C3 [Stressed]

223 32 14
                                    

[Jun Pov]

"Kenapa tidak sekalian saja kau telanjang Lee Junyoung!" suara itu menginterupsiku yang hendak menenggak bir terakhirku. Tidak tahu sejak kapan dia sudah berdiri disana, menyilangkan tangan didepan dada sembari menatapku dengan marah. Aku tersenyum saat pandangan kami bertemu, ia berjalan mendekat lalu memelukku erat. Ku balas pelukannya untuk mencari kehangatan, 4 Jam berdiri diluar tanpa memakai pakaian yang hangat, tubuhku rasanya membeku.

"Mau menjadi manusia es, hm? tsk, dingin sekali kau Lee Junyoung"
Mulutnya terus mengoceh, memarahiku yang hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana boxer berdiri dibalkon hanya untuk memandangi ribuan bintang dilangit. Meski begitu, tangan besarnya bergerak masuk kedalam kaosku untuk mengusap punggungku.

Hangat.

Kupeluk semakin erat dirinya, seolah meminta lebih.
Ahh...
"Sebegitu frustasinya kah?"
"Nghh.."
Aku mengangguk.

Rangsangan seksual bisa membuatmu lebih nyaman, katanya waktu itu. Dan hubungan seksual bisa membantu mengurangi kadar stress, seperti makan coklat atau pergi belibur, aku hanya tertawa saat mendengarnya, namun, sepertinya memang benar, sentuhannya membuatku nyaman.

Perbedaan pendapat dengan para tetinggi membuatku frustasi dan kehilangan mood. Konsep debut yang jauh melenceng dari perkiraan membuat kami meradang. Member lain masih bisa bersandiwara di depan kamera, sedangkan aku tidak, wajah murungku tertangkap kamera kemarin, dan itu membuat dia khawatir.

"Ugh... h-hyunghh" dia menarik choker yang kugunakan, leherku terasa perih. Ku cengkram lengannya saat bibirnya mulai menghisap leherku yang memerah, dan saat tangannya turun semakin bawah, aku menghentikannya, tangannya sudah berada diatas pantatku, meremasnya sekali hingga membuatku menggeram.
"Nghh.. h,hyung.. k-kita masih diluar -ahh" kataku susah payah karena bibir dan lidahnya terus menyentuh bagian atasku.

Setelah itu dengan tergesa dia menarikku kedalam kamar, menutup pintu kaca tanpa memperdulikan gordennya. Untuk beberapa saat dia hanya menatapku, tangannya menangkup pipiku yang katanya semakin tirus, lalu membelainya secara perlahan. Sorotan matanya yang teduh membuat hatiku sedikit lebih tenang, sampai mendorong air mataku untuk menetes keluar. Hal seperti inilah yang biasa Soohyun hyung lakukan saat aku sedang dirundung masalah.

Aku menangis lagi didepannya, selalu tidak sanggup bersikap baik - baik saja, lalu aku memeluknya dengan sangat erat, mengeluarkan semua beban berat yang menghantamku dipundaknya.
. . . .

Jun menatap pantulan dirinya di kaca besar yang ada dikamar mandi. Bibirnya tersenyum miris saat melihat tubuhnya yang semakin kurus, abs yang dulu sempat ia banggakan pun seolah memudar.

"Tsk!" Jun berdecak saat indera penglihatannya menyadari sesuatu yang begitu kontras dengan warna kulitnya. "Ah.. kenapa Dia membuat kissmark di tempat yang gampang terlihat orang, sih!" Jun merengek. Tangannya bergerak menyentuh leher dan dadanya yang dipenuhi banyak tanda. Kedua pipinya merona, mengingat kejadian semalam, rasanya memang beda jika kau melakukannya dengan orang yang sangat kau cintai.
Ugh, Jun jadi bergidik sendiri membayangkannya, panas.

"Mengagumi hasil karyaku, eh?"

Boomm. Jun gelagapan saat Donghyun tiba - tiba masuk kedalam kamar mandi dengan tubuhnya yang masih bertelanjang dada; sama sepertinya. Jun segera meraih jubah mandinya, namun pergerakannya dihentikan oleh tangan Donghyun yang melempar jubah itu kesembarang arah.

"Kenapa masih malu? Tidak perlu kau tutupi, aku sudah melihat semuanya" katanya dengan senyum miring tercetak jelas diwajahnya.

Blush.
Pipinya memerah.

"Keluar sana!"

Bukannya melangkah keluar, Donghyun justru berjalan kearahnya.

"Hyung!"
"Wae?"

Donghyun membalikkan tubuh Jun agar bocah itu berhadapan dengan kaca, satu tangannya berada dipinggang Jun sedangkan tangannya yang lain mengusak rambut Jun yang warna nya terus berubah - ubah.

"Manis" katanya.

Suara rendahnya yang membuat Jun kembali merona, ia menundukkan kepalanya guna menyembunyikan rona merah di pipinya.

Donghyun terkekeh. Ia menarik napas lalu menghembuskannya diperpotongan leher Jun. 
"H-hyung..."
"Kau indah Jun, tetaplah jadi dirimu yang seperti ini -senang maupun sedih kau mengekspresikannya dengan baik. Tidak masalah, agar mereka diluar sana tidak merasa tertipu"

Perlahan Jun mengangkat kepalanya, dua pasang mata itu pun saling bertatapan melalui kaca besar didepannya.
Donghyun tersenyum lembut.

"Our Junnie,  tidak masalah dengan perbedaan pendapat, jika ada konflik diantara kalian pun hal yang wajar karena kalian dibesarkan di lingkungan yang berbeda, mempunyai kepribadian dan sudut pandang yang berbeda juga. Selesaikan dengan baik dan jangan melakukan hal yang bisa membahayakanmu, aku sangat khawatir"

Hiks... Pipinya yang kering kini kembali basah oleh air matanya.

"Aku selalu ada untukmu, meski tidak bisa bertemu kau bisa menghubungiku kapanpun, aku akan membalasnya jika semua urusanku selesai"
"Akh, hyung, a-ku mengerti, jadi berhentilah, a-aku tidak ingin menangis lagi"

Donghyun mengulum senyum.

"Sudah merasa lebih baik?"
Jun mengangguk. "Um"

Donghyun ikut mengangguk, ia mempererat pelukannya dipinggang Jun. Dan saat Jun menolehkan kepalanya, ia langsung memagut bibir yang selama ini sudah menjadi candunya. Mereka berciuman, saling memanjakan satu sama lain untuk beberapa saat hingga sebuah teriakan menginterupsi kegiatan mereka.

"JUN!!!"
. . .

01.49
02:03

Montshell CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang