Keesokan harinya, seluruh warga di SMAnya belajar dan bersekolah sibuk berkasak-kusuk. Mereka memandangi Jenny saat gadis itu manapakkan kakinya di area sekolah.
"Ah, jadi kau pacarnya si bisu itu, ya?" Ujar salah seorang Kakak kelasnya yang tergabung dalam geng sadistic, Samuel.
"Apa kau sebegitu tak laku ya, sampi-sampai pemuda bisu seperti dia kau jadikan pacar?"
Seluruh siswa yang ada di sana seketika tertawa nyaring mendengar perkataan Samuel.
"Bahkan aku bisa melindungi dan menjaga mu, kalau kau mau." Samuel menyeringai. Ia pandangi Jenny dari ujung kepala sampai ujung rambut. Siswa yang menonton Samuel dan Jenny hanya ber-uh ria saja.
"Apa, karena dia tampan? Tapi, percuma kan, kalo tampan tapi b-i-s-u!"
"Dia juga sangat sangat lemah. Tak mampu melindungi dirinya sendiri. Apalagi melindungi mu, hm?"
"..."
"Dia laki-laki bisu yang sangat lemah. Dia tak berguna, kau tahu, hm? Nona Manis?"
Samuel semakin mendekatkan dirinya ke arah Jenny.
"Ka-kau salah, Kakak. Jo-Jonathan adalah pe-pemuda yang baik."
"Hmm, baik ya?"
"Ja-jaga tangan mu, Kakak." Jenny menepis tangan Samuel yang hendak menyentuh dagunya. Pemuda itu menyeringai. Dengan gerakan cepat ia memegang dagu Jenny.
"Siapapun yang berhubungan dengan pemuda bisu itu. Ia akan berurusan dengan kami, kau tahu ,hm?" Desis nya.
Jenny berontak saat Samuel mulai memajukan tubuhnya. Dalam hati ia berteriak memanggil Jonathan. Sementara siswa lain yang menonton hanya menyorakan kata-kata tak berguna dan tertawa melihat seorang gadis yang akan dipeluk paksa.
Jenny merasakan cengkraman di dagunya menghilang. Sorak-sorak tak berguna itu pun lenyap entah kemana. Perlahan, Jenny membuka matanya. Sosok yang ia cintai berdiri di depannya. Jenny baru menyadari, ternyata Jonathan sangat gagah dilihat dari belakang. Punggungnya lebar pundaknya terlihat amat kokoh.
Samuel sendiri terduduk di atas lantai dengan pipi yang memar.
"Jangan sentuh milikku." Tak hanya Jenny, Samuel dan yang lainpun membolakan matanya. Aura gelap pekat dapat mereka rasakan menguar dari tubuh Jonathan. Pemuda itu mengerikan.
Jonathan meraih pergelangan tangan Jenny dan menariknya pergi, ke atap.
.
.
"Ka-kau bisa bi-bicara?" Tanya Jenny takut-takut.
"Heh, kau bisa mendengar sendiri kan?"
Ternyata benar, Jonathan bisa bicar. Tapi, sejak kapan?
"Se-sejak kapan?"
"Sejak awal."
"Ke-kenapa?"
"Terlalu panjang untuk diceritakan."
"O-oh..."
Kembali hening. Jenny menundukkan kembali kepalanya. Jonathan berdiri menjulan di depannya. Laki-laki it memunggunginya.
"Jenny..." Lirih Jonathan setelah pemuda itu membalikkan tubuhnya. Tangan kanannya mengangkat dagu Jenny.
"Kau mencintaiku?"
Jonathan terkekeh saat rona merah membanjiri wajah gadisnya. Jenny mengangguk lemah.
"Kenapa? Padahal aku bisu dan lemah saat itu."
"A-aku merasa, Jo-Jonathan adalah pe-pemuda yang baik."
"Baik? Tapi aku tak sebaik yang kau kira, hm?"
"Ta-tapi, a-aku senang berada di samping Jonathan.Nyaman."
Jonathan manarik Jenny ke dalam pelukan eratnya. Pemuda itu terus mengecupi puncak kepala Jenny.
"Aku akan melindungi mu, dan aku janji akan menceritakan smeuanya. Tapi tidak sekarang."
"Hm..."
"Apa kau akan tetap mencintaiku dan menyebutku pemuda baik setelah kau tahu seperti apa aku sebenarnya?"
"Te-tentu saja. Ka-Kau cinta per-pertamaku." Cicit Jenny.
Jonathan melepaskan pelukannya. Ia angkat kembali dagu Jenny. Dicium nya hangat ke dua pipi tembem Jenny penuh kasih sayang Jenny terima kembali. Mereka larut dalam Suasana romantis yang mereka buat hingga bel masuk pun mereka hiraukan. Yang mereka inginkan hanya menikmati saat-saat seperti ini.
.
.
.
.
.
.
.
Fin ^^
Selesai...Nahh saya ucapkan Terima kasih banyak yang sudah membaca 'The Mute' dari chapter 1 hingga chapter 5
Sampai jumpa lagi^^
Salam hangat...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mute
Teen FictionJenny terdiam di bangkunya. Ia tak memperdulikan seseorang di depan sana yang dipanggil Guru tengah mengoceh memperkenalkan seorang siswa pindahan dari luar negeri. Yang Jenny tahu, pemuda itu bernama Jonathan. Tak banyak yang ia dengar. Karena sesu...