Sejak jam 4 subuh tadi Shaka sudah bangun dari tidurnya, entah kenapa rasanya ia enggan untuk beranjak dari sisi Rhea yang ia lihat, Rhea masih memejamkan matanya disampingnya. Shaka merelakan lengannya untu menjadi alas tidur Rhea, entah sejak kapan ia bisa berbaring tidur disamping Rhea.
Shaka teringat kejadian beberapa minggu yang lalu yang ia dan Rhea di pertemukan dalam suasana kamar hotel waktu itu, entah harus bersyukur atau marah saat ia tersadar akan posisinya saat itu bersama Rhea. Ya Shaka tersadar saat ia melihat tubuhnya polos dan hanya di tutupi oleh selimut hotel yang tebal itu, dan melihat Rhea yang menanggis tersedu dan marah-marah padanya.
Namun, sekarang posisi Shaka dan Rhea sudah persis seperti pasangan pengantin yang sedang menikmati nyamannya tidur dalam pelukan pasangan.
Rhea mengeliat dalam tidur, ia merasa sangat nyaman tidurnya kali ini dan terasa hangat, memang tangan Shaka melingar indah di punggung ramping Rhea. Rhea semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Shaka, Rhea belum sadar yang ia lakukan yang ia tahu adalah ia merasakan tempat yang paling nyaman.
Senyum manis tersungging di sela-sela bibir Shaka saat ia tahu Rhea semakin mengeratkan posisi tidurnya di area ceruk leher Shaka.
Jam sudah menunjukan pukul lima pagi, adzan shubuh sudah terdengar tandanya ia harus bangkit dari tidurnya, meskipun Shaka terlihat seperti berkelakuan iblis tapi ia juga sadar tempat ia harus bersyukur, tempat ia saat bermunajat kepada sang maha hidup. Dengan gerakkan lembut Shaka perlahan memindahkan kepala Rhea ke bantal yang berada di sisi kiri Rhea, setelah itu Shaka pergi kearah kamar mandi untuk berwudhu. Namun, gerakan kecil itu membangunkan Rhea untuk terbangun dari tidur nyamannya, ia kehilangan tempat hangatnya saat tidur lagi.
Rhea terbangun dari tidurnya dan sedang menyempurnakan penglihatan, Rhea membenahi tempat ia duduk di kasur Shaka, ia belum sadar sepunuhnya yang ia tahu tadi malam ia menginap di apartement Shaka.
"Hai, kamu udah bangun. Maaf tadi saya membangunkanmu ya?" Tanya Shaka saat sudah kembali dari kamar mandi
"Sudah, maaf tadi malam merepotkan pak Shaka" Kata Rhea sopan
"Gapapa, selagi saya bisa saya bantu Rhea"
"saya tinggal Sholat dulu sebentar setelah itu kita sarapan bersama" Ucap Shaka canggung dan kemudian pergi keluar untuk menuju masjid yang berada di depan apartementnya. Ditempatnya Rhea bengong tak menyangka Shaka yang berpenampilan bak kampret itu juga ingat untuk beribadah.
Di kamar mandi milik Shaka Rhea kembali memuntahkan yang ada di perutnya hingga yang ia muntahkan hanya lendir yang terasa pahit karena perutnya memang benar-benar kosong dan sekarang kepalanya kembali pusing, dengan berpegangan kuat pada sisi wastafel Rhea mengeratkan pegangannya agar ia tidak ambruk.
Shaka kembali ke kamarnya, ia mengandarkan pandangannya ke area kamarnya, niatnya ia ingin memanggil Rhea untuk sarapan pagi tapi yang ia temui adalah kamarnya yang kosong. Shaka mendengar suara orang muntah di dalam kamar mandinya segera setelah itu Rhea berlari kearah kamar mandinya dan membuka pintu kamar mandinya, ia melihat Rhea yang sedang menyangga tubuhnya agar tetap berdiri ia tahu bahwa posisi Rhea sekarang adalah posisi sekaling senggol langsung ambruk, tanpa berfikir panjang Shaka mendekat kearah Rhea setelah itu menggendong tubuh lemah Rhea.
"Rhea, kamu gapapa? Apa saya panggilkan dokter" Tawar Shaka yang hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh Rhea
"Tapi kamu terlihat pucat Rhea"
"Sayaa gapapa pak, nanti juga pulih" Kata Rhea dengan ekspresi tenang
"Saya tinggal sebentar ya, saya ambilkan air hangat dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING WITH MR. LAWYER (COMPLETED) REVISI
RomanceSetelah kejadian malam lalu membuat Rhea tidak bisa lari dari rasa takut yang kerap kali datang disetiap Rhea merenung, dan rasa ketakutan dimana apakah didalam rahimnya tumbuh nyawa didalamnya. Akankah Rhea akan bertemu lagi dengan sosok laki-laki...