Kaki jenjang berbalut flatshoes itu menapaki aspal dengan mantap. Jemarinya mengolah geraian rambut coklat gelap yang ditata sesederhana mungkin, memastikan helai demi helainya berada di posisi yang ia inginkan. Telapak tangannya lanjut menyapu ringan permukaan gaun biru malam selututnya.
Tersenyum sekilas pada Karel yang menunggunya hingga siap memasuki area pesta, gadis itu mengalihkan pandangannya ke depan. Kilau matanya muncul selagi ia menatap gemerlap cahaya tersembunyi di belakang rumah Salsha, di mana perayaan ulang tahun diadakan.
Athalia Latief menghela napas berat, mencoba menghilangkan perasaan yang semakin berkecamuk dalam dirinya. Sadar atau tidak, genggamannya pada sebuah benda persegi panjang berbalutkan kertas warna-warni berangsur berubah menjadi cengkeraman.
Huh. Keep calm, Tha.
Dia tidak tahu jelas hal mana yang membuat dirinya segelisah ini. Tentu ada beberapa hal yang mengacau ketenangannya. Tetapi yang baru saja sedikit mengundang kupu-kupu menggerayangi perutnya adalah lelaki di sampingnya ini.
"Gandengan?"
Pergerakan lengan Karel dalam sekejap mengalihkan perhatian Thalia. Lelaki itu dengan santai menekuk sikunya yang paling dekat dengan Thalia, bermaksud memberi ruang untuk lengan gadis itu mengait padanya.
Thalia bengong. Fokusnya tertuju pada lekukan lengan Karel yang dibalut kemeja kasual berpigmen pucat. Pikirannya mulai kemana-mana. Tipikal Athalia.
Anjir oi
Mesti begimana ini yak
Gandengan yang kek truk gitu ya kan?
Oke
Di detik pertama tangan Thalia hendak mengangkat, Karel dengan canggung kembali meluruskan lengannya.
Ah kelamaan
Bege sih lu Tha
Karel menggaruk tengkuknya. "Sorry."
Tidak ingin berlama-lama meladeni suasana hening, lelaki itu kembali bersuara. Kali ini nada suaranya terdengar memaksa untuk seceria mungkin.
"Udah kan? Yuk masuk. Ladies first." Gestur tubuh Karel mengisyaratkan Thalia untuk berjalan mendahuluinya.
Karel is such a sweet guy.
Thalia tersenyum kaku. Menyentuh sebentar tali sling bag yang tersampir di bahunya, ia mengayunkan langkah ke depan. Terdengar samar derap kaki Karel di belakangnya. Omong-omong, hal itu membuat Thalia sedikit merasa terlindungi.
Ingar-bingar para remaja seumuran Thalia seketika memenuhi indranya. Suasananya seketika berubah, begitu kontras dengan aura di depan rumah tadi. Begitu bising dan penuh kerlap dari lampu anggur yang melilit seantero halaman belakang.
Musik disko menerpa telinga Thalia tanpa permisi. Suasana disini begitu mengingatkannya pada adegan-adegan di dalam novelnya yang kebanyakan berlatar luar negeri. Salsha benar-benar menyulap tempat ini.
"Hey!" Seseorang menepuk lembut bahu Thalia yang tertutupi oleh gaunnya yang memang berlengan tiga perempat.
Dia gadis yang berulang tahun hari ini.
"Happy birthday, Sha," ucap Thalia ramah sembari mendekap sekilas tubuh Salsha yang mengenakan gaun cream yang elegan. Pelukan terlepas, memberi kesempatan untuk Thalia menyodorkan kadonya untuk Salsha sebelum akhirnya kembali berpelukan lebih erat.
Salsha menunjukkan senyum bahagianya seraya mengakhiri pelukan. "Makasih ya!" Suaranya begitu nyaring dan penuh aura menyenangkan.
Jika Karel tak muncul dari belakang melewatinya dan menjabat tangan Salsha, Thalia bersumpah ia tidak akan ingat bahwa ia bersama lelaki itu.
Barusan aja gue ngerasa dilindungi.
Cih. Perasaan cem monyet.
Getaran dengan tempo teratur yang berasal dari sling bagnya sedikit mengejutkan Thalia.
Merogoh tas itu, Thalia menemukan ponselnya menunjukkan notifikasi dari seseorang.
Iqbaal : oi
You : hm
Iqbaal : dmn skrg
You : udh nyampe
You : bentar
You : karel lg cipika cipikiIqbaal : bkn karel
You : loh
You : gue?Iqbaal : y
Iqbaal : liat ke arah jam 3•••
Pulang dari sini gue mau tanya Mama.
Sejak kapan gue punya masalah sama detak jantung?
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEDBACK | IqbaalDR✔
FanfictionPunya jantung tapi gak punya hati. Itu orang apa pohon pisang?