukan padanya?" Risma ingin tahu rencana Irawan itu.

"Lihat saja nanti, ini akan berhasil menjauhkan mereka." Irawan dan Risma tertawa jahat dan sepertinya sangat puas dengan rencana itu.

Tak sengaja percakapan mereka terdengar oleh Mora yang sedang membersihkan guci-guci mahal koleksi Risma. Mora shock, mengapa begitu jahatnya majikannya itu? Apa mereka tak memikirkan kebahagiaan putra semata wayangnya? Mora menyesalkan sikap majikannya itu, yang jauh berbeda dengan sifat Al.

"Aku yang merawat Al sejak lahir, jadi aku yang tahu bagaimana keinginan dan kemauannya. Kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu, Al," gumamnya.

***

"Hidupku terlalu indah jika akan ada yang mengusiknya," pekik Prilly sambil membentangkan tangannya dan menghirup udara pagi yang masih bersih dan sejuk hingga ke dalam paru-parunya.

Dia tersenyum menikmati kisah cinta dan hidupnya yang berjalan terjal ini. Apa pun dan bagaimanapun nanti pada akhirnya, yang pasti, dia akan selalu berusaha. Saat Prilly sedang menikmati perjalanannya untuk berangkat ke kampus, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di sampingnya, tangannya ditarik paksa dan akhirnya tubuh Prilly sekejap masuk ke mobil. Kepalanya langsung ditutup dengan kain hitam, sehingga dia tak dapat melihat apa pun.

"Siapa kalian? Apa yang akan kalian lakukan padaku," berontak Prilly menolak ketika tangannya diikat.

Prilly terus bergerak, sayang tenaganya semakin lama melemah. Dia hanya dapat menangis, berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

"Al, di mana kamu? Aku butuh kamu," lirih Prilly yang sudah pasrah ke mana mobil ini akan membawanya.

Air matanya sudah membanjiri wajahnya. Dia terus menangis hingga mobil berhenti di sebuah rumah mewah. Beberapa orang itu memaksa Prilly untuk masuk ke ruangan yang sudah dinanti seorang di sana. Tubuh Prilly didorong kasar hingga jatuh di sofa.

"Lepas ikatan dan kainnya," titah suara itu, tak asing buat Prilly.

Kain hitam yang menutupi wajahnya terbuka, Prilly menyesuaikan pandangan di ruangan itu. Seseorang melepas ikatan di tangannya. Apa yang orang ini inginkan darinya? Jika dia ingin uang, Prilly tak memilikinya. Orang yang duduk di kursi kebesarannya pun berpindah duduk di sofa menghadap Prilly.

"Tuan Irawan," gumam Prilly terkejut ketika daddy Al duduk menghadapnya.

Irawan tersenyum kecut lantas menjatuhkan dua amplop di atas meja. Dada Prilly berdenyut kencang, ada apa ini? Mau apa dia? Pikiran Prilly selalu bertanya-tanya. Dia memainkan ujung banjunya.

"Pilih salah satu amplop itu," ujar Irawan tersenyum miring kepada Prilly.

"Maaf Tuan, amplop apa ini?" tanya Prilly sebelum memilih.

"Pilih saja, jangan banyak tanya," gertak Irawan meninggikan suaranya membuat tubuh Prilly menegang.

"Maaf, saya tidak bisa." Prilly tak akan memilih jika Irawan tidak menjelaskan apa isi amplop tersebut.

Irawan menghela napas, sepertinya gadis yang dia hadapi ini akan menguras kesabarannya.

"Itu pilihan agar kamu menjauh dari kehidupan anak saya," terang Irawan seketika melayukan bunga di hati Prilly.

Brak!

Semua dikejutkan oleh pintu yang sekonyong-konyong terbuka lebar. Al datang diikuti Mora dari belakang. Dia lantas menarik Prilly dan membawanya keluar dari ruangan itu.

"Al! Mau ke mana kamu!" pekik Irawan menahannya.

Al berhenti berjalan, lalu memutar tubuhnya.

"Iya atau tidak ... Daddy merestui kami yang pasti, hari ini, aku akan menentukan pilihan. Aku memilih dia." Al merengkuh pinggang Prilly agar menempel di tubuhnya. Prilly pun terkejut, menatap Al tak percaya.

Segala kekuasaan, tahta dan harta, akan menjadi budak ketika cinta menjadi penguasa. Raja dapat menjadi hamba karena cinta, cinta mengubah yang pahit menjadi manis, tetapi cinta juga dapat mengubah putih menjadi hitam. Semua karena cinta.

"Sekarang tidak ada lagi perbedaan anak singkong dan anak keju. Karena singkong kini dapat bersatu dengan keju." Al menatap berani ke dalam mata Irawan dan menggenggam tangan Prilly erat.

#########

Kekuatan cinta bisa mengalahkan keegoisan.

Terima kasih atas vote dan komentarnya.🙏🙏🙏🙏

Anak Singkong dan Anak Keju (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang