1ㅡJAUZA

1 0 0
                                    

Zaza melangkah riang menuju ruang kelasnya setelah keluar dari ruang guru ia melihat papan nilai ulangan. Ia bersyukur nilai Ichi meningkat.

Zaza berhenti ketika melihat Ichi yang datang dengan susu kotak di tangan kanan.

"Kyaa makasih Bu Zaza sudah menjadi tutor" Ichi memeluk Zaza dan memberi susu kotak di tanganya.

Zaza tersenyum "Selamat ya. Ini semua bukan karena gue tetapi diri lo sendiri" ralat Zaza. Senyum Ichi memudar ketika melihat seseorang yang berada di belakang tubuh Zaza.

Zaza yang bingung memutar tubuhnya.

"Bisa bicara sebentar?" Zaza dan Ichi saling bersitatap. Zaza mengangguk ragu dan berjalan mengikuti arah orang tersebut. Ichi sempat melambaikan tangan. Ia mengendikan bahu dan kembali ke kelas.

"Jauza Septadiya?"

"Bisa kita ke topik langsung?"

"Lo murid paling pinter di kelas ya gue lupa"

"Jaz gue nggak punya waktu" Zaza harus menuju Perpustakaan. Ada dua buku yang harus dia kembalikan.

"Maksud lo apa bilang ke Pak Imam kalau gue nyontek jawaban Gasta?" padahal Hijazi sudah merdeka ketika melihat nilanya hampir mencapai nilai sembilan puluh lima. Tetapi setelahnya ia di panggil Pak Imam bahwa dirinya ketahuan menyontek jawaban Gasta. Semua itu karena Zaza yang melaporkan.

"Lo emang ngerasain gimana capek, kantuknya Gasta ketika belajar? Dan lo main copas jawaban miliknya?"

"Kok lo jadi yang sewot sendiri? Gasta aja adem ayem gitu"
"Karena dia mudah kasihan sama orang kayak lo!"

"Buset kenapa jadi lo yang nge gas! Songong banget jadi cewek. Lo itu cuma terlahir karena otak lo kebetulan bagus jadi nggak usah bersikap seolah lo paling bener!" Zaza memutar kedua bola matanya. Sia-sia saja ia berbicara dengan Hijazi.

"Udah selesai? Kalau gitu gue ke perㅡ" Hijazi menahan lengan Zaza agar tetap tinggal.

Zaza melepas tangan Hijazi tidak enak. Sekarang sudah jam istirahat banyak siswa berseliweran. Ia takut mereka berfikiran yang aneh-aneh.

Bukanya sok memang ia gadis biasa tetapi Hijazi yang menjadi sinar paling terang. Gara-gara wajah Hijazi yang tampan mereka mudah mengenali cowok itu.

"Gue minta lo tanggung jawab!" Zaza mendengus.

"Tanggung jawab apa?"

"Gara-gara lo motor dan mobil gue di sita sama nyokap!"

"Ya syukur deh kalau begitu"

"Cih. Syukur pala lo. Gue jadi nggak bisa maㅡ"

Hijazi melongo tidak percaya Zaza main pergi begitu saja.

Mabok pelajaran tu bocah.

Hijazi melengos pergi yang pasti ia masih kesal sebentar lagi motor dan mobilnya benar-benar di tarik Renata.

Zaza berjalan menuju kelas mengambil dua buku untuk di kembalikan ke perpustakaan. Ia tak melihat Ichi di bangkunya. Zaza tersenyum kepada Gasta yang sedang memainkan ponsel. Gasta sempat membalas senyumannya dan membali fokus pada game online di ponsel.

Setelah menempelkan kartu perpustakaan di alat penyeken Zaza meletakan buku di meja pengurus perpustakaan. Mbak Wulan tersenyum melihat Zaza.

"Rame ya mbak. Tumben" tutur Zaza.

"Iya jadi berasa kerja beneran kalau gini" Zaza terkekeh. Mbak Wulan yang selama ini menjadi petugas perpustakaan Sma Jio.

"Mau pinjam buku apa lagi?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang