"Sepertinya kamu sedang tidak fokus hari ini."
Kania menghentikan memasaknya, dia menoleh melihat Gaska tengah berdiri di belakangnya.
"Berhentilah menggangguku, terakhir kalinya kamu membuat masakanku amburadul."canda Kania.
"Hahahaha... aku manager disini, tentu aku berhak melihat kerjamu."
"Ah, aku lupa. Baik... ada yang bisa saya bantu, Bapak Manager."kata Kania sembari membungkukan badannya.
"Kamu benar-benar membuatku tersanjung. Hahahhaa."
"Berhentilah bercanda, keluarlah. Aku sedang menyiapkan makan siang."
"Aku serius,Nia. Apa yang terjadi denganmu? Semalam aku menelponmu tetapi ponselmu tidak aktif."
"Mungkin saat aku sudah tertidur semalam. Ada perlu apa?"tanya Kania.
Belum sempat Gaska menjawab, salah seorang pramusaji di restaurant itu masuk ke dalam dapur untuk memanggil Kania.
"Mbak Kania, di depan ada yang ingin bertemu dengan mbak."
"Siapa??"tanya Gaska.
"Aku yang dicari, kenapa kamu yang bertanya."kesal Kania.
"Hahahha, apapun yang berhubungan denganmu, tentu itu akan menjadi urusanku."ucap Gaska.
"Kamu menakutkan." Kania tersenyum kecil dan keluar dapur untuk menemui orang yang datang.
Kania berhenti di depan meja yang telah di duduki oleh Ariel dan Aska.
"Hai, kita bertemu lagi."sapa Aska. Kania tersenyum membalas sapaan Aska.
"Duduklah."Ariel menyuruh Kania untuk ikut duduk di meja itu. Ariel memberikan kode pada Aska, agar meninggalkan mereka berdua. Aska mengerti dan dia pamit untuk keluar sebentar.
Entah, Ariel yang biasanya akan tenang ketika bertemu seseorang, kali ini justru merasa gerogi.
"Aku serius dengan ucapan ku semalam."kata Ariel memulai percakapan.
Kania sempat terkejut, awalnya dia tidak mengerti apa yang dimaksud Ariel tetapi kemudian dia ingat bahwa semalam laki-laki dihadapannya sempat meminta sesuatu yang konyol pada Kania.
"Aku pikir, kamu mabuk semalam."jawab Kania.
"Apa itu mengejutkanmu?"tanya Ariel lagi.
Kania mengangguk pelan, Ariel yang biasanya akan to the point dan berbicara semaunya, kali ini di buat merasa kaku dan keluh. Dia bingung harus memulai darimana.
Sementara Kania justru berpikir tentang hutang keluarganya dan tawaran laki-laki ini semalam. Anggaplah Kania sebagai gadis matre yang bahkan menjual dirinya pada laki-laki yang baru dia kenal. Tapi sungguh, Kania tidak akan meminta apapun selain untuk keluarganya. Kania berjanji.
"Apa kamu akan memberikan apapun yang aku minta?" Kania merutuki pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.
"Bodoh kamu Kania."batin Kania.
Wajah Ariel terlihat terkejut. Dia tidak menyangka gadis ini akan bertanya seperti itu padanya. Ariel bahkan bingung apa dia senang karena gadis itu mulai memulai obrolan yang menjurus kesana, atau kecewa karena ternyata dia menerimanya karena mengharapkan imbalan.
"Tentu. Apa yang kamu minta?"tanya Ariel.
"Aku meminta maaf sebelumnya, aku tidak tau apa yang akan kamu pikirkan tentang diriku saat ini. Tapi aku benar-benar butuh uang."
"Tentu, berapa yang kamu minta? Aku akan memberi uang muka dan sisanya akan aku berikan setelah kamu menikah denganku."
Kania menelan ludahnya berulang-ulang.
"Apa laki-laki ini bisa memberiku uang sebanyak itu?"gumam Kania yang ternyata bisa di dengar oleh Ariel.
