Sembilan Belas

1.2K 63 0
                                    

Begitu jam makan siang tiba, Zahra hanya bisa menahan ekspresi sebal dan malunya akibat kelakuan Klaus tadi pagi ketika ia melakukan telepati dengan ketua barunya itu sebelum keluar area kantor dan mencari tempat makan seorang diri.

Dirinya sadar jika reaksinya akan pernyataan yang di ungkapkan Klaus tadi memang berlebihan, tapi setiap gadis yang di berikan pernyataan seperti itu apa lagi oleh orang yang mereka sukai akan mengeluarkan reaksi yang sama seperti dirinya.

Untung dia masih mengeluarkan tenaga untuk ukuran gadis normal biasa yang mengeluarkan tenaga penuhnya untuk melempar bantal tersebut dengan sekuat tenaga, jika ia mengeluarkan tenaga penuh untuk ukuran kebiasaannya, bisa jadi Klaus bakal tewas di tempat kalau lelaki itu bukan orang yang kuat.

"Dasar Ketua keparat, menyebalkan sekali reaksinya tadi." dumel Zahra ketika ia mengingat kembali reaksi serta ekspresi yang di perlihatkan Klaus ketika lelaki itu memuji nya, mukanya pakai acara malu-malu kucing segala!

"Aaargh! Amit-amiiiiit!" ujarnya lagi sedikit berteriak sambil mengentakkan kakinya sedikit kuat, untung saja semen tempat pijakannya tidak rusak ketika ia melakukan hal tersebut.

Orang-orang yang menatap Zahra pun hanya menatap mantan Wakil Ketua Organisasi Perlindungan Kota itu dengan terheran-heran karena mereka yang mengenal Zahra merasa aneh dengan sikapnya hari ini.

"Anu ... Nak."

Teguran dengan suara seorang kakek tua berusia sekitar 72 tahun membuat Zahra tersadar dari sikap ke salah tingkahannya barusan, lalu menoleh dan berusaha bersikap se netral mungkin.

Zahra sedikit terkejut karena kakek itu memiliki tubuh yang lumayan jauh di atasnya, mungkin hampir setinggi Klaus namun bisa di katakan tingginya tak sampai dua meter.

"Ada apa, Kakek? Ada yang bisa ku bantu?" tanya Zahra.

Beliau menggeleng.

"Kau yang kenapa, Nak. Apa ada masalah?"

Pertanyaan itu membuat Zahra menyadari jika kelakuannya barusan di lihat oleh orang-orang yang berdiri di sekelilingnya saat ini, membuat ia merasa malu lalu meminta maaf karena sedikit membuat kehebohan.

Orang-orang hanya terkekeh dan memaklumi tingkah Zahra yang memang sudah sewajarnya untuk anak-anak seusianya. Gadis itu kemudian beralih kembali ke arah sang kakek setelah menenangkan keadaan sekelilingnya.

"Ah, tak apa kok, Jii-chan (kakek)." ujarnya sambil nyengir lebar, beliau memaklumi hal tersebut karena tingkah Zahra memang lumrah dan tak perlu di rahasiakan lagi untuk gadis remaja seusianya.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi ya, Wakil Ketua Libra yang baru." celetuknya berbisik.

Zahra terkejut jika kakek tersebut mengetahui status dan posisi nya sekarang menjabat sebagai wakil Ketua organisasi Libra. sedangkan pengumuman resminya belum di keluarkan oleh pihak Libra perihal ia bergabung ke organisasi tersebut dan juga menggantikan posisi Gilbert sebagai wakil ketua pertama.

"Kau ... Tau dari mana?" tanyanya kaget.

Lelaki tua itu tersenyum.

"Aku adalah kakek dari ketuamu, Franses Von Reinherzt."

Zahra bergidik.

"Haaa!?" pekiknya yang langsung menutup mulut. Franses tersenyum.

"Kita ngobrol di tempat makan saja, lagi jam istirahat kan?"

Zahra mengangguk dengan kedua tangan masih berusaha menutup erat mulutnya agar ia tak membuat kehebohan lagi.

"Ku traktir." lanjut beliau.

Azzahra's Destiny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang