12 : Jangan Sentuh Mainanku!

248K 10.6K 239
                                    

"Steve

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Steve." Sarah mengangkat wajahnya menatap Steve. "Aku mau pulang."

Wajah Steve berubah dingin, "Ck, baru sekali aku berbuat lembut kepadamu, sekarang kau sudah berani minta macam-macam kepadaku."

Sarah melepas pelukan di punggung Steve, berniat mengambil ancang-ancang mundur karena sikap Steve kembali sinis kepadanya, "Kalau begitu, aku bisa pulang sendiri."

Namun Steve mempererat pelukan di punggung Sarah karena dia mengetahui gelagat gadis itu telah berubah aneh. "Siapa bilang kau boleh pulang? Ayahmu tidak ada di rumah. Bodyguard-mu yang bodoh berhasil aku kelabui. Sungguh, aku kasihan sekali kepadamu, Sarah. Kau memiliki seorang ayah yang bahkan tidak bisa menjaga putrinya dengan baik."

"Kenapa kau berubah seperti ini, Steve?" Sarah mencebikkan bibirnya, siap menangis lagi karena ucapan menyakitkan Steve. Fakta bahwa Sarah tidak pernah mendapat kasih sayang Ayahnya sepertinya telah menjadi rahasia umum.

"Aku tidak berubah, Sarah. Kau saja yang mudah dibodohi." Tidak ingin menunggu lebih lama dan menjadi pusat perhatian petugas keamanan yang saat ini menatapnya, Steve meraih tangan Sarah. "Ayo."

"Tidak mau!" Sarah berteriak dan menolak ajakan Steve.

Steve melihat ke sekeliling, dan kesabarannya kian menipis. "Baiklah, jika ini yang kau inginkan."

Steve tersenyum dan meraih ponsel di celana jeans selututnya. Dia membuka dan mengetikkan sesuatu di ponsel. Lalu diberikan kepada Sarah. Sarah terkejut dan kakinya tiba-tiba melemas. Dia menutup mulutnya tidak percaya.

"Kau sangat cantik di video ini, Sarah. Bukankah begitu? Satu kali jariku memencet tombol kirim, maka video ini akan tersebar hingga ke seluruh siswa Russell, termasuk ayahmu." Steve memainkan rambut Sarah.

"Berikan ponselnya. Hiks!" Sarah berjinjit meraih ponsel Steve. Namun Steve menjauhkannya. Steve makin senang, kembali meraih punggung Sarah dan memungut bibir Sarah dengan lumatan kecil di bibirnya. Sarah terperangah dengan mata melebar.

"Aku tidak akan menyakitimu, selama kau menurutiku. Aku akan melindungimu, selama kau tidak mengkhianatiku, Sarah." Steve memberikan aturan main dan Sarah benar-benar tidak mengerti kenapa Steve melakukan ini. Sarah masih trauma dengan Kyle. Lalu sekarang Steve mencoba mengancamnya. Sarah pikir Steve tidak sebejat Kyle, tetapi sama saja.

"Maaf, demi kenyamanan penghuni apartemen, sebaiknya hal seperti ini tidak diumbar di tempat umum." Seorang pria bertubuh kekar menghampiri Steve dan Sarah.

"Maaf, kami hanya sedang bertengkar." Steve tersenyum lembut bak malaikat.

"Kau tidak apa-apa, Nona?" Petugas keamanan itu bertanya kepada Sarah karena isakannya yang penuh iba.

"Dia baik-baik saja. Dia hanya marah kepadaku karena aku tidak memberikannya hadiah ulang tahun." Steve mencium pipi Sarah dan berbisik kecil kepadanya, "Kau berhasil membuat orang tertuju kepadaku, Sarah. Jadi hentikan sikap cengengmu!"

"Bukankah begitu, Sayang?"
Sarah merasakan genggaman di pinggangnya makin erat dan menyiksa Sarah.

"I-iya."

"See? Kalau begitu kami pergi dulu." Steve merangkul Sarah dan pergi meninggalkan petugas keamanan yang masih menatapnya ragu, tetapi berakhir dengan gelengan ringan di kepalanya.

"Anak zaman sekarang."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ah, sakit." Rintihan Sarah membuat Steve menghentikan langkah. Steve menoleh dan menaikkan sebelah alis, lalu dibalas tundukan kepala tiba-tiba oleh Sarah. Steve melihat pergelangan tangan Sarah, dan melihat luka lecet dan memar merah di sana.

"Dasar cengeng!" Meskipun ucapan Steve terkesan kejam, tetapi sikapnya ditunjukkan berbeda. Steve mengubah posisi genggaman, dengan menautkan jari jemarinya ke jemari milik Sarah.

Sarah terkejut, tetapi ada sedikit kelegaan di hati gadis itu. Setidaknya Steve mendengar ucapannya. Saat mencapai pintu kamar apartemen. Steve menempelkan kartu ID hingga bunyi klik terdengar. Steve merasakan tangan Sarah berubah berkeringat. Tautan pada jari lentiknya bahkan makin erat dirasakan.

"Hai, Steve! Baru saja security membawa barang yang kau beli." Bryan yang pertama kali menyapa.
Steve mengabaikan, matanya tertuju kepada Kyle yang tampak berusaha tenang dengan remote game di tangan.

"Sarah? Kau sudah bangun? Aku kira kau ada di kamar." ucap Bryan bingung, melihat Sarah bersembunyi di belakang Steve, "Bukankah begitu, Kyle?"

Kyle menoleh dan bergumam kecil, "Iya."

Steve melanjutkan langkah dan membawa Sarah kembali masuk ke dalam kamarnya. "Ingat ancamanku barusan, Sarah. Ini terakhir kali aku memberimu peringatan." Setelah mengucapkan kalimat itu, Steve menutup pintunya.

"Steve, ada apa?" Bryan merasakan aura yang aneh ada pada diri Steve saat laki-laki itu berjalan ke arahnya.

Brak! Tak disangka Steve menendang sofa yang saat ini di duduki Kyle.

"Aku sudah mengingatkanmu, Sialan! Jangan. Pernah. Menyentuh. Mainanku!"

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang