24. Ironi Thalia [Party (3)]

1.4K 118 3
                                    

Iqbaal benar-benar membelenggu hati Thalia.

Begitu eratnya sampai Thalia tak bisa lepas darinya. Sekeras apapun ia berusaha, Iqbaal hanya perlu membalikkan telapak tangan untuk menarik Thalia kembali. Terlepas dari apakah memang itu yang Iqbaal maksud atau bukan.

Tentu, orang paling ceroboh dari yang cerobohlah yang berjalan menggunakan flatshoes dan masih kehilangan keseimbangan. Begitulah faktanya.

Namun di sinilah Athalia. Mencoba mengayunkan langkahnya dengan susah payah menjaga tubuhnya agar tetap tegap dan normal. Berjalan lurus membelah keramaian setelah meminta izin pada Karel untuk pergi sejenak. Menemui Steffi, alibinya.

Semakin dekat, semakin jelas pula siluet wajah tenang milik Iqbaal. Mendorong Thalia untuk lebih mengontrol kecepatan debar jantungnya. Pikirannya tanpa henti berkeliaran kemana-mana, menuntut untuk segera menemukan kebenaran atas apa yang akan terjadi setelah Thalia sampai di depan Iqbaal.

Dan inilah saatnya.

Mata onyx mengagumkan itu memandang Thalia sendu, tanpa tahu bahwa itu berakibat fatal bagi jantung Thalia. Hidung lancip Iqbaal begitu tajam, setajam rahangnya yang kini semakin menegang. Dan jangan lupakan tentang bibir merah muda penuhnya yang memabukkan.

Kuat iman, Tha. Kuat.

Asli kaga bisa molor gue tar malem.

Thalia tidak mungkin kuasa terus menatap Iqbaal. Ia sudah sedari tadi menunduk malu. Menghindari iris mata Iqbaal yang mengintimidasi.

"Hai."

Kata "Hai" yang ini asli pan ya?

Iqbaal gak lagi dirasukin Aldi kan?

Thalia tak sanggup membalas ketika satu-satunya hal yang bisa ia tunjukkan sebagai respon adalah tersenyum. Kikuk.

Iqbaal tertawa kecil.

OMG UNYU OMG OMG

Demi Tuhan. Thalia tidak bisa menyingkirkan batin gilanya ini.

"K-kenapa?" tanya Thalia, sedikit khawatir.

Rambut gue jelek kah?

Atau gue bau?

Indra penciuman Thalia diam-diam mencuri kesempatan mengendus ketiaknya sendiri. Siapa tahu dia bau keringat, panas akibat satu mobil sama Karel tadi.

Gak lah. Iqbaal Q lebih hot.

Iqbaal berhenti tertawa. "Enggak. lucu aja."

"Apanya?"

Thalia was-was akan penampilannya. Ditinjau dari pandangannya, penampilannya baik-baik saja. Tiada yang perlu dikritisi. Tetapi siapa yang tahu persepsi Iqbaal berbeda, baik dari sisi seorang pria maupun seorang 'Iqbaal'.

"Elo nya."

Raut wajah Thalia sulit diartikan. Bingung, antara gelantungan di lampu anggur atau nyebur ke kolam renang.

"Mau kue? Atau minum?" tawar Iqbaal.

Angan Thalia bahwa ini hanyalah bunga tidurnya semata semakin terasa benar. Alasan yang utama adalah kelakuan Iqbaal malam ini yang sama sekali tidak sinkron dengan Iqbaal yang biasa.

Sumpah. Jangan bangunin gue dulu.

Thalia bergumam samar. "Cheese cake enak tuh," kekehnya. Tidak, ia tidak benar-benar menginginkan cheese cake. Thalia hanya ingin mempertahankan sikap Iqbaal malam ini yang benar-benar menjadi favoritnya.

FEEDBACK | IqbaalDR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang