23. Party (2)

1.3K 114 0
                                    

Sh*t

Panik.

Thalia memutar kepalanya ke kanan. Awalnya yang ditangkap matanya hanyalah keramaian yang tidak begitu berarti. Namun, setelah diteliti lebih detil, keramaian itu berangsur semakin tak berarti, memudar seiring fokus mata Thalia hanya tertuju pada satu orang.

Iqbaal berdiri santai di sana. Matanya sudah berhasil menangkap Thalia dari jauh. Meski jarak beberapa meter memisahkan, Thalia dapat menangkap siluet senyum tipis lelaki itu.

HUHAH. Disenyumin oi.

Dari kejauhan, Iqbaal mengangkat ponsel di genggamannya. Hal itu sontak membuat Thalia kembali merasakan ponselnya bergetar. Kali ini lebih panjang.

Iqbaal's Calling

Thalia seketika cengo memandangi tulisan yang tertera di situ. Beberapa detik kemudian kepala gadis itu mendongak, mendapati Iqbaal masih berada di sana, dengan ponselnya ia lekatkan pada telinga kanannya. Wajah Iqbaal tenang, ekspresi yang begitu terkontrol. Terlalu berbeda dengan Thalia sendiri, panik dan tertahan.

Ya Tuhan, kenapa hidup gue begini banget?

Menggigit bibir bawahnya, pikiran Thalia mengamuk. Gadis batinnya berlari-lari tak tentu arah.

Thalia membatu. Ini jelas berbeda dengan reaksi hebohnya di saat Iqbaal menelponnya beberapa kali di masa lalu. Tentu saja itu karena Iqbaal tidak ada di depannya, seperti ini. mengawasinya dengan tatapan membunuh. Membunuh batin Thalia.

Perlahan, dengan gerakan lamban dan tatapan shock kayak habis ngeliat genderuwo, tangan Thalia memposisikan ponselnya lebih dekat dengan telinga setelah menggeser tombol hijau.

"H-ha-halo?"

Bagus. Keterbataannya meningkat dua kali lebih parah dari biasanya.

"Lama banget angkatnya."

Suaramu. Menggetarkan hatiku mz.

Thalia diam. Tenggelam dalam pikiran abstraknya. Ia merasa segala rasa bergerumbul dalam diri. Bereaksi dengan tubuh gemetarnya.

"Kesini. Gue mau ngomong."

FEEDBACK | IqbaalDR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang