Extra

17.6K 635 45
                                    

Hari ini genap 20 tahun Axlyn Rivalles berulang tahun. Hari yang seharusnya diisi oleh kegembiraan bagi para keluarga Rivalles, justru berubah menjadi hari berduka bagi mereka. Tepat di saat Chris dan El menunggu kedatangan putri mereka yang sebulan lalu melakukan pendakian bersama dengan teman-temannya, justru menjadi mimpi buruk karena putri semata wayang mereka justru dikabarkan mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang. Sayangnya, seluruh korban kecelakaan ditemukan tubuhnya – entah yang sudah tidak bernyawa maupun yang luka-luka, namun hanya tubuh Ax yang tidak ditemukan di TKP.

Mobil polisi baru saja menghilang dari pandangan Chris dan El setelah kabar duka itu disampaikan oleh polisi yang baru saja berlalu dari kediaman Rivalles. Suasana kelabu sangat kentara di sana, Chris tengah menemani El yang pingsan, sementara David sibuk menelepon dan meminta bantuan para detektif dan kerabatnya untuk menemukan Ax.

"Barry, ayah harap kau dapat menemukan adikmu, Nak. Jika perlu, jangan pulang kecuali kau membawa berita baik tentang Ax, kau mengerti?" ucap David di telepon.

"..."

"Tolong bantulah paman Chris menemukan, Ax. Ayah mengandalkanmu, Nak." Itu adalah kalimat terakhir sebelum David memutus sambungan teleponnya. BIP.

David menghampiri adiknya, menepuk pundaknya, berharap supaya adiknya itu dapat kuat menghadapi cobaan yang tengah menimpa keluarga kecilnya. Chris tersenyum sebisanya. "Terima kasih Kak, karena selalu ada di sampingku dan mendukungku," ucap Chris tulus.

"Ayah, apakah... apakah, apa yang dikatakan Barry benar?" Seorang gadis berusia belasan tahun baru saja memasuki ruangan tamu sambil berlari, gadis itu nampak terengah dan memegangi dadanya.

Chris memeluk gadis itu. "Sayangnya apa yang kau dengar adalah benar, Honey." Suaranya terdengar parau. Chris merasakan sesuatu basah menembus kulit dadanya yang terhalang oleh baju kemejanya, serta-merta Chris melonggarkan dekapannya pada si gadis, matanya menangkap dengan jelas saat gadis itu menangis.

"Derin, kemari Sayang." Dari arah belakang si gadis, David memanggilnya. Gadis bernama Derin itu mengikuti instruksi David dengan patuh, diusianya yang baru menginjak enam belas tahun itu Derin seolah mengerti, menangis di depan ayahnya bukanlah hal yang akan membuat situasi menjadi bak begitu saja, tapi justru akan menambah beban pikiran ayahnya.

"Sayang, tolong jagalah ibumu, hm. Aku dan ayahmu harus segera ke kantor polisi. Tamar sedang dalam perjalanan kemari, dia akan menemanimu." David merangkum wajah Derin dan mengusap air mata yang membasahi pipi gadis itu, Derin mengangguk mengiyakan.

"Jaga ibumu, Sayang. Ayah akan segera kembali." Setelah mengucapkan itu Chris mengecup kening putri keduanya dengan sayang, lalu mengikuti David yang telah berlalu di depanya.

*****

Seminggu berlalu setelah kejadian kehilangan yang tengah menimpa keluarga Rivalles. Di tempat lain, seorang pria tengah menghisap rokoknya, menikmati rasa tembakau di ujung bibirnya. Matanya jauh menerawang kenangan pahit dirinya dua puluh delapan tahun lalu. Dari ujung matanya menitik butiran bening mengingat saat dirinya diusir secara tidak hormat oleh seorang tuan besar dengan segala wibawanya, memandang rendah dirinya dan mendiang ibu tercinta, kala itu.

 Dari ujung matanya menitik butiran bening mengingat saat dirinya diusir secara tidak hormat oleh seorang tuan besar dengan segala wibawanya, memandang rendah dirinya dan mendiang ibu tercinta, kala itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lamunannya pecah saat seorang wanita bertanya, "Ini dimana?" padanya.

