Chapter 3...Jatuh cinta?

24 1 0
                                    

Don't like Don't read.. TT

Happy reading..^_^
.
.
.
.
.

Sudah hampir sebulan Jonathan bersekolah di SMA yang sama dengan Jenny. Dalam waktu yang terbilang cukup singkat itu, bukannya mendapatkan banyak teman. Jonathan malah mendapatkan beberapa orang musuh dari kakak tingkatnya. Sering kali Jenny mendengar ledekan-ledekan yang ditujukan kepada Jonathan. Tapi, pemuda itu acuh tak peduli. Seakan ia menulikan telinganya. Kadang, Jenny melihat Jonathan yang dicegat lima orang kakak kelas di koridor dekat perpustakaan yang sepi saat pulang sekolah. Jenny tak tahu apa sebabnya. Tapi, ia mendengar selentingan kabar. Kalau Jonathan dua minggu lalu tak sengaja menendang bola ke kepala immanuel, ketua geng yang ditakuti hampir seluruh siswa siswi di SMA nya. Kemudian, Jenny tak sengaja melihat Jonathan di kantin yang berlumuran jus jeruk di kepalanya. Seisi kantin tertawa merendahkan. Jenny ingat, chelsea anggota geng itu berkata, "kau lumayan tampan. Sayang, kau bisu." Dan seisi kantin kembali riuh begitu gelas kedua mengguyur kepala Jonathan. Tak seorang pun tahu, saat itu Jonathan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Itulah balasan kalu berhubungan dengan sadistic "

"Benar. Sial sekali nasib si Bisu itu."

"Berani-beraninya anak bisu itu menjatuhkan segelas jus tomat ke arah Ketua Immanuel."

"Kau benar, si Bisu itu cari mati rupanya. Hahaha."

"Hahahahahaha..."

Jenny merasa iba. Hanya karena tak sengaja menumpahkan jus ke baju si Immanuel, Jonathan diperlakukan seperti itu? Keterlaluan sekali. Memangnya siapa yang punya sekolah ini? Sombong sekali kakak kelasnya itu. Bukannya belajar karena sebentar lagi Ujian Akhir. Tapi dia malah menyia-nyiakan waktunya untuk menindas adik kelas yang memiliki terbatasan seperti Jonathan?

Jenny meninggalkan kantin begitu Jonathan berjalan meninggalkan kerumunan orang yang menontonnya.

"Jo-Jon-Jonathan!" Teriak Jenny begitu jaraknya dari Jonathan semakin berkurang. Tapi, pemuda itu tak peduli. Ia malah mempercepat langkahnya dan memasuki area toilet siswa. Jenny berdiri mematung di tempatnya. Ia bingung. Kalau memaksa masuk. Ia takut dianggap sebagai gadis tukang intip. Memalukan. Jadi, Jenny memutuskan untuk menyender di dinding dan menunggu pemuda itu keluar.

Jenny tak habis pikir. Padahal Jonathan itu menurutnya baik. Meskipun tidak bisa bicara, mereka tetap berkomunikasi lewat tulisan. Dan Jonathan itu terbukti pintar di tengah keterbatasannya. Nilai-nilai Ujiannya tak pernah mengecewakan. Dulu, Jenny pernah bertanya tentang materi fisika yang tak kunjung ia pahami. Jonathan mengajarinya dengan sabar lewat tulisan dan latihan soal. Jonathan itu, selain baik, ia juga sangat pintar, Jenny mengakuinya.
.
.
.
Kini, saat bel istirahat berbunyi. Jenny selalu menyeret Jonathan ke atap. Di sana, mereka menghabiskan bekal makan siang yang Jenny buat. Terkadang. Daniel dan Michael pun ikut bergabung. Mereka berempat selalu terlihat akrab satu sama lain. Jenny selalu membawa tabletnya sebagai sarana komunikasi Jonathan, dan Jonathan tak keberatan.

Seperti sekarang.

"Jonathan, kau enak sekali dibuatkan bekal tiap hari sama Jenny." Daniel cemberut yang menurut Jonathan sangat tidak lucu.

'Aku tak menyuruhnya.' Balas Jonathan di tablet Jenny.

"Kau jatuh cinta sama Jonathan ya, Jenny?" celetuk Daniel yang berhasil membuat Jenny tersedak.

"A-apa maksud mu, Daniel?"

"Habisnya, kau hanya buatin Jonathan saja, sih." Mulut Daniel yang berisikan makanan terlihat manyun.

"I-itu karena Jonathan tinggal sedirian di apartemen."

"Benarkah?"

Jonathan ngangguk membenarkan. Ia memang tinggal sendirian di apartemen. Rumah kediamannya ada di Inggris.

"Oh..." Daniel dan Michael hanya ber-Oh ria.

Setelahnya, mereka kembali menikmati bekal masing-masing. disela-sela aktifitas makan siangnya, Jenny memikirkan celetukan Daniel barusan. Apa benar ya, dirinya jatuh cinta sama Jonathan? Tapi, Jenny hanya menganggap Jonathan sahabat yang harus ia lindung. Tidak lebih tidak kurang. Memang sih, jantungnya sering berdetak tidak karuan saat mata mereka bersirobok. Mata Biru Jonathan seakan membius Jenny. Setelahnya, Jenny hanya bisa menunduk dalam menyembunyikan rona merah di pipinya.

.

.

Jonathan membuka pintu apartemennya. Ia langsung merebahkan tubuh lelahnya di sofa coklat dan menghidupkan AC. Ia benar-benar lelah. Tiap hari pulang pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Rasanya pegal dan gerah saat harus berjalan d bawah terik matahari.

Jonathan menggerutu dalam hati. Disaat perutnya benar-benar lapar. Ia harus kembali keluar apartemen dan berjalan ke mini market mencari makan.

Drrt... Drrt...Drrt

Satu pesan baru dari Jenny sampai di ponselnya.

From : Jenny

Kau sudah sampai di rumah? Kalau kau lapar, kemarin sore aku membeli roti dan selai coklat. Aku taruh di lemari es mu. Aku khawatir kau lapar dan tak ada makanan, semoga bisa mengganjal perut mu, ya.

Entah apa tujuan gadis itu. Yang pasti, gadis itu sangat perhatian padanya. Apa benar gadis itu jatuh cinta padanya? Ah, mana mungkin.
.
.
.
.
.

TBC

Yoshhh akhirnya chapter 3 selesai juga....

Saya ucapkan Terima kasih banyak untuk yang sudah membaca cerita abal buatan saya *hehehe bingung mau bilang apa lagi

Sampai jumpa di Chapter depan yaa...

Mohon berikan Kritik dan sarannya ya,..

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Next chapter 4...

The MuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang