Satu bulan lebih Prilly menempati kamar kosnya. Sepulang dari kampus, dia langsung bekerja di Kafe House. Selama itu, dia juga belum lagi bertemu Al. Namun, Al masih terus menghubunginya. Saat dia berjalan di koridor kampus, sebuah tangan kekar menariknya masuk ke kelas yang sepi tak ada seorang pun di sana. Pria mengenakan jaket longgar dan kepalanya di tutupi hoody.
"Lepasin!" berontak Prilly memukul-mukul orang yang sudah berani kurang ajar dengannya.
Orang itu membekap mulut Prilly agar tidak berisik dan mendekap tubuh mungilnya agar tak memberontak.
"Ini aku." Orang itu berbisik lirih di telinga Prilly.
Suara itu? Prilly menenangkan tubuhnya, dia memerhatikan seseorang yang menutup wajahnya dengan kacamata hitam dan penutup jaket.
"Al?" lirihnya memastikan.
Orang itu tersenyum dan perlahan membuka penutup jaket dan kacamatanya.
"Maaf ya, udah buat kamu kaget," ucap Al tersenyum simpul.
Bahagia Prilly tak dapat lagi tertutupi, lelaki yang dia cintai sudah satu bulan lebih tak bertatap wajah, kini tiba-tiba di hadapannya.
"Kamu ... katanya?" tanya Prilly gelagapan saking senangnya bisa lagi menyentuh Al nyata.
"Katanya apa?" tanya Al menarik pinggang Prilly agar lebih dekat dengannya.
"Aku dengar dari Tante Mora, kamu akan pergi ke luar negeri," jelas Prilly bingung.
Al hanya tersenyum. "Memangnya kamu pikir aku bisa pergi tanpa kamu?" Al mencolek hidung mancung Prilly.
Prilly mengalungkan tangannya pada tengkuk Al. Dia tak ingin mengakhiri pertemuan ini.
"Aku kangen," ungkap Prilly pelan sambil menempelkan pipinya di dada Al.
"Apalagi aku, lebih kangen sama kamu. Aku sangat tersiksa, makan nggak enak, tidur nggak nyenyak, mau ngapa-ngapain malas," jelas Al mengecup pucuk kepala Prilly.
Perasaan Prilly menjadi lebih tenang karena ada Al di sini. "Kok kamu bisa keluar? Katanya, kamu dikawal dan dikurung sama Nyonya Risma," tanya Prilly menegakkan tubuhnya membelai wajah tampan Al.
Al tak ingin melepaskan sedikit pun pelukannya dengan Prilly. Dia memeluk sangat posesif, hingga tak ada jarak di antara mereka.
"Aku ke sini berkat bantuan Tante Mora. Aku pura-pura sakit dan kebetulan Mommy sedang ke luar kota. Daddy belum pulang, jadi Tante Mora mengelabuhi penjaga dengan mengatakan aku sakit demam sangat tinggi. Padahal kamu tahu? Alat ukur panasnya di tukar Tante Mora sama alat ukur panas yang sudah dimasukkan ke air mendidih," cerita Al mengejutkan Prilly.
Prilly menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia melebarkan matanya sempurna. "Iiiih, kalian nakal, ya?" cibir Prilly mencubit pipi Al.
"Kalau nggak begitu, mana bisa aku datang menemui kamu. Oh iya, jalan-jalan yuk!" ajak Al melepas pelukan di pinggang Prilly berganti menggandeng tangannya.
"Maaf, aku nggak bisa. Aku harus bekerja," tolak Prilly menyesal dengan berat hati.
Sebenarnya dia juga ingin menghabiskan waktu bersama Al.
"Kamu kerja?" tanya Al terkejut karena selama ini Prilly tak menceritakan jika dia bekerja para waktu.
"Maaf, aku nggak cerita ini sama kamu. Aku nggak pengin kamu mencemaskanku," kata Prilly menunduk tak berani menatap wajah Al.
"Jadi kita nggak bisa jalan-jalan dong? Padahal aku sudah memimpikan waktu ini setiap malam," ujar Al lemas membuat hati Prilly tak tega.
"Tapi, kalau aku libur, sayang tahu ... bayaran aku dipotong. Lumayan, 40 ribu." Prilly mengarahkan dagu Al agar wajah tampannya dapat dia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Singkong dan Anak Keju (Komplit)
Short StoryIni adalah cerita pendek (short story). Cinta beda kasta dan tahta. Apakah mereka bisa bersatu? Al adalah anak tunggal dan pewaris utama di keluarga yang terkenal kaya raya. Namun, hati tidak bisa dibohongi, Al jatuh cinta dengan anak pelayannya yan...