"Berapa yang kamu minta?"tanya Ariel.
"Tolong berikan aku 25 juta."
"Hanya 25 juta??"
"Apa maksudnya dengan kata hanya?? Apa baginya itu uang yang sedikit."batin Kania.
"Aku akan memberikan cek padamu, kamu bisa mencairkannya."
"Bisa kamu memberi aku uang cash saja, aku tidak mengerti caranya."ucap Kania dengan polosnya.
"Tentu."
Kania mengirim sms pada ayahnya, Kania bertanya dimana rumah renternir tempat ayahnya berhutang. Sementara Ariel mengirim sms pada Aska untuk menyiapkan uang yang di minta Kania.
"Uangnya sudah ada, apa aku langsung membawanya kesini? Atau kamu ingin aku menyerahkannya di tempat lain? Aku tidak yakin untuk memberikan uang itu disini, itu akan sangat menganggumu nanti."kata Ariel.
"Ah, iya. Bisa aku menerimanya diluar??"tanya Kania.
"Tentu."
Kania bergegas ke ruangan ganti untuk mengambil tas dan jaketnya, dia meminta izin pada Gaska untuk pulang lebih awal. Untungnya Gaska mengijinkannya karena mengira Kania sedang tidak enak badan.
Ariel dan Aska menunggu di depan mobil mereka, Kania yang baru keluat restaurant segera menghampiri mereka.
"Maaf merepotkan."kata Kania pada Aska.
"Ahh tidak perlu seperti itu. Santai saja."jawab Aska.
"Apa uang itu begitu banyak?"tanya Kania polos.
Aska terkekeh pelan saat mendengar hal itu. Ariel sendiri hanya mengernyitkan keningnya.
"Itu tidak terlalu banyak, hanya satu amplop coklat ini."jawab Ariel sambil memperlihatkan bungkusan coklat pada Kania.
"Ah syukurlah, aku kira akan seperti di film-film yang uang nya di letakan di koper besar hitam."
"Hahhahahahaha...."Aska tidak bisa lagi menahan tawanya. Ariel pun tersenyum kecil melihat Kania.
"Ini ambillah, apa aku bisa meminta no ponselmu. Aku mungkin membutuhkanmu besok."kata Ariel.
"Untuk apa?"tanya Kania balik.
"Aku ingin kamu bertemu dengan Kakekku."
"Kakek?? Apa aku harus menemuinya?"
"Iya, dia salah satu orang yang akan berperan penting untuk kontrak kita."
"Kontrak apa?"tanya Kania lagi.
"Kontrak pernikahan kalian. Kamu dan dia harus membuat kontrak nikah kan."sahut Aska yang langsung di hadiahi pukulan dari Ariel di kepalanya.
"Yahhh!! Aku tidak memintamu berbicara."pekik Ariel kesal.
Kania terdiam menyadari sesuatu, dia sudah melakukan perjanjian. Tentu dia harus bertanggung jawab untuk itu semua, apalagi di tangannya kini sudah ada uang yang dibayarkan untuk dirinya.
"Baiklah, catat no ponselku agar kira bisa berhubungan."jawab Kania.
Ariel menyerahkan ponselnya agar Kania bisa mencatat no nya. Kania yang sudah mendapatkan uangnya berpamitan untuk segera membayar hutang ayah dan ibunya.
"Dia benar-benar menyetujuinya??"tanya Aska.
"Hmmm.."
"Karena uang?"tanya Aska lagi.
"Aku pikir itu satu-satunya alasan manusia untuk membuat perjanjian bukan??"ucap Ariel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract
Fanfiction"Apa yang kamu harapkan dari gadis yang bahkan tidak bisa membedakan antara kencur dan lengkuas?? Apa dia bisa mengurusmu dan kakek, hah???" "Apa yang bisa aku lakukan untuk mereka. Aku benar-benar merasa tidak berguna."batin Kania. "Gimana kalau ak...