#4 Bang Indra

20 2 0
                                    

Untuk kesekian kalinya Nadine melempar kertas ke arah tempat sampah kecil yang ada di pojok kamarnya. Ia sedang berusaha menulis sajak untuk Varo sebagai hadiah anniversary hubungan mereka.

"Sial! Susah banget sih!"
Lemparan kertas terakhirnya mengenai Bang Indra, kakak Nadine satu-satunya yang sangat mencintai kebersihan. Tentu saja Indra marah ketika melihat Nadine seperti itu.

"Lo ngapa sih? Kalo emosi juga gak usah ngotorin ruangan dong!"
Nadine tertegun melihat abangnya menggunakan jas hitam, sedetik kemudian Nadine sudah tertawa terbahak-bahak.

"Bang Indra? Ngapain?"

"Gua? Ngapain? Gua denger lu teriak, gua kira lu kenapa. Gak taunya lo lagi ngotorin ruangan."

"Bukan itu! Ngapain pake jas? Jadi direktur perusahaan mana sih bang?"
Tawa Nadine semakin kencang, membuat Bang Indra gemas.

"Yah elah. Kemana aja sih lo? Makanya jadi orang jangan main laptop mulu. Liatin oppa oppa mulu, mending lo tuh keluar kamar, tanya keadaan orang disekitar lo. Gua sekarang udah diangkat jadi direktur perusahaan ayah. Tahu gak kenapa? Karena gua pinter. Ga kayak lo, ngertinya abs oppa doang. Lagian tuh oppa juga ga bakal notice lo sampe lo jadi oma oma. Mendingan lo bel ..."

"Sssst! Berisik. Ganggu konsentrasi." Nadine menutup telinga nya dengan kedua tangannya, hal itu membuat Bang Indra semakin gemas.

"Dasar anak malas. Untung adek. Beresin dulu kamarnya. Nanti baru lanjut lagi. Paham ga?"

Nadine hanya mengangguk sementara Bang Indra pergi dari kamarnya.
"Bang! Tunggu."

"Kenapa?"

"Sukses ya bang. Kalau itu berarti lo bakal sering keluar kota, tolong jangan lupa sama Nadine ya."

Bang Indra langsung memeluk adiknya itu dengan erat
"Gua usahain bakal balik sesering mungkin, gua gak akan pergi lama-lama. Kecuali kalau mendadak. Gua bakal tetap jagain lo. Asalkan lo jagain bunda sama ayah. Ok?"
Tangan Nadine tergerak untuk memeluk Bang Indra.

"Waktu lo kecil, lo susah dipeluk tau." Gumam Bang Indra. Nadine hanya tersenyum.

"Sekarang Nadine tidur ya? Gua kelonin dah."

"Kelonin your head. Modus banget lo."
Nadine melepaskan pelukannya dan lari ke kamar, gelengan kepala dan senyum Bang Indra menunjukkan secara jelas kalau dia sangat menyayangi adiknya.

Keesokan paginya, Nadine terbangun dengan bantal dan guling yang sudah berada di lantai.
"Ya Allah. Gua gini amat kalo tidur." Gumamnya pelan.

Usai merapihkan kamarnya, tanpa basa-basi ia langsung menuju kamar mandi. 30 menit kemudian Nadine sudah berada di ruang makan dengan earphone nya yang menempel pada telinganya. Tangannya mengetuk-ngetuk meja makan mengikuti irama.
"Hari ini, ada kegiatan apa aja Nad?" Suara ayah membuat Nadine tersenyum, sudah lama Nadine tidak bertemu dengan ayah nya yang baru saja pulang dari Malaysia untuk menjenguk neneknya.

"Hmm.. eh.. Ga ada sih yah, paling itu campus expo. Kenapa emangnya yah? Ayah mau ajak Nadine kemana? Mau beliin Nadine apa?"

"Yeh lo ga bener bege. Bapak nya baru balik bukannya dikasih apaan gitu malah dikuras dompetnya." Ledek Bang Indra disertai tawa kecil dari ayah.

"Loh? Kenapa? Wajar lah! Nadine tuh butuh ... "

"Sst. Gausah bacot. Ok?"

"Halah. Sendirinya nanti pas Nadine udah berangkat pasti minta uang sama ayah."

"Siapa bilang? Gua mah udah berpenghasilan sekarang."

"BARU MASUK KERJA AJA BELAGU LO!" Teriak Nadine di telinga abangnya.

"Berdengung kuping gua anjir!"

"AYAAAHHH!!! BUNDAAA!!! BANG INDRA NGOMONG ANJIR." Teriak Nadine, lagi.

"Sialan." Umpat Bang Indra pelan.

"Bunda, ayah, Indra berangkat ya? Berisik nih curut ngomong mulu. Bisa budeku Indra di teriakin mulu." Lanjut Bang Indra dengan wajah cemberut.

"Bareng dong bang." Ucap Nadine, menyambar tas nya yang ada di sofa.
"Yaudah. Gece. Assalamualaikum bunda, ayah."

Sesampainya di sekolah Nadine menuju kelasnya dengan malas. Pandangannya berubah ketika melihat ponselnya, ada notifikasi dari Varo. Memang ya, notifikasi dari orang yang disayang bisa menjadi moodbooster. Asyik chatting dengan Varo, Nadine tidak sadar kalau Lala sudah ada dihadapannya.

"Terus.. senyum senyum terus. Gak usah perhatiin gua. Terus liatin hp nya. Terus..." Sindir Lala, kedua tangannya disilangkan didepan dada. Nadine hanya terkekeh, lalu mencubit pipi Lala.

"Nanti gak lupa kan Nad?"
"Lupa apa?"
"Campus Expo"
"Oh"
"Apa?"
"Hah? Apaan?"
"TUH KAN! BISA GA SIH BERHENTI DULU MAIN HP NYA? DENGERIN GUA IH!"
"Eh, iya. Apaan?" Nadine mematikan ponselnya. Khawatir emosi Lala semakin meningkat.
"Lupa ga?"
"Campus Expo kan? Kagak. Santai aja sih."
"Okay. Bagus."
Bel masuk berbunyi, Lala kembali ke kelasnya sementara Nadine kembali bermain ponsel.

-------

Indra-Nadine udah kayak Abang-Adek Goals blm?

Note : Karena sebentar lagi gua mau UTS, jadi kayaknya gua bakal vakum dulu. Keep on reading, guys!💙

xoxo💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love, NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang