The Call

1K 149 8
                                        

Tidak seperti pagi biasanya, Sasuke bangun cukup terlambat pagi ini. Ia mengucek mata agar penglihatannya menjadi jelas. Dilihatnya langit-langit kamar di atas. Lalu kepalanya menengok ke samping, Tidak ada Hinata di sana. Tentu saja, Hinata adalah istri teladan, dia pasti sedang beres-beres atau memasak. Menyambut suaminya dengan senyuman. Sekilas Sasuke membayangkan semua itu. Mau bagaimanapun, dia adalah wanita terbaik.

Di tengah kegiatannya membayangkan sang istri teladan, telinganya mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, yang memang ada di dalam kamarnya. Semua tebakannya tadi salah. Hinata ternyata sedang mandi.

Hinata mandi.

Hinata mandi..

Hinata mandi...

Hinata man— Sasuke tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dalam sepersekian detik, otak jeniusnya dapat memikirkan sebuah ide jahil yang menarik. Dia tidak tahu ini akan berhasil pada Hinata atau tidak, tapi dia benar-benar ingin melakukannya.

Tubuhnya bangkit dari tempat tidur. Tangannya mengambil ponsel yang ada di atas meja, lalu ia berjalan ke arah kamar mandi. Berdiri di dekat pintu. Sasuke berdehem.

"Maafkan aku sayang, semalam aku tak bisa ke tempatmu." Sengaja lelaki itu mengeraskan suaranya, agar bisa didengar Hinata dari dalam.

Sasuke tahu dia gila karena memikirkan hal ini untuk mengerjai Hinata. Tapi sekali-kali mungkin tidak masalah. "Aku mengerti, aku juga merindukanmu." Kembali Sasuke berbicara.

Awalnya, tidak ada respon yang berarti yang didapat Sasuke. Tapi bibirnya mulai tersenyum miring kala telinganya tak mendengar suara gemercik air senyaring tadi. Permulaan yang bagus. Kini, Sasuke menempelkan ponselnya ke telinga agar aktingnya terlihat natural. Tidak ada yang tahu, mungkin saja Hinata akan mengintip pada lubang gagang pintu.

"Aku mengerti, aku juga mencintaimu. Kau tahu aku bersungguh-sungguh 'kan?"

Kali ini suara air benar-benar tak terdengar. Sungguh, Sasuke hampir tak bisa menahan tawanya. Tapi dia harus bertahan sedikit lagi.

"Sepertinya kita bisa bertemu siang ini. Tenang saja, istriku takkan pernah tahu soal hubungan kita."

Benar-benar terdengar hening di dalam sana. Sasuke sedikit khawatir, apa mungkin dia keterlaluan? Tapi walau begitu, dia tetap melanjutkannya.

"Tentu saja, kita juga bisa menghabiskan waktu semalaman."

...

"Oh istriku? Aku akan bilang padanya kalau aku harus lembur, dan—"

BRAAAK!!!

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dengan kasar. Di sana, berdiri Hinata yang hanya menggunakan handuk dengan rambut yang belum bersih, ada beberapa busa sampo yang masih melekat.

Matanya terlihat berkaca-kaca. Ingin menangis tapi mencoba bertahan. Menguatkan hatinya sebisa mungkin. Soalnya jika dia menangis sekarang, artinya dia kalah!

Kakinya melangkah cepat ke arah Sasuke, lalu dengan cepat pula ia mengambil ponsel yang dipegang Sasuke.

"Dengar yah, Sasuke itu milikku! Tolong cari lelaki lain!" ucapnya tanpa keraguan. Di sana, emosinya bercampur-aduk. Marah, kesal, bahkan panas, padahal jelas-jelas dia baru saja mandi. Tapi yang membuatnya tambah kesal adalah, Sasuke yang malah melihatnya dengan senyuman yang menjengkelkan. Ah Hinata perlu memberinya pelajaran.

"Jangan pernah hubungi suamiku lagi!" Hinata selesai dengan ucapannya. Kali ini, dia hanya tinggal mengurus Sasuke. Tapi sebentar, ada yang aneh. Kenapa ponselnya tidak bisa dimatikan? Maksud Hinata, mana tombol merahnya? Barusan dia berbica—tunggu!!! Hinata menyadari sesuatu.

Dengan kepala kaku, ia kembali menengokan kepalanya untuk melihat sang suami yang senyumannya semakin lebar, penuh kemenangan. Sasuke lalu merentangkan kedua tangannya, berpose siap menerima pelukan.

"Aku memang milikmu kok, Honey."

Wajah Hinata memerah full. Sial! Dia benar-benar kena telak kali ini. Memalukan.

"Ba-baka Sasuke!" Hinata melemparkan ponsel tadi ke arah Sasuke, dan dengan cepat kembali masuk ke dalam kamar mandi. Bersembunyi sebisa mungkin karena terlalu malu.

Di sisi lain, Sasuke terlihat sangat puas dengan hasil yang didapatkannya dari ide jahil dadakan itu. Kapan lagi bisa membuat Hinata cemburu dan mengakui kepemilikannya. Sungguh pagi yang indah. Walau Sasuke harus membeli ponsel baru sih.

.

.
TBC

.
.

Sebenarnya mau bikin tamat sampai chapter 2 aja. Tapi entah kenapa tiba-tiba pengen lanjut. Iya, namanya juga author labil, haha. Ok see you

Their MorningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang