"Bagamaimana kamu bisa ada di sini, Chris?" tanya Tamar saat mendapati sosok Chris tengah berada di depan kamar rawat El.
"Aku ingin bicara, jika Kakak tidak keberatan."
"Ah, kebetulan, aku juga ingin bicara denganmu."
Chris, dan Tamar menuju taman rumah sakit. Langkah Tamar berhenti, saat melihat sebuah kursi taman, ia duduk di sana, dan membiarkan Chris mengikutinya.
"Begini, Kak ... sebelumnya aku minta maaf, karena telah lancang mengangkat panggilan darimu pada ponsel Kak David kemarin."
Wajah Tamar nampak tegang mendengar ucapan adik iparnya. Tamar bahkan bingung harus seperti apa, jadi dia memutuskan untuk diam. Melihat reaksi kakak iparnya, Chris melanjutkan niatnya untuk mencari jawaban dari Tamar, tentang gadis masa lalunya, dan juga tentang El yang sekarang masih terbaring di salah satu kamar rumah sakit.
"Sebelumnya, aku sudah pernah menanyakan ini pada Kak David, tentang El. Tentang keterangan pihak pemakaman yang mengatakan tidak pernah ada mayat yang dikuburkan atas nama El, juga tentang surat keterangan rumah sakit yang menyatakan bahwa El hilang ingatan, bukan meninggal dunia. Aku yakin, jika Kak David mengetahuinya, pasti Kak Tamar juga demikian bukan? Jawab aku, Kak, kumohon jujurlah."
Air wajah Tamar berubah gelisah, Chris dapat melihat itu dengan jelas.
"Dia ...." Chris menunjuk pada gedung rumah sakit tempat El dirawat, Tamar mengikuti arah telunjuk Chris. "Dia, El-ku, iya kan?"
Tamar merasa mungkin inilah saatnya, untuk Chris mengetahui yang sebenarnya, alasan mengapa El-nya disembunyikan darinya, juga tentang ketakutan suaminya akan kehilangan adiknya. Tamar bingung harus memulai ceritanya dari mana. Tetapi yang jelas, sudah tidak mungkin baginya untuk menutupi kebenaran dari adik iparnya itu.
"Kamu tahu, Chris. Sebelum aku menceritakan kebenarannya, aku ingin kamu berjanji satu hal padaku, apa kamu mau?"
Jeda.
Chris tidak habis pikir mengapa wanita selalu meminta pria untuk berjanji ini dan itu, wanita memang makhluk yang tidak mudah untuk dimengerti. Chris mengangguk mengiakan, "Apa?"
"Apapun yang nanti aku katakan, semuanya adalah kebenaran ... dan apapun itu, semuanya demi kebaikan, Chris. Jadi, berjanjilah jangan membenci keluargamu, terutama kakakmu. Berjanjilah," pinta Tamar.
Ada satu kalimat yang membuat Chris merasa janggal, tentang membenci keluarga terutama kakaknya, lagi pula untuk apa?
"Chris," panggil Tamar ragu-ragu. Jika Chris tidak mau berjanji, maka dia akan urung mengatakan kebenaran yang selama ini susah payah ditutupinya, dan juga suaminya. Namun pada akhirnya, Tamar memang harus menceritakan semuanya, karena pada detik berikutnya Chris tersenyum.
"Aku berjanji, Kak."
Ada sedikit rasa bersalah saat senyum itu menghiasi wajah adik iparnya, karena entah apakah setelah Tamar menceritakan yang sebenarnya, Tamar yakin raut kecewalah yang akan diperlihatkan oleh adik iparnya itu. Dengan berat hati, Tamar mulai bercerita.
"Aku, Ibu, dan kakakmu pergi mengunjungi panti tempat seorang gadis kecil yang sedang dalam masa pemulihan trauma. Kami sangat senang saat melihatnya berangsur-angsur pulih, dan mulai melupakan kejadian tragis yang menimpa seluruh anggota keluarganya, terutama karena orang yang telah membuatnya pulih adalah kamu, Chris." Tamar mulai bercerita.
"Hari itu di hari ulang tahunnya, kami sudah berencana untuk menyiapkan pesta di panti. Tetapi, saat kendaraan kami sebentar lagi tiba di panti, tiba-tiba seorang gadis berlari kencang, dan menghantam mobil kami, David berusaha untuk menginjak rem, namun terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside You ✔️(END)
Romance⚠️ Maria Claudia Chellena (alias El) patah hati terhadap Nicholas Evan yang merupakan rekan kerjanya di CR Group. Evan adalah satu-satunya pria yang mampu membuat El jatuh cinta, ia begitu nyaman dengan segala bentuk perhatian pria itu, dan tentu s...