Pria itu memandang wanita itu. "Rumahku," sahutnya yang diikuti oleh kepulan asap rokok yang menerpa wajah cantik wanita itu. Wanita itu terbatuk-batuk saat menghirup asap rokok, lalu ia mencoba untuk duduk agar posisinya sejajar dengan si pria.

"Kenapa aku ada di rumahmu?" tanya si wanita setelah batuknya reda.

Pria itu mematikan rokoknya pada asbak yang telah tersedia di atas meja di dekat ranjang tempat wanita itu berbaring sebelumnya.

"Karena kau pacarku," ucap pria itu sekenanya.

Ia sungguh tidak peduli pada wanita yang tidak jelas asal usulnya, yang ia temukan di pinggir jurang. Wanita malang itu korban kecelakaan yang sepertinya tubuhnya terpelanting sangat jauh, dan terluka sangat parah saat ia menemukan wanita itu nyaris terjatuh ke jurang. Lukanya parah terutama di bagian kepalanya, wanita itu bahkan baru sadar setelah seminggu mendapatkan perawatan.

Wanita itu terlihat sangat bingung saat pria itu mengatakan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. "Kau pasti bingung, itu wajar karena kau amnesia." Pria itu beranjak dari duduknya, menuju sebuah lemari kayu, pria itu membukanya.

"Kau istirahatlah lagi, aku ada urusan, mungkin tidak akan kembali hingga besok." Pria itu mengeluarkan pistol dari dalam laci di lemari yang ia buka.

"Lion, kita harus pergi sekarang, Bos baru saja memberikan misi padaku untuk segera menghabisi para cecunguk sialan itu." Seorang pria baru saja masuk ke dalam, pria itu membawa pistol.

Pria bernama Lion menatapnya marah. "Tidak bisakah kau mengetuk pintunya dulu sebelum masuk, HAH!"

"Ma – maaf, Lion. Maafkan aku, aku tergesa-gesa karena misi ini."

"Aku mengerti. Keluarlah, aku akan menyusul."

Tanpa diminta dua kali, pria itu keluar ruangan.

Pria bernama Lion itu menghampiri wanita yang sejak tadi diam dan hanya memerhatikannya. "Saat ini kau lupa, jadi aku harus memberi tahumu siapa aku. Namaku, Lion – aku adalah pacarmu, dan kau...." Jeda untuk beberapa saat.

"Namamu adalah Allysandra Gayle, Al."

"Al?" tanya wanita itu nampak tidak yakin dengan pendengarannya, Lion mengangguk.

"Al, aku harus kerja sekarang. Maaf aku tidak dapat menemanimu saat ini, tapi aku janji setelah pekerjaanku selesai aku akan membantumu mengingat, perlahan. Ok?"

Wanita yang dipanggil Al itu mengangguk perlahan. Sepasang mata bulat milik Al yang menatap Lion, entah mengapa membuat pria itu ingin sekali mencium wanita itu.

SIAL! pekik Lion dalam hati, detik berikutnya pria itu pergi dengan langkah gontai meninggalkan wanita yang baru saja ia namai Allysandra Gayle, Al.



Hay!!!

Apa kabar semuanya,,,? Semoga kalian semua dalam keadaan baik ^^

Saya sengaja membuat Extra bersambung dari DBY ini. Kenapa bersambung? Nah, sambungan dari Extra DBY ini akan saya lanjutkan dalam bentuk cerita baru saya, Time To Love. Sebenarnya Time To Love ini bisa dibilang cerita lanjutan dari DBY, karena tokohnya adalah tokoh-tokoh yang ada di cerita DBY ini. Hanya saja inti cerita ini bukan tentang Chris – El, tapi tentang Ax, Al, Lion dan Barry. Ini bukan tentang hanya tentang cinta antara anak manusia, tapi juga tentang dendam yang berujung pada kehilangan.

Jadi, saya harap saya dapat membuat cerita TTL ini dengan baik, dan semoga cerita lanjutan DBY ini dapat diterima dan disukai oleh kalian seperti cerita DBY Chris & El.

Tunggu lanjutan dari cerita terbaru saya ya, Time To Love... jangan lupa juga baca cerita saya yang berjudul Di Atas Normal (cerita cinta Ara & Ares yang dibungkus dalam sajian petualangan) ^^

Terimakasih banyak-banyak, love you guys ♥♥♥

Devil Beside You ✔️(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang