chapter 4....Aku mencintaimu

19 1 0
                                    

Jenny tersenyum begitu mendapatkan balasan dari Jonathan. Meskipun hanya beriisi ungkapan terima kasih, rona merah menyerang pipi putihnya. Meskipun Jenny baru mengenalnya sebulan yang lalu, Jenny merasa nyaman di samping Jonathan. Ya, meskipun Jonathan tidak bisa bicara. Tapi, pemuda itu tahu bagaimana caranya menyampaikan sesuatu yang ia maksud melalui tulisannya. Kemarin misalnya, saat Jenny bertamu ke apartemennya untuk mengerjakan tugas sekolah yang diwajibkan pada dua orang siswa sebangku.

Jenny yakin, Jonathan berasal dari keluarga kaya. Apartemennya mewah. Perabotan yag ada di dalamnya walaupun sedikit juga bermerek. Kesimpulannya, Jonathan memang keturunan ningrat. Tapi, bukan itu yang Jenny pandang. Ia merasa nasibnya sama seperti Jonathan. Kesepian. Jadi, mungkin mereka akan menjadi teman yang akrab ke depannya.

Kemana-mana Jonathan selalu membawa catatan kecil dan bolpoin birunya. Ia akan menuliskan beberapa kata untuk berkomunikasi dengan seseorang.
.
.
.
Lagi-lagi Jenny mendapati Jonathan yang sedang dibully. Pemuda itu hanya diam pasrah mendapatkan tarikan di kerah dan pukulan di pipinya. Jenny tak tahu apalagi yang diperbuat Jonathan sehingga para kakak kelas itu memukuli Jonathan seperti itu. Jenny mengutuk Jonathan yang sama sekali tak berbuat apa-apa. Pemuda bisu itu tak melawan ataupun menghindar. Ia hanya menerima pasrah setiap pukulan yang dilayangkan kepadanya.

Jenny hanya mampu melihat dan bersembunyi di balik dinding. Seorang gadis lemah sepertinya bisa melakukan apa. Ia hanya bisa menangis dan berlari ke arah Jonathan setelah kakak kelas itu pergi meninggalkan Jonathan yang terkapar di taman belakang.

"Jo-Jona-Jonathan..." Jenny duduk bersimpuh. Air matanya semakin menyeruak begitu melihat keadaan pemuda itu dari dekat. Pipinya memar dan sudut bibirnya berdarah.

Jonathan masih sadar. Ia mencoba berdiri namun tak bisa. Dengan bantuan Jenny akhirnya mereka pun pergi menuju ruang kesehatan.
.
.
.
"Bo-bodoh!" Jonathan mengerjap. Ini pertama kalinya ia mendengar Jenny mengatakan hal seperti itu padanya.

"Ke-kenapa kau diam saja?" Jenny masih membersihkan luka Jonathan dengan alkohol. Pemuda itu meringis sesekali karena perih.

"Kau tak sayang badan mu?" Kini Jenny menempelkan perban dan plester. Jonathan hanya bisa melihat tetesan air mata di pipi Jenny. Gadis itu menangisinya?

Jenny menyingkap poni Jonathan. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke. Meskipun rona merah menghiasi wajahnya, tapi, Hinata tetap mendekatkan wajahnya. Begitu kedua mata mereka berpandangan, Hinata memejamkan matanya.

"Setidaknya, melawanlah."

Tak ada pergerakan dari Jonathan.

"Melawanlah. Aku.."

Jonathan masih bergeming.

"A-aku me-"

Jenny berpikir Jonathan akan membelalakkan matanya setelah mendengar pengakuannya. Tapi, bukannya Sasuke yang terbelalak melainkan dirinya. Poni Sasuke kembali jatuh saat tangan Hinata terjatuh lemas begitu saja. Jenny menahan nafasnya saat tiba - tiba Jonathan memeluknya dengan eratnya

"Me-mencintai mu, Jo-Jonathan."

Jenny memeluk Jonathan dengan erat. Hari sudah semakin sore. Dan mereka tetap betah di ruang kesehatan.

.

.

Jonathan berjalan di samping Jenny. Satu belokan lagi dan mereka akan sampai di kediaman Jenny. Jenny hanya menunduk malu. Berusaha menyembunyikan rona merah yang tak pernah enyah dari wajahnya. Uh, Jenny malu sekali karena telah memeluk Jonathan tadi.

Jonathan menghentikan langkahnya, dan otomatis Hinata pun melakuan hal yang sama. Malu-malu, Jenny mengangkat wajahnya. Ia makin merona saat Jonathan menatapnya dalam.

"Ha-hati-hati di jalan, ya." Jenny berjalan pelan memasuki gerbang. Belum juga tangannya mengapai pegangan pintu gerbang, tangannya di tarik dari belakang. Kecupan hangat dikedua pipi ia dapatkan. Setelah itu, Jonathan menunjukkan catatannya.

*'Aku mencintaimu Jenny'*

Jenny terkekeh.

"A-aku juga me-mencintai mu Jonathan."
.
.
.
.
.
.
.

TBC

HEhhhhh akhirnya chapter 4 beres juga...😉😉😉

Kritik dan sarannya jangan lupa yaaa....

Next chapter 5

The MuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang