ii. pengintaian

2.8K 604 157
                                    

Kelamnya malam berangsur pergi ketika semburat sinar matahari hadir. Tak perlu menunggu bias cahaya mengganggu penglihatan, dia terbangun dari tidur lelapnya. Alarm tubuhnya telah diatur untuk membuka mata sebelum pagi menjelang. Son Seungwan merenggangkan otot tubuhnya sebanyak dua kali sebelum bangun dari posisinya.

Dengan mata yang terasa sedang digantungi ribuan ton beban, Seungwan setengah mati mencoba untuk menghidupkan dirinya kembali. Sekelebat memori hadir tanpa izin. Dia ingat, saat pulang ke rumah tadi malam, dia menemukan seseorang di sela gang gelap yang biasa digunakan sebagai jalan pintas menuju taman. Seorang pria yang babak belur. Tanpa dompet berisi uang dan kartu pengenal atau pun ponsel yang pastinya dimiliki semua orang. Gadis itu lantas membelalakan matanya dan menoleh ke tempat dimana dia dan Moonbyul merebahkan serta mengobati lukanya.

Tidak ada.

Pria itu tidak ada di sana. Hanya tersisa selimut yang Seungwan pinjamkan tadi malam. Terlipat rapi di lantai seolah-olah tak pernah digunakan sama sekali. Seungwan bingung bukan main. Perempuan itu lantas menyibak selimutnya dan merangkak menghampiri selimut tersebut. Mulutnya menggumam menanyakan ke mana perginya pria itu. Bibir tipisnya bergerak, terus berkata bahwa dia yakin kalau tadi malam dia menemukan seorang pria babak belur dan telah membantunya bersama Moonbyul.

Ah, benar! Moonbyul! Hanya tetangganya itu yang tahu soal tadi malam!

Tanpa pikir panjang, Son Seungwan berdiri dan melangkah secepat mungkin keluar dari rumah. Ketika dia hendak keluar, Seungwan mematung. Tangannya di kenop pintu bergerak perlahan. Pintu rumahnya memang terkunci dengan aman. Namun, kunci rumahnya tak tertanggal di tempat biasanya. Kunci tersebut justru berada di lantai dan hal itu membuat Son Seungwan semakin merasakan adanya kejanggalan. Akan tetapi, dia segera menggeleng cepat dan selekasnya mendatangi Moonbyul.

Di detik bersamaan, pada tempat yang berbeda. Sebuah seringai mengembang begitu saja di bibirnya. Tak peduli dengan luka yang sesungguhnya terasa perih. Dia menatap salah satu dari sejumlah monitor yang terpampang di hadapannya. Memperhatikan reaksi seseorang yang tadi malam telah menyelamatkannya. Sesuai dengan rencana yang disusun sedimikian rupa. Semua berjalan lancar dan sangat memuaskan.

Dia tersenyum saat melihat seorang gadis terlihat kebingungan mencari-cari dirinya. Ya, dia adalah pria malam itu. Lelaki yang ditemukan babak belur dan dibantu oleh Son Seungwan. Sebuah kepuasan menguasai dirinya ketika gadis yang membuat dirinya tenggelam dalam euforia serta adrenalin yang menyesatkan itu tengah berlari menuju pintu tetangganya. Dari layar ke layar. Dia mampu melihat semuanya. Dia dapat mengamati tiap detailnya.

Pria itu mengambil sekotak rokok dan sebuah pemantik yang tergeletak di samping keyboardnya. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar, dia menyulut lintingan tembakau tersebut dan mengisi organ pernapasannya dengan asap nikotin.

Sebuah kekehan kecil meluncur begitu saja ketika melihat Son Seungwan bersama Moonbyul kembali ke rumah itu. Mereka sibuk mendebatkan kebenaran tentang kehadiran dirinya.

Jika dulu hanya dengan memandangnya dari jauh saja sudah cukup, ketika dia dapat mendengarkan kembali suara merdu itu dengan kedua telinganya sendiri, saat dia mulai merasakan interaksi dan sentuhan jemari indah itu di permukaan kulitnya, semua terasa tidak akan cukup. Tak ada penyesalan atas rasa yang tumbuh semakin besar dan semakin kuat itu. Setelah meresapi betapa dekat dirinya dengan sang bidadari, dia menjadi semakin rakus untuk lebih dekat. Ingin memiliki.

Kehidupannya yang selalu berada pada kegelapan pun berubah. Dia telah melanggar zona amannya tadi malam hanya untuk bertemu dengan Son Seungwan. Gadis yang telah merebut hati dan menguras segala ego hanya karena sebuah senandu merdu nan indah. Mungkin pada awalnya dia sempat ragu, namun rupanya keputusan itu membuat keinginan memilikinya tak bisa dengan mudah untuk diindahkan.

ANYWHERